BMKG: Fenomena Alam di Selat Sunda Bisa Jadi Bencana Jika Warga Tak Beradaptasi
Peneliti ahli madya Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Mohamad Ramdhan menilai, fenomena alam seperti gempa, tsunami, dan erupsi di Selat Sunda, Banten, akan menjadi bencana jika masyarakat tidak beradaptasi.
Peneliti ahli madya Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Mohamad Ramdhan menilai, fenomena alam seperti gempa, tsunami, dan erupsi di Selat Sunda, Banten, akan menjadi bencana jika masyarakat tidak beradaptasi.
Dia mengatakan, adaptasi menjadi penting lantaran kawasan tersebut memiliki potensi gempa maksimal magnitudo M 8,7 dengan potensi tsunami hingga 20 meter.
-
Dimana BMKG memprakirakan cuaca cerah? Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan cuaca di Jakarta dan Kepulauan Seribu cerah dan cerah berawan pada Sabtu (30/9).
-
Kapan KM Rezki tenggelam? Peristiwa tenggelamnya KM Rezki diperkirakan terjadi sekira pukul 13.25 WITA, Sabtu, 2 Desember 2023.
-
Kenapa BMKG meminta warga Pandeglang dan Lebak waspada? Ini kemudian memicu dampak yang signifikan yang perlu diperhatikan oleh masyarakat.
-
Apa yang dilakukan BMKG terkait Siklon Tropis Yagi? Miming mengimbau masyarakat untuk tidak terpengaruh informasi yang kebenarannya masih diragukan terkait dampak siklon tropis itu di wilayah Indonesia dan terus mengikuti informasi perkembangannya yang terus dipantau BMKG.Hasil analisa perkembangan kondisi cuaca dan iklim juga akan selalu diinformasikan kepada masyarakat melalui aplikasi daring infoBMKG, media sosial infoBMKG atau langsung menghubungi kantor BMKG terdekat.
-
Bagaimana MKMK dibentuk? Ketiga orang ini dipilih secara aklamasi oleh seluruh hakim konstitusi.
-
Apa yang diimbau BMKG kepada pemudik yang akan melalui Jateng? Pada Minggu (7/4), Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau pemudik khususnya yang mengendarai sepeda motor agar mewadahi potensi cuaca ekstrem dengan intensitas sedang-lebat yang disertai petir dan angin kencang di sejumlah wilayag Jateng.
"Seandainya terjadi kita harus siap, gempa bumi, tsunami dan erupsi untuk memikirkan bagaimana beradaptasi," ujar Ramdhan saat menjadi pembicara di webinar Gempa Bumi Banten M 6,6 yang diikuti secara daring di Jakarta, dikutip dari Antara, Sabtu (22/1).
.
Menurut dia, gempa yang terjadi di Kabupaten Pandeglang M 6,6 pada Jumat (14/1) merupakan ‘foreschock' atau energi yang dirilis sedikit-sedikit sebelum ‘main schok’ atau energi maksimal gempa.
Menurut kajian BMKG, Pulau Sumatera hingga Jawa bagian barat pergeseran lempeng terdapat banyak sumber gempa yang dapat menjadi ancaman. Sebab, sumber gempa selain dari zona subduksi, sesar Sumatra dan sesar yang ada di Jawa.
Selain itu, longsoran Gunung Krakatau telah mengakibatkan tsunami pada 2018 dan paling fenomenal dengan ketinggian lebih dari 30 meter akibat erupsi 1883.
"Jawa bagian barat ada ibu kota, penduduk tinggi, daerah wisata. Tugas kita semua meningkatkan kesiapsiagaan kita meningkatkan adaptasi dengan fenomena alam," ujar dia.
Dibandingkan dengan gempa di Malang M 6,0, karakter gempa Banten terbilang merusak. Sebab terjadi selama lebih dari 12 detik dan menurut pengalaman di lapangan menyebabkan 3.000 lebih rumah rusak.
Gempa Banten tidak menghasilkan tsunami, karena tidak cukup kuat energinya untuk menghasilkan deformasi signifikan di permukaan bawah laut.
"Gempa selatan Banten, menurut BMKG, terjadi di zona subduksi, masih kita diskusikan lagi di zona interplate atau transisi, karena selain kedalamannya menengah, karakternya antara keduanya," katanya.
Hasil perubahan coloumb stress dan sebaran aftershock menunjukkan rambatan rupture ke arah vertikal.
BMKG telah mendiseminasikan peringatan dini gempa lima menit sebelum kejadian, dan memperbarui perubahan magnitudo berdasarkan data gempa yang diolah secara sistematik.
(mdk/rnd)