BNN sedang merintis pusat rehabilitasi nasional
BNN sedang merintis pusat rehabilitasi nasional. Waseso menuturkan, BNN tengah merintis pusat rehabilitasi nasional untuk menjadi rujukan dari program rehabilitasi. Waseso ingin program rehabilitasi pecandu narkoba memiliki standarisasi yang sama secara nasional.
Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komjen Budi Waseso mengatakan, pihaknya sedang serius memperbaiki program rehabilitasi bagi para pecandu narkoba. Waseso menuturkan, BNN tengah merintis pusat rehabilitasi nasional untuk menjadi rujukan dari program rehabilitasi.
"Pusat rehabilitasi nasional dan sekarang sedang saya rintis. Ini akan jadi rujukan semua yang direhabilitasi," kata Budi di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (31/3).
Waseso ingin program rehabilitasi pecandu narkoba memiliki standarisasi yang sama secara nasional. Langkah ini pun telah diterapkan di balai-balai rehabilitasi sejak Januari 2017 lalu.
"Saya ingin ada yang sama dan jadi standar nasional. Saya sudah terapkan di balai-balai. Manakala sudah sukses saya akan ajukan jadi standarisasi nasional. Ini baru jadi Januari. Meskipun evaluasinya semenjak saya jadi kepala BNN," terangnya.
Mantan Kabareskrim ini pun mengaku telah mengusulkan kepada Presiden Joko Widodo untuk membangun pusat laboratorium narkotika nasional. Rencana ini guna mengidentifikasi dan mengatasi perkembangan 800 narkotika jenis baru di dunia.
Sekitar 60 dari 800 jenis narkotika baru itu disebut telah masuk ke Indonesia. Sayangnya, BNN baru bisa mengidentifikasi 43 jenis karena keterbatasan laboratorium.
"Saya sudah mengusulkan pada Presiden bahwa untuk mengatasi perkembangan narkotika jenis baru maka Indonesia harus mempunyai pusat laboratorium narkotika nasional yang sekarang tidak punya," tuturnya.
"Tanpa itu kita akan kecolongan karena tidak tahu apakah ini narkotika atau narkotika jenis baru. Karena jaringan akan selalu mengedarkan jenis-jenis baru yang tidak terdeteksi oleh negara," sambungnya.
Untuk upaya pencegahan, Waseso memiliki ide untuk membuat pendidikan narkotika serta pusat museum di kawasan Lido, Jawa Barat. Pendidikan tersebut dinilai penting agar masyarakat bisa mengetahui bahaya narkotika.
"Dan saya ingin ada pendidikan narkotika dengan pusat museum narkotika nasional. Ini baru ide. Supaya masyarakat tahu narkotika kayak apa, Akan kita bangun pusatnya di Lido," tandasnya.
Dia juga berencana membuat materi khusus soal bahaya narkotika di semua strata pendidikan mulai dari TK, SD, SMP hingga SMA. Sebab, pihaknya menemukan jaringan narkotika telah menyasar anak-anak sekolah sebagai pangsa pasar mereka.
"Saya buat materi pelajaran TK, SD, SMP, SMA, pemahaman sesuai stratanya. Supaya dari TK sudah paham narkotika dan bahayanya. Karena sekarang ini jaringan ini melakukan operasi yang disebut sandinya operasi regenerasi pangsa pasar. Sasarannya anak TK sampai SD. Dioperasikan supaya jadi pangsa pasar berikutnya, di lingkungan sekolah," ungkapnya.
Terakhir, BNN telah menggandeng para tokoh lintas agama untuk membantu mensosialisasikan pemahaman soal narkotika dari sudut pandang agama. Pasalnya, kata Budi, semua agama tentu akan mengharamkan narkotika. Materi-materi soal bahaya narkotika dan konsekuensinya itu akan disusun menjadi buku untuk menjadi bahan dakwah bagi umat mereka.
"Bagaimana saya ingin pemahaman narkotika dari sudut pandang agama. Ini bebarapa agama sudah saya ajak komunikasi. Sudah kita komunikasikan, kita susun satu produk pandangan narkotika dari sudut pandang agama. Dan semua agama melarang atau mengharamkan narkotika," paparnya.
"Sudah jadi buku ini. Beberapa buku sesuai dengan agamanya. Dengan harapan ini jadi bahan dakwah tokoh-tokoh agama kepada umatnya. Sehingga secara agama apapun, mereka memahami narkotika melanggar secara agama dan dosa," lanjut Budi.