Bantahan Keras Istana Disebut-sebut Ada Jokowi di Belakang Gagalnya PDIP Usung Anies Baswedan
Diketahui, Mulyono yang dimaksud diduga berkaitan dengan istilah yang sempat ramai dibahas oleh netizen di media sosial.
Istana buka suara mengenai narasi terhadap Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang dianggap mempengaruhi batalnya pencalonan seseorang dalam Pilgub 2024. Istana menegaskan, jangan sampai urusan politik apapun selalu dikait-kaitkan dengan Jokowi.
"Jangan sampai, semua problem putusan internal partai, selalu dikaitk-kaitkan dengan Presiden," kata Koordinator Stafsus Presiden Ari Dwipayana kepada wartawan, Jumat (30/8).
- Hasto soal Jokowi Dukung Luthfi-Taj Yasin di Pilgub Jateng: Wis Ora Njawani
- Senyum Anies Baswedan Tanggapi Isu Cawe-Cawe Jokowi di Pilkada Jakarta 2024
- Muncul Desakan Pemakzulan Jokowi, Istana Klaim Kepuasan ke Presiden Masih Tinggi di Atas 75 Persen
- Istana Klaim Komunikasi Jokowi dengan Megawati Masih Bagus, tapi Tak Diundang HUT ke-51 PDIP
Ari menyatakan, pencalonan kepala daerah dan wakil kepala daerah dalam Pilkada adalah sepenuhnya menjadi urusan partai politik atau gabungan partai politik.
"Keputusan pencalonan atau tidak dicalonkannya seseorang diputuskan melalui mekanisme internal partai masing-masing. Setiap partai memiki kedaulatan untuk memutuskannya," pungkasnya.
Diberitakan sebelumnya, PDIP selangkah lagi bisa mengusung Anies Baswedan bisa berlaga di Pilkada Jabar. Namun, upaya mereka gagal di momen krusial karena campur tangan pihak luar yang melakukan penjegalan.
Ketua DPD PDIP Jabar, Ono Surono mengatakan, Anies Baswedan memenuhi semua unsur kriteria untuk memimpin Jawa Barat. Kapasitas dan pengalaman memimpin wilayah DKI Jakarta, bisa diterapkan di wilayah Jabar.
Komunikasi di antara kedua belah pihak sudah intens sejak Rabu (28/8). Hingga Kamis (29/8) sore, pembahasan pengurus partai di tingkat pusat sudah positif.
Pengurus PDIP di Jabar sudah diminta untuk mengurus segala sesuatu yang berkaitan dengan keperluan pendaftaran ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jabar.
Namun, semua tiba-tiba berubah pada malam hari. Ia menegaskan, semua upaya yang sudah dilakukan diganggu oleh pihak luar.
"Kita menghadapi sebuah tantangan yang sangat besar, tangan-tangan yang tidak menyetujui Pak Anies diusung oleh PDIP Perjuangan, kekuatan-kekuatan yang sangat besar itu pada akhirnya membuat pak Anies tidak jadi diusung oleh PDI Perjuangan," kata Ono di Kantor KPU Jabar, Jumat (30/8) dini hari.
"Kami di Jawa Barat tentunya sangat mempunyai keinginan Pak Anies diusung di Jawa Barat. Kami menilai bahwa yang sudah mengerucut pada akhirnya bubar itu karena ada tangan-tangan dari luar yang tidak menghendaki Pak Anies diusung di Jabar," dia melanjutkan.
Mengenai bentuk penjegalan upaya pencalonan Anies, Ono mengaku tidak bisa mengungkapnya secara detil. Hanya saja, ia memberikan petunjuk siapa dalang dari dinamika yang terjadi.
"Mulyono (nama samara) dan geng, Tulis saja Mulyono,"tegas dia.
Ono tidak menjelaskan secara rinci maksud Mulyono dalam pernyataan mengenai penjegal Anies di Pilkada Jabar.
Diketahui, Mulyono yang dimaksud diduga berkaitan dengan istilah yang sempat ramai dibahas oleh netizen di media sosial. Nama tersebut merupakan pengganti untuk sosok Joko Widodo, merujuk pada buku berjudul "Jokowi Menuju Cahaya" Karya Alberthiene Endah yang terbit pada tahun 2018.
Dalam buku itu tertulis bahwa Mulyono adalah nama yang diberikan oleh orang tua saat Joko Widodo masih kecil. Namun, karena saat kecil sering sakit-sakitan, nama Mulyono berganti dengan Joko Widodo.