Baturrajazz, menikmati suasana malam yang eksotis di lereng Gunung Slamet
Baturrajazz, menikmati suasana malam yang eksotis di lereng Gunung Slamet. Penyelenggara Baturrajazz, Prayitno mengatakan, Baturrajazz berawal dari kegelisahan para pemuda desa Karangmangu dan pelaku wisata di kawasan Baturraden. Mereka ingin menggarap sebuah event yang menyuguhkan suasana malam yang eksotis.
Baturraden identik dengan lokawisata lereng Gunung Slamet yang tersohor dengan pemandian air panas mengandung belerang. Baturraden juga kerapkali jatuh dalam terminologi seks, yakni tempat pelacuran Gang Sadar, hotel dan villa juga tempat hiburan malam. Oleh Karena itu, mendengar kata menuju Baturraden apalagi malam hari, seringkali jatuh pada gurauan tentang hawa dingin dan pemuasan hasrat purba manusia.
Tiga tahun terakhir sejak 2015, dimulai dari empat anak muda dari Desa Karangmangu Baturraden, dihelat panggung kreatif yang dinamakan Baturrajazz. Kegiatan itu dipusatkan di Theatre Alam bukit bintang di wilayah Karangmangu, lokasi romantis yang kerap didatangi anak-anak muda Kabupaten Banyumas utamanya tiap akhir pekan.
Bukan kebetulan anak-anak muda lokal ini tergerak menghelat Baturrajazz. Mereka punya maksud, ingin mengubah citra negatif wisata malam di Baturraden dengan satu perspektif kreatifisme tentang wilayah khas daerah yang mempertemukan berbagai pegiat-pegiat seni kreatif mulai dari musik, fotografi, film sampai seni rupa untuk mengentalkan aura kreatif di lereng gunung. Maka, Baturrajazz bukan semata konser musik jazz tetapi telah bergerak luas yakni pajang karya seni rupa yang bertautan dengan konteks sosio-kultural berbasis kebudayaan Banyumas.
Penyelenggara Baturrajazz, Prayitno mengatakan, Baturrajazz berawal dari kegelisahan para pemuda desa Karangmangu dan pelaku wisata di kawasan Baturraden. Mereka ingin menggarap sebuah event yang menyuguhkan suasana malam yang eksotis di Baturraden. Lewat dana publik mereka memperluas perspektif dimana pada perhelatan ke-3 pada Sabtu (21/10), mereka sejatinya tak sekadar menyuguhkan musik tapi juga dekorasi panggung yang mengenalkan kebudayaan Banyumas mulai dari batik Banyumas sampai ikon bawor yang dimodifikasi tengah memainkan terompet.
Terkait penyelenggaraan, kata Prayitno, sengaja digandeng seniman muda dari sejumlah Unit Kegiatan Mahasiswa di Purwokerto untuk menggarap areal panggung. Dari segi penampil, musisi muda Banyumas juga ikut unjuk gigi menampilkan lagu garapan mereka sendiri. Band dari Purwokerto yang tampil adalah Jess Kidding, Staccato, Brian and The Juno serta Sasmi Unsoed ditambah AbsurdNation dari Semarang. Sedang bintang utama yang didatangkan musisi jazz kenamaan Barry Likumahuwa.
"Kami ingin mengubah stigma wisata malam di Baturraden. Spirit gerakan akami menjadikan Baturraden sebagai wilayah yang bersal dari sinergi antara kebudayaan Banyumas dan kreatifitas anak muda lewat seni," katanya, Minggu (22/10).
Tokoh masyarakat di Baturraden, Timbul Adi Wibowo mengatakan, perhelatan kegiatan kreatif para pemuda ini seharusnya mendapat dukungan dari berbagai kalangan. Ia menilai, Baturrajazz selain dapat menggenjot promosi sektor wisata, juga dapat berkembang manjadi ikon wisata kreatif di lereng Gunung Slamet. Timbul menilai lewat jalur musik, harapannya tidak hanya menjadi magnet bagi penyuka musik jazz semata tapi juga berbagai kalangan karena ini akan menjadi wisata alternatif di Baturraden.
"Saya berharap Baturrajazz tidak hanya menarik penonton dari wialyah Banyumas, tapi juga wisatawan dari luar daerah. Baturrajazz bisa jdi ikon kreatif di Banyumas," katanya.
Sementara itu, drummer band Jess Kiding, Petrus Christo, menilai Baturrajazz merupakan ruang bagi anak-anak muda di Banyumas mengenalkan karyanya ke khalayak lebih luas. Jess Kidding sendiri di Baturrajazz 2017 menggunakan kesempatan untuk mengenalkan mini album yang baru mereka luncurkan.
Lewat Baturrajazz, anak-anak muda Baturraden setidaknya telah mencontohkan bagaimana mereka tak hanya berpikir tentang kegiatan yang berunsur hiburan semata. Mereka sejatinya telah memikirkan bagaimana memperkenalkan karya-karya kreatif pegiat seni di Banyumas sekaligus menjaga dan memaknai ulang kebudayaan Banyumas. Gerakan kebudayaan mereka tak semata merangkul sisi-sisi ekonomi tapi juga berjuang secara kreatif mengubah citra negatif tempat mereka tinggal.