BMKG: Cuaca Ekstrem Terjadi Karena Gas Rumah Kaca Akibat Industri dan Transportasi
Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menilai, salah satu penyebab terjadinya cuaca ekstrem karena meningkatnya gas rumah kaca. Salah satunya karbondioksida dari bahan bakar.
Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menilai, salah satu penyebab terjadinya cuaca ekstrem karena meningkatnya gas rumah kaca. Salah satunya karbondioksida dari bahan bakar.
"Salah satu penyebabnya akan terlihat karena meningkatnya gas konsentrasi rumah kaca yang ada di atmosfer, gas rumah kaca antara lain C02, C02 itu alihan pembakaran fosil fuel akibat dari kegiatan industri, transportasi, penggundulan dan seterusnya," katanya saat jumpa pers virtual, Sabtu (20/2).
-
Dimana BMKG memprakirakan cuaca cerah? Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan cuaca di Jakarta dan Kepulauan Seribu cerah dan cerah berawan pada Sabtu (30/9).
-
Kapan BMKG mengimbau pemudik untuk mewaspadai cuaca ekstrem di Jateng? Pada Minggu (7/4), Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau pemudik khususnya yang mengendarai sepeda motor agar mewadahi potensi cuaca ekstrem dengan intensitas sedang-lebat yang disertai petir dan angin kencang di sejumlah wilayag Jateng.
-
Mengapa BMKG mengimbau pemudik untuk waspada terhadap cuaca ekstrem? Pada masa musim pancaroba, hujan masih berpotensi terjadi dengan intensitas ringan hingga sedang yang kadang disertai petir. Waktu terjadinya hujan di wilayah pesisir selatan Jateng cenderung pada malam hari sedangkan wilayah yang lebih ke utara atau jauh dari pesisir cenderung pada siang hingga sore hari,” Teguh mengatakan, beberapa hal yang perlu diwaspadai pada masa peralihan musim antara lain hujan lebat dengan durasi singkat, petir, dan angin kencang atau kombinasi dari ketiga hal tersebut seperti hujan lebat disertai petir, hujan lebat disertai angin kencang, serta hujan lebat disertai petir dan angin kencang.
-
Kapan Curug Bibijilan buka? Curug Bibijilan buka setiap hari mulai pukul 08.00 – 16.00 WIB.
-
Apa yang ditemukan oleh tim eskavasi di Situs Keputren, Bantul? Pada Selasa (7/9), Tim eskavasi Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta menemukan sebuah artefak fragmen gerabah di Situs Keputren, Kawasan Cagar Budaya (KCB) Kerto-Pleret, Bantul. Artefak itu diduga merupakan wadah air era Kerajaan Majapahit.
-
Apa yang dilakukan BMKG terkait Siklon Tropis Yagi? Miming mengimbau masyarakat untuk tidak terpengaruh informasi yang kebenarannya masih diragukan terkait dampak siklon tropis itu di wilayah Indonesia dan terus mengikuti informasi perkembangannya yang terus dipantau BMKG.Hasil analisa perkembangan kondisi cuaca dan iklim juga akan selalu diinformasikan kepada masyarakat melalui aplikasi daring infoBMKG, media sosial infoBMKG atau langsung menghubungi kantor BMKG terdekat.
Menurutnya, tren tersebut meningkat seiring dengan adanya peningkatan temperatur udara di wilayah Indonesia. Periode kejadian ulang musim hujan juga semakin pendek.
"Yang kami tonjolkan data dan fakta tren itu meningkat seiring dengan peningkatan temperatur udara di wilayah Indonesia dan korelatif dengan peningkatan intensitas hujan selama 30 tahun terakhir dan juga semakin seringnya, atau semakin pendeknya periode ulang kejadian hujan ekstrem," tuturnya.
Dia bilang, poin itu yang perlu BMKG sampaikan sebagai latar belakang mengapa saat ini cuaca ekstrem masih terjadi. Sehingga, tidak bisa dikatakan hal tersebut karena murni sifat alam hingga terjadi cuaca ekstrem, bencana longsor dan seterusnya tanpa sebab.
"Tetapi kita harus sadar kenapa cuaca ekstrem itu terjadi, karena perubahan iklim global, karena gas rumah kaca meningkat, gas rumah kaca itu juga karena aktivitas kita semua dalam memanfaatkan bahan bakar fosil antara lain, bukan satu satunya," ujarnya.
Lebih lanjut, Dwikorita mengungkapkan, tidak bisa diartikan bahwa bencana terjadi karena kesalahan alam. Tapi, BMKG selalu mempelajari perilaku alam dan bisa menganalisis apa penyebabnya.
"BMKG menjelaskan ini semua bukan berarti kita mencari kambing hitam oh itu karena alamnya, bukan. Tetapi justru tugas BMKG itu memahami alam, mengerti perilaku alam, fenomena alam, berdasarkan observasi analisis data data," ucapnya.
"Mohon tidak di artikan mencari kambing hitam oh banjir itu karena hujan ekstrem, bukan, tetapi karena dengan data data kita lebih memahami alam dan mengenal batas batas alam agar dalam menyikapi fenomena alam ini kita tidak melampaui batas," sambungnya.
Menurutnya, BMKG terus meriset dengan data hasil observasi terkait alam. Dia berharap, masyarakat bisa memahami, beradaptasi dan menyesuaikan fenomena alam ini.
"Menyesuaikan sikap kita, perilaku kita, bahkan mencegah jangan memperparah kondisi ekstrem itu akibat gas gas rumah kaca, jadi utamanya mari kita mengenal alam untuk memelihara alam agar tidak merugikan manusia," imbuh Dwikorita.
Baca juga:
BMKG Sebut Banjir Jabodetabek Dipicu Hujan Ekstrem dalam 24 Jam
BMKG Imbau Masyarakat Waspada Cuaca Ekstrem, Hujan Masih Terjadi Hingga April
20 Februari 2021, BMKG Prediksi Hujan Ringan dan Lebat di Jakarta
BMKG Minta Masyarakat Waspada Potensi Karhutla di Aceh
BMKG Catat Terjadi Peningkatan Aktivitas Gempa di Bengkulu-Lampung
BMKG Ingatkan Warga Waspadai Potensi dan Risiko Gempa Besar