'Berhenti Saling Mencurigai, Saatnya Saling Rangkul Sesama Anak Bangsa'
Di tengah kondisi pandemi sekarang ini upaya-upaya memecah belah sesama anak bangsa harus dihentikan.
Para ulama dan pemuka agama dapat membuat masyarakat lebih tenang dengan menyampaikan materi dakwah yang santun. Di tengah kondisi pandemi sekarang ini upaya-upaya memecah belah sesama anak bangsa harus dihentikan.
"Mari kita berhenti saling mencurigai, sudah saatnya untuk kita saling merangkul antar-sesama anak bangsa," ujar Guru Besar Bidang Psikologi Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Achmad Mubarok, Rabu (16/12).
-
Kapan kemacetan di Jakarta terjadi? Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Rani Mauliani menerangkan, kemacetan parah di beberapa titik di Jakarta kerap terjadi pada jam berangkat dan pulang kerja.
-
Kapan Kota Tua Jakarta didirikan? Sejarah Kota Tua Jakarta berawal pada 1526, ketika Fatahillah, seorang komandan dari Kesultanan Demak, menyerang Pelabuhan Sunda Kelapa yang merupakan milik dari Kerajaan Pajajaran.
-
Siapa saja yang diarak di Jakarta? Pawai Emas Timnas Indonesia Diarak Keliling Jakarta Lautan suporter mulai dari Kemenpora hingga Bundaran Hotel Indonesia. Mereka antusias mengikuti arak-arakan pemain Timnas
-
Apa prakiraan cuaca di Jakarta hari ini? Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan cuaca di Jakarta dan Kepulauan Seribu cerah dan cerah berawan pada Sabtu (30/9).
-
Apa yang menjadi salah satu solusi untuk kemacetan di Jakarta? Wacana Pembagian Jam Kerja Salah satu ide yang diusulkan Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono adalah pembagian jam masuk kerja para pekerja di Jakarta. Menurutnya, cara itu bisa mengurangi kemacetan hingga 30 persen.
-
Apa julukan internasional Jakarta? Istilah ini agaknya masih asing di telinga masyarakat Indonesia, terlebih bagi warga Jakarta itu sendiri. Padahal, kepopulerannya sudah lama melekat di kalangan internasional. Menariknya, sematan kata “The Big Durian” membuatnya sering disamakan dengan Kota New York di Amerika.
Achmad mengaku prihatin dengan kondisi saat ini karena adanya sikap saling curiga di mana ulama yang sering menyuarakan dukungan malah dianggap antek-antek pemerintah. Jika ada yang kritis masih sesuai koridor tidak perlu dihadapkan dengan aparat.
"Sepanjang yang disampaikan tidak membahayakan keamanan negara maka biarkan saja," kata Achmad.
Dia sangat meyayangkan jika ada pihak-pihak yang berusaha membenturkan antara ulama dengan aparat. Menurutnya, kalau tidak ada yang menahan diri ditakutkan bisa berujung perpecahan.
"Jangan sampai di masyarakat muncul anggapan bahwa agama dizalimi, ulama dikriminalisasi dan segala macam. Harus dijelaskan siapa yang pegang kendali saat ini, Presiden memberi contoh dan arahan kepada bawahannya," tutur anggota MPR RI periode 1999-2004 itu.
Achmad mengharapkan pemerintah dalam kebijakannya memberikan contoh yang tegas dan jelas sehingga tidak membingungkan dan menjadi perdebatan di masyarakat. Menurutnya, antara ulama dan umara harusnya berjalan beriringan.
Ia juga menambahkan perlu ada forum komunikasi. "Dibuat seperti seminar saja maka nanti akan ketemu itu, kalau sudah saling ketemu dan bicara maka nanti yang di bawah-bawahnya juga akan meniru," tandasnya.
(mdk/did)