Keluarga Raja Bali Masa Silam Tolak Apel Banser, Ini Alasannya
Ia juga menegaskan, bahwa dengan adanya kegiatan tersebut bisa menimbulkan gesekan antara ormas dan masyarakat lokal.
Para toko Puri atau Penglingsir di Bali menolak kegiatan yang dihadiri oleh ribuan Barisan Ansor Serbaguna (Banser) dan Ikatan Pencak Silat Nahdatul Ulama Pagar Nusa diikuti sedikitnya 15.000 orang dari wilayah Bali dan Jawa Timur yang akan menggelar Apel Kesetiaan di Bali.
Penolakan itu, dilakukan oleh sejumlah tokoh Puri yang adalah bangsawan Bali, khususnya mereka yang masih merupakan keluarga dari raja-raja Bali masa silam. Para penglingsir itu adalah Penglingsir Puri Agung Pemecutan Badung, Ida Anak Agung Ngurah Putra Darmanuraga, Penglingsir Puri Agung Kerambitan, Ida Anak Agung Gde Puja Utama, Ida Anak Agung Ngurah Agung Juli Artawan Penglingsir Puri Anyar Tabanan, Ida Anak Agung Ngurah Agung Erawan Penglingsir Puri Ayar Kerambitan, Ida Anak Agung Ngurah Ugrasena Penglingsir Puri Singaraja, Buleleng.
Mereka juga membacakan sikap terkait penolakan kegiatan tersebut yang dibacakan oleh Ida Anak Agung Ngurah Agung Juli Artawan Penglingsir Puri Anyar Tabanan.
"Kepada yang terhormat kepala Kepolisian RI, bersamaan dengan dilaksanakan diselenggarakan Apel Kebangsaan Banser, GP Ansor, NU di Nusa Dua Bali. Kami atas nama Penglingsir Pura di Bali menyampaikan, satu, kami sangat menolak kegiatan yang dihadiri ribuan orang dari Banser, GP Ansor, NU dari luar Bali, karena dapat memberikan dampak negatif bagi industri pariwisata dan ekonomi kreatif di Bali," kata Ida Anak Agung Ngurah Agung Juli Artawan Penglingsir Puri Anyar Tabanan, saat konferensi pers di Puri Putra Pemecutan Badung, Kota Denpasar, Jumat (23/8).
Kemudian, kedua ia menyampaikan keberadaan organisasi masyarakat (ormas) yang menggunakan atribut dan seragam seperti tentara akan menimbulkan ketidaknyamanan wisatawan. Menurutnya, keberadaan mereka berpotensi terjadinya gesekan dengan masyarakat lokal di Bali.
Kemudian, ketiga kekhawatiran adanya provokator yang menimbulkan kericuhan Bali menjadi terganggu sebagai kawasan pariwisata terutama di Nusa Dua Badung, adalah kawasan internasional pariwisata akan menyebabkan ketidaknyamanan dan keamanan turis dan masyarakat lokal
"Dengan ini kami atas nama Penglingsir Puri Bali meminta dan memohon kepada bapak Kapolri untuk tidak memberikan izin dan membubarkan kegiatan apel yg dilaksanakan oleh Banser," ujarnya.
Sementara, Ida Anak Agung Ngurah Ugrasena Penglingsir Puri Singaraja, Buleleng mengatakan, bahwa pihaknya menolak karena sudah mensinyalir bahwa kegiatan tersebut akan menimbulkan keresahan.
"Dan tentunya ini mengganggu aktivitas pariwisata khususnya di Nusa Dua. Untuk itu kami penglingsir ini menolak dan mengimbau kepada Bapak Kapolri, aparat kepolisian untuk mencabut izin dan tidak melaksanakan acara itu. Intinya kami menginginkan Bali itu aman," ujarnya.
Khawatir Ada Gesekan
Ia juga menegaskan, bahwa dengan adanya kegiatan tersebut bisa menimbulkan gesekan antara ormas dan masyarakat lokal dan juga keamanan pariwisata.
"Alasannya ini bisa menimbulkan gesekan (nanti) ada provokator, ini mencegah. Kalau menurut kami mengimbau kepada aparat dari zamannya Pak Golose (Kapolda Bali sebelumnya) itu sudah lama kita menolak ada ormas-ormas. Nah sekarang ada ormas-ormas dari luar Bali datang ke Bali, ini kami tolak juga," ujarnya.
Sementara, saat ditanya apa penolakan ini ada hubungan dengan Muktamar PKB di Bali, pihaknya dengan tegas mengatakan tidak ada kaitannya. "Kami enggak ada kaitannya dengan itu (Muktamar PKB) kita bilang ini secara umum," ujarnya.
Sebelumnya, Barisan Ansor Serbaguna (Banser) dan Ikatan Pencak Silat Nahdatul Ulama Pagar Nusa akan menggelar Apel Kesetiaan di Bali, pada tanggal 21-25 Agustus 2024. Apel yang diikuti sekitar 15.000 orang ini melibatkan kader Ansor-Banser dan Pagar Nusa wilayah Bali dan Jawa Timur.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda (GP) Ansor Addin Jauharudin menyatakan, apel kesetiaan digelar untuk mengokohkan barisan generasi muda Nahdlatul Ulama (NU), terutama di tahun transisi pemerintahan Indonesia agar prosesnya berjalan dengan aman. Apel yang digelar di Padang Galak, Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar, tersebut juga dalam rangka merayakan HUT ke-79 Republik Indonesia. Apel kesetiaan ini tak terkait sama sekali dengan Muktamar Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang kebetulan juga digelar di Bali pada waktu bersamaan.
"Apel kesetiaan ini tidak ada sangkut pautnya dengan agenda politik praktis mana pun, termasuk PKB. Panggilan kepada dua badan otonom NU ini dirasa perlu dan perlu dilakukan karena tahun 2024 adalah tahun yang sangat penting bagi generasi muda terlibat dalam membangun pondasi kuat menuju Indonesia Emas 2045," kata Addin, dalam keterangan tertulisnya, Kamis (22/8).