Bali akan berguru tangani masalah sampah ke Kota Osaki Jepang
Sebanyak 32 orang akan diberangkatkan untuk belajar mengelola sampah ke Jepang.
Untuk menangani persoalan sampah secara lebih komprehensif, Bali menjalin kerja sama dengan Pemerintah Kota Osaki, Kagoshima, Jepang. Kerja sama yang dibiayai program Japan International Cooperation Agency (JICA) ini memberi kesempatan bagi 32 orang dari instansi terkait, untuk belajar sistem manajemen sampah yang terintegrasi dengan pertanian organik ke Osaki, Jepang.
Wali Kota Osaki Jepang Yasuhiro Higashi, di hadapan Wakil Gubernur Bali Ketut Sudikerta di Denpasar, mengatakan, kerja sama ini merupakan tindak lanjut pertemuannya dengan Gubernur Bali Made Mangku Pastika empat tahun lalu. Katanya, dari pertemuan soal pengelolaan sampah dan pertanian organik, perlu adanya kerja sama antara Bali dengan pemerintahan Osaki Jepang.
Katanya, kerja sama ini dapat diakomodir dalam program JICA yang pelaksanaannya dimulai tahun ini. Menurut Yasuhiro, program kerja sama yang dibangun bukan dalam bentuk pemberian dana atau alat, melainkan melalui pendidikan dan pelatihan (soft program).
"Kita tidak lakukan kerja sama dengan pemberian batuan materi atau peralatan, tetapi berupa pendidikan yang nantinya bisa dituangkan di Bali dalam penanganan sampah dan pertanian organik," kata Yasuhiro Higashi di Gedung Provinsi Bali, Selasa (25/8).
kerja sama ini akan direalisasikan mulai bulan September 2015, dengan pengiriman delapan orang peserta dari instansi terkait di pemerintahan Bali untuk mengikuti pelatihan ke Osaki, Jepang.
Selanjutnya secara bertahap akan dikirim gelombang berikutnya hingga total berjumlah 32 orang. Dia berharap, kerja sama ini akan tuntas dalam jangka waktu tiga tahun.
"Mereka yang dikirim untuk program pendidikan dilakukan secara bertahap dengan dua gelombang. Kita berikan kesempatan awal 32 orang untuk belajar penanganan sampah selama tiga tahun," jelasnya.
Dia berharap, pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh nantinya dapat diterapkan di Bali.
Dalam kesempatan itu, Yasuhiro juga menyampaikan sejumlah keunggulan kotanya. Meski tergolong kota kecil dengan penduduk hanya 15 ribu jiwa, Osaki menjadi salah satu pusat pertanian di Jepang. Selain itu, selama 8 tahun berturut-turut, Osaki mempertahankan predikat sebagai kota recycle (daur ulang). Kota ini juga mampu mengurangi volume sampah di TPA hingga 80 persen.
"Dengan pola ini, kami mampu memperpanjang umur TPA hingga dapat berfungsi hingga 50 tahun ke depan," ujarnya bangga.
Sementara itu Wagub Sudikerta, mengaku bahwa program kerja sama ini sangat strategis karena terkait dengan program Bali Mandara di bidang lingkungan. Dia berharap, kerja sama bisa dikembangkan ke sektor pariwisata.
"Harapan kita nanti tenaga yang dikirim untuk mendapatkan pendidikan soal sampah di Jepang bisa bermanfaat dan diterapkan di Bali," Singkat Sudikerta.