Ternyata Sektor Kesehatan Sumbang 5 Persen Efek Gas Rumah Kaca, Begini Cara Mengatasinya
Perlu dilakukan intervensi demi masyarakat berkembang dan perekonomian tumbuh pesat.
Perubahan iklim menhadi konsentrasi serius bagi pemerintah Indonesia. Kontributor penyumbang krisis iklim berasal dari berbagai sumber, salah satunya sektor kesehatan. Setidaknya, sektor ini berkontribusi sekitar 5 persen terhadap krisis iklim dari emisi gas rumah kaca.
Presiden Direktur AstraZeneca Indonesia, Esra Erkomay, mengatakan kontribusi krisis iklim dari sektor kesehatan perlu dilakukan intervensi demi masyarakat berkembang dan perekonomian tumbuh pesat.
"Kesehatan adalah fondasi bersama yang memungkinkan masyarakat untuk berkembang dan perekonomian untuk tumbuh pesat. Di AstraZeneca, kami menyadari bahwa mengambil tindakan untuk mendorong keberlanjutan adalah hal yang mendasar – untuk membangun masa depan yang sehat bagi manusia, masyarakat, dan bumi. Kami juga percaya bahwa kolaborasi adalah kunci utama karena kita tidak dapat menyelesaikan masalah perubahan iklim sendirian," ujar Esra, dikutip Minggu (8/9).
Sebagai upaya intervensi menekan dampak krisis iklim dari sektor kesehatan, Esra menuturkan bahwa AstraZeneca telah menanam lebih dari 7,5 juta pohon di lahan seluas 19.000 hektar dan lebih dari 21.000 keluarga petani serta kesempatan peningkatan keterampilan yang diberikan.
"Ini berdampak pada 71.000 petani, dan bulan lalu kami baru saja menandatangani perpanjangan Memorandum Saling Pengertian dengan Kemenko Marves untuk memperluas komitmen kami untuk menanam hingga 20 juta pohon di sekitar Sungai Citarum,” tambah Esra.
Nani Hendiarti, Deputi Bidang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi menyatakan, kolaborasi lintas sektor sangat penting untuk memenuhi komitmen Indonesia dalam mencapai Net Zero Emission pada tahun 2060 atau lebih cepat.
"Keterlibatan sektor swasta menggarisbawahi dedikasi kuat bangsa kita terhadap keberlanjutan," ungkapnya.
Revitalisasi daerah aliran sungai Citarum
Sebagai tindak lanjut dari Penandatanganan Memorandum Saling Pengertian dengan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi tentang Reboisasi dan Revitalisasi Lahan Kritis di Indonesia, AstraZeneca menandatangani Kesepakatan Bersama dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat tentang Revitalisasi Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum Melalui Penyediaan Bibit Pohon Dan Penyusunan Studi Kelayakan Terkait Percontohan Karbon.
Kesepakatan Bersama ini semakin menegaskan komitmen AstraZeneca mendukung upaya pemerintah Jawa Barat untuk memerangi deforestasi dan meningkatkan ekosistem lokal. Terhadap Kesepakatan Bersama ini, Deputi Nani menyampaikan harapannya agar Pemerintah Provinsi Jawa Barat dapat mengawal implementasi Kesepakatan Bersama ini dengan baik. Pemantauan dan evaluasi yang ketat sangat diperlukan agar setiap program yang telah disepakati bisa berjalan sesuai target dan memberikan hasil nyata bagi DAS Citarum.
Bey Machmudin, Penjabat Gubernur Jawa Barat, menyatakan dalam upacara penandatanganan perjanjian kerja sama ini bahwa, “Sebagai sumber kehidupan yang vital bagi hampir 25 juta orang, Sungai Citarum tidak boleh dibiarkan tercemar. Kami menghargai dan mendukung penuh inisiatif Hutan A-Z sebagai langkah penting dalam merevitalisasi Daerah Aliran Sungai Citarum sebagai bagian dari tujuan kami dalam Program Citarum Harum. Kolaborasi ini akan mempercepat pengelolaan kerusakan lingkungan di Daerah Aliran Sungai Citarum.”
ISF 2024 menjadi ajang penting yang mempertemukan para pemimpin dari berbagai sektor untuk mendorong diskusi tentang keberlanjutan dan aksi iklim. “Penting bagi kita untuk memiliki rasa tanggung jawab bersama dan mendorong kolaborasi multisektor. Oleh karena itu, mari kita saling menginspirasi untuk mengambil tindakan berani, mendorong kolaborasi, dan berinovasi dalam solusi yang memperjuangkan perlindungan lingkungan dan pemulihan keanekaragaman hayati. Bersama- sama, kita dapat membangun dunia yang lebih sehat dan lebih berkelanjutan untuk semua,” tutup Esra.