Banjir di Subang, makan di warung nasi pun Rp 37 ribu
"Alasan kata si pemilik warung semua harga kebutuhan naik karena banjir, bahkan air bersih juga sulit didapat," katanya.
Lumpuhnya aktivitas warga Kabupaten Subang, khususnya di Pantura Jawa Barat dimanfaatkan bagi mereka yang berbisnis untuk menarik keuntungan sebesar-besarnya. Warung nasi pun menjadi laris manis meski harganya melambung tinggi.
Seperti yang dialami Ade (23) salah satu aktivis mahasiswa yang datang dari Indramayu untuk melihat banjir di Subang. Saat itu Ade mengaku belum makan dari pagi.
"Saya asal selewat saja dapat rumah makan Padang di Pamanukan, saya cuma ambil makanan dan minuman secukupnya, tapi ternyata harganya melambung tinggi, bahkan sampai Rp 37 ribu," ungkap Ade, kepada merdeka.com, Selasa (21/1).
Ia pun menanyakan kepada pemilik warung mengapa makan sepiring nasi dan minuman botol bisa semahal itu.
"Alasan kata si pemilik warung semua harga kebutuhan naik karena banjir, bahkan air bersih juga sulit didapat," katanya terlihat kesal.
Meski demikian, ia terima jika kondisinya seperti itu. Apalagi bagi pendatang sepertinya juga membutuhkan makan. "Yah, sudahlah orang saya juga lapar," jelasnya.
Pantauan merdeka.com, di Jalan Raya Pamanukan beberapa tempat usaha memang belum buka. Puing-puing sisa banjir masih terlihat berserakan. Kondisi ini sudah jauh lebih baik dari empat hari sebelumnya.
"Hari ini paling cuman 50 sentimeter, kalau Sabtu kemarin sampe 1,5 meter di Pamanukan ini, parah banget," beber Ipong (48) warga sekitar yang turut mengungsi.