Copot Dekan FK yang Tolak Dokter Asing, Rektor Unair: Tidak Ada Komentar
Rektor Universitas Airlangga (Unair) Prof Mohammad Nasih enggan berkomentar terkait pemberhentian Dekan Fakultas Kedokteran Prof Budi Santoso.
Rektor Universitas Airlangga (Unair) Prof Mohammad Nasih enggan berkomentar terkait pemberhentian Dekan Fakultas Kedokteran Prof Budi Santoso.
Copot Dekan FK yang Tolak Dokter Asing, Rektor Unair: Tidak Ada Komentar
"Tidak, belum-belum, ya, sudah ya tidak ada komentar dulu," kata Nasih di Surabaya, Jumat (5/7).
Nasih juga enggan menjawab ketika ditanya apakah pemecatan Prof Budi karena menolak naturalisasi dokter asing. Dia berulang kali menyatakan enggan berkomentar.
"Tidak ada komentar saya, sudah tidak ada komentar ya," katanya seperti dilansir Antara.
Nasih justru mempertanyakan media yang memberitakan soal pemecatan Dekan FK Unair, padahal belum melihat langsung SK itu. Meski demikian, Humas Unair sebelumnya telah membenarkan pemecatan Dekan FK Unair.
Kabar tersebut berawal dari pernyataan Prof Budi Santoso yang beredar di WhatsApp Group (WAG) Dosen FK Unair pada Rabu (3/7).
Dalam pernyataannya, Budi Santoso berpamitan kepada sekitar 300-an anggota di grup tersebut, seusai menerima keputusan Rektorat Unair.
Keputusan itu memberhentikan dirinya dari jabatan Dekan FK Unair.
"Per hari ini saya diberhentikan sebagai Dekan FK Unair. Saya menerima dengan lapang dada dan ikhlas. Mohon maaf selama saya memimpin FK Unair ada salah dan khilaf, mari terus kita perjuangkan FK Unair tercinta untuk terus maju dan berkembang," demikian petikan pernyataan Budi Santoso dalam WAG tersebut.
Saat dikonfirmasi, Budi Santoso membenarkan pernyataannya itu sebagai bentuk kewajiban dirinya untuk berpamitan dengan para dosen maupun senior.
"Benar, itu pesan dari saya di grup dosen FK Unair. Benar saya diberhentikan per hari ini," katanya.
Saat ditanya apakah hal itu berkaitan dengan statemennya yang menolak program dokter asing di Indonesia, Budi Santoso membenarkan hal itu. "Iya. Proses saya untuk dipanggil berkaitan dengan itu," ujarnya.
Dia beranggapan terjadi perbedaan pendapat antara pimpinan Unair dengan dirinya terkait program Kemenkes untuk mendatangkan dokter asing.
"Karena rektor pimpinan saya dan saya ada perbedaan pendapat, dan saya dinyatakan berbeda ya keputusan beliau ya diterima. Tapi, kalau saya menyuarakan hati nurani, saya pikir kalau semua dokter ditanya, apa rela ada dokter asing? Saya yakin jawabannya tidak," katanya.
Menurut Budi Santoso, dirinya dipanggil oleh Rektorat Unair pada Senin (1/7) untuk mengklarifikasi pernyataannya menolak program dokter asing di Indonesia. Keputusan pemberhentian dia terima pada Rabu (3/7).
Budi Santoso dalam pernyataan pribadinya kepada wartawan di Jawa Timur, Kamis (27/6), mengatakan tidak setuju dengan program dokter asing di Indonesia. "Secara pribadi dan institusi, kami dari fakultas kedokteran tidak setuju," katanya.
Prof Budi yakin 92 Fakultas Kedokteran di Indonesia mampu meluluskan dokter-dokter yang berkualitas. Bahkan, kualitasnya tidak kalah dengan dokter-dokter asing.