BIN: Usia 17-24 Tahun Rentan Terpapar Radikalisme di Media Sosial
Menurutnya, kecenderungan itu dikuatkan dari survei Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) terbaru. Yakni 80% generasi milenial rentan terpapar radikalisme.
Deputi VII Badan Intelijen Negara (BIN) Wawan Hari Purwanto mengungkapkan, generasi muda rentan terpapar radikalisme di media sosial. Sasaran paham radikal tersebut adalah generasi muda berusia 17-24 tahun.
"Di media sosial disinyalir telah menjadi inkubator radikalisme, khususnya generasi muda, rentang kendali biasanya umur 17-24 tahun ini menjadi target utama, selebihnya di atas itu second liner," katanya dalam diskusi 'Mencegah Radikalisme dan Terorisme untuk Melahirkan Keharmonisan Sosial' di Youtube TV NU, Selasa (30/3).
-
Apa yang ditemukan Densus 88 saat menangkap ketujuh pelaku ancaman terhadap Paus Fransiskus? "Kita temukan barang barang yang terkait propaganda saja seperti penggunaan logo logo, foto-foto, kemudian kata-kata. Logo ISIS misalnya, logo-logo yang merujuk pada tanda tertentu yang biasa digunakan kelompok teror, salah satu misalnya bendera bendera itu ya," kata dia di GBK, Jumat (6/9).
-
Bagaimana Densus 88 menemukan ancaman terhadap Paus Fransiskus? Hasil pemantauan, ditemukan postingan-postingan bermuatan ancaman dan provokasi yang ditujukan kepada Paus Fransiskus saat melakukan kunjungan ke Indonesia.
-
Dimana Densus 88 menemukan bukti ancaman terhadap Paus Fransiskus? Kita temukan barang barang yang terkait propaganda saja seperti penggunaan logo logo, foto-foto, kemudian kata-kata.
-
Mengapa Densus 88 menangkap ketujuh pelaku ancaman terhadap Paus Fransiskus? Dijelaskan, Densus 88 Antiteror diberikan mandat untuk melakukan pencegahan sedini mungkin setiap ancaman, setiap serangan teror yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok.
-
Di mana TNI dibentuk? Dahulu TNI dibentuk dan dikembangkan dari sebuah organisasi bernama Badan Keamanan Rakyat (BKR).
-
Bagaimana cara mencegah tindakan terorisme? Cara mencegah terorisme yang pertama adalah memperkenalkan ilmu pengetahuan dengan baik dan benar. Pengetahuan tentang ilmu yang baik dan benar ini harus ditekankan kepada siapa saja, terutama generasi muda.
Menurutnya, kecenderungan itu dikuatkan dari survei Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) terbaru. Yakni 80% generasi milenial rentan terpapar radikalisme.
Dari catatan BIN, lanjut Wawan, generasi milenial lebih cenderung menelan mentah informasi, tidak melakukan cek, ricek dan kroscek. Hingga, sikap intoleran muncul ke generasi yang tidak kritis berpikir.
"Penyebaran radikalisme di media sosial menjadi menarik bagi generasi muda, sebab generasi muda berada di usia yang rawan karena kebutuhan jati diri dan eksistensi," ucap Wawan.
"Penyebaran paham radikal yang sering dibumbui narasi heroisme, kemudahan akses internet dan banyaknya waktu luang, kemudian konten dan narasi radikal disebar dengan mudah dan diakses generasi muda," sambungnya.
Selain itu, kata Wawan, di media sosial kerap bertebaran cara cara membuat bom. Kemudian, diajarkan cara gerilya dan menyerang.
"Bagaimana tentang potensi radikalisasi generasi muda lewat media sosial, karena pada kenyataannya mereka banyak berguru kepada media sosial dan disini banyak sekali bertebaran cara-cara membuat bom," ungkapnya.
"Cara agitasi maupun mengajak mereka untuk bergabung sebagai anggota. Kemudian mengajarkan bagaimana menyerang, kemudian teknik gerilya kota," tambah dia.
Wawan menambahkan, tiap tahun pengguna internet cenderung mengalami peningkatan. BIN selalu melakukan patroli siber untuk mencegah konten radikalisme.
"Pengguna internet cenderung mengalami kenaikan dari pertahun, namun kenaikan pengguna Internet media sosial menjadi celah penyebaran kaum intoleran dan radikal dan BIN telah melakukan patroli siber 24 jam," pungkasnya.
Baca juga:
Wagub DKI: Pemerintah Punya Peran Penting Tekan Radikalisme Lewat Pendidikan
Kominfo Imbau Masyarakat Waspada Konten Radikalisme di Media Sosial
Ma'ruf Amin Minta MUI Gunakan Pola Pikir Moderat Cegah Radikalisme
Kampanyekan Nilai-nilai Kebhinekaan buat Lawan Intoleransi dan Ujaran Kebencian
BNPT Minta Tokoh Agama Edukasi Masyarakat Tak Mudah Terprovokasi Radikalisme