BI sosialisasikan ciri keaslian uang kepada tunanetra
Orang-orang yang memiliki kekurangan juga berhak memperoleh pengetahuan ciri-ciri keaslian uang supaya tidak tertipu.
Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Purwokerto, Jawa Tengah, mensosialisasikan ciri-ciri keaslian uang kepada anggota Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) Kabupaten Banyumas. Hal ini dilakukan supaya tunanetra tidak mudah tertipu dengan keaslian uang.
"Yang harus tahu ciri-ciri keaslian uang tidak hanya orang normal. Orang-orang yang memiliki kekurangan juga berhak memperoleh pengetahuan ciri-ciri keaslian uang supaya mereka tidak tertipu," kata Deputi Kepala Perwakilan BI Purwokerto, Fadhil Nugroho, di Purwokerto, seperti dikutip dari Antara, Kamis (22/5).
Oleh karena itu, kata dia, pihaknya bersama Persatuan Istri Pegawai Bank Indonesia (Pipebi) Purwokerto menggelar sosialisasi ciri-ciri keaslian uang kepada anggota Pertuni Kabupaten Banyumas.
Menurut dia, sosialisasi tersebut merupakan yang pertama kali digelar karena selama ini, Kantor Perwakilan BI lainnya belum pernah mengadakannya.
Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa pihaknya memilih Pertuni karena organisasi tersebut dinilai mapan dan anggotanya cukup banyak.
"Selama ini, mereka hampir tidak tahu cara membedakan uang, hanya berdasarkan feeling saja, meraba jenis kertasnya saja," katanya.
Padahal, kata dia, BI menyediakan fitur khusus atau blind code yang bisa dikenali oleh para penyandang tunanetra, yakni gambar timbul berupa segitiga, lingkaran, dan segiempat sehingga dapat dirasakan saat diraba.
Menurut dia, fitur khusus tersebut terdapat pada pecahan Rp 10 ribu ke atas, yakni lingkaran satu untuk pecahan Rp 10 ribu, segiempat satu untuk Rp 20 ribu, segitiga dua untuk Rp 50 ribu, dan lingkaran dua untuk Rp 100 ribu.
"Sebenarnya nilai nominal uang juga bisa diraba karena agak timbul, sehingga bisa dirasakan," katanya.
Pendamping Pertuni Kabupaten Banyumas, Saefudin mengatakan bahwa pihaknya menyambut baik atas terselenggaranya sosialisasi ciri-ciri keaslian uang tersebut karena sangat penting bagi para penyandang tunanetra.
Menurut dia, selama ini para penyandang tunanetra mengenali uang berdasarkan jenis kertasnya.
"Alhamdulillah selama ini, kami selaku pendamping belum pernah menerima laporan terkait kemungkinan adanya anggota Pertuni khususnya yang menjadi juru pijat yang dibayar pelanggan dengan uang palsu," katanya.
Sementara itu, Ketua Pertuni Kabupaten Banyumas Ahmadi mengatakan bahwa pihaknya sangat berterima kasih atas terselenggaranya sosialisasi ciri-ciri keaslian uang tersebut.
"Ini sangat bermanfaat bagi kami," katanya.