BNPB Ingatkan Tiga Potensi Bencana Besar di Lampung
Direktorat Pemetaan dan Risiko Bencana Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut wilayah Lampung setidaknya memiliki tiga potensi risiko yang dapat memicu bencana alam. Ketiga potensi itu yakni aktivitas Gunung Anak Krakatau, Sesar Sunda, dan sesar atau patahan aktif di darat.
Direktorat Pemetaan dan Risiko Bencana Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut wilayah Lampung setidaknya memiliki tiga potensi risiko yang dapat memicu bencana alam. Ketiga potensi itu yakni aktivitas Gunung Anak Krakatau, Sesar Sunda, dan sesar atau patahan aktif di darat.
Aktivitas erupsi Gunung Anak Krakatau masih terjadi. Statusnya berada pada Level III atau Siaga.
-
Bagaimana cara BPPTKG mengamati aktivitas Gunung Merapi? Kepala BPPTKG Yogyakarta, Agus Budi Santoso, mengatakan bahwa berdasarkan pengamatan selama enam jam, lava pijar mengalir ke arah barat daya atau ke arah Kali Bebeng.
-
Apa yang menjadi batu di dekat pasir berbisik Gunung Bromo? Kini batu singa tersebut masih bisa kita saksikan di dekat kawasan pasir berbisik Gunung Bromo. Batu Singa atau yang dikenal dengan sebutan Watu Singa jadi salah satu spot favorit wisatawan untuk berfoto.
-
Kapan Gunung Bromo akan ditutup? "Kawasan taman nasional ditutup pada 21 Juni pukul 00.00 WIB, hingga 24 Juni 2024 pukul 24.00 WIB," kata Septi dilansir dari Antara, Senin (17/6).
-
Siapa yang bertugas memantau gunung berapi di Indonesia? Dilansir situs resmi Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) adalah lembaga yang bertugas memantau gunung berapi.
-
Dimana BBTNGGP melakukan penutupan pendakian Gunung Gede Pangrango? Kepala Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (BBTNGGP), Sapto Aji di Cianjur, mengatakan pendakian sudah ditutup sejak 31 Desember dan kembali dibuka 31 Maret 2024.
-
Kapan BBNKB dikenakan? BBNKB berlaku bila seseorang melakukan transaksi jual beli mobil bekas dan akan dikenakan biaya balik nama sehingga kendaraan tersebut memiliki nama sesuai dengan pemilik atau pembelinya.
Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Pemetaan dan Risiko Bencana Abdul Muhari menjelaskan, aktivitas Gunung Anak Krakatau yang terakhir telah memicu tsunami Selat Sunda pada 2018. Total korban pada saat itu mencapai 430 jiwa.
Berdasarkan catatan sejarah, Krakatau pernah meletus pada 1883 dan kekuatan letusannya setara dengan empat kali lipat Tsar Bomba, yakni bom nuklir terkuat yang pernah diuji coba Rusia di Pasifik. Bom nuklir itu 3.000 kali lebih kuat dari bom atom yang pernah dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki, Jepang pada 1945.
"Krakatau empat kali Tsar Bomba ini," jelas Abdul Muhari dalam keterangan tulis, Sabtu (20/3).
Letusan Krakatau pada masa itu menyebabkan terjadinya lontaran material 41 kilometer kubik yang bisa membuat bukit buatan dengan ketinggian 300 meter.
Peristiwa tersebut juga memicu tsunami dengan ketinggian 9-36 meter. Lontaran sulfurnya mencapai lapisan stratosfer dan terbawa hingga ke wilayah Eropa sehingga menyebabkan perubahan iklim.
Potensi ancaman kedua adalah adanya Sesar Sunda yang berada di selatan Lampung dan Pulau Jawa bagian barat. Menurut hasil kajian Muhari bersama tim, segmen Sesar Sunda dapat melepaskan energi hingga 9 magnitudo.
Dalam pemodelan yang dilakukan, pelepasan maksimal energi itu juga dapat memicu terjadinya gelombang tsunami dengan ketinggian hingga 8-10 meter. "Ini estimasi yang paling besar dari kemungkinan potensi energi yang ada. Tentunya ini bukan akan bersifat menakut-nakuti, tidak. Tetapi potensi itu ada dan kejadiannya di selatan Jawa bagian barat, mengalami pengulangan dengan bukti-bukti geologi yang ada," jelas Muhari.
Kemudian untuk sesar yang dapat memicu gempa darat, Muhari menjelaskan bahwa ada beberapa sesar aktif yang dapat melepaskan energi dan memicu gempa dengan skala estimasi magnitudo 6,9 hingga 7,3. Adapun sesar tersebut terbagi menjadi beberapa bagian yakni: Sesar Enggano, Kumering Selatan, Kumering Utara, Barumun, Ujung Kulon, Semangko Timur, Semangko Barat, Semangko Graben.
Menurut catatan Muhari, Sesar Semangko Barat diduga menjadi pemicu terjadinya peristiwa gempa bumi Liwa yang menyebabkan sedikitnya 196 jiwa menjadi korban dan kurang lebih 2.000 lainnya mengalami luka-luka. "Semangko Barat itu segmen yang mungkin menjadi penggerak gempa Liwa yang terjadi pada 1994. Liwa termasuk aktif, dua kali 1993 dan 1994," jelas Muhari.
Reporter: Yopi Makdori (Liputan6.com).
Baca juga:
Masih Ada Potensi Bencana Alam, BNPB Imbau Masyarakat Tetap Waspada
BNPB Gelar Pembekalan Riset Bencana dengan Perguruan Tinggi Seluruh Indonesia
Bencana Cenderung Meningkat, BNPB Minta Anggaran Dinaikkan
Kota Beijing Diselimuti Debu Setelah Dilanda Badai Pasir Terburuk dalam Satu Dekade
Sejarah 16 Maret: Meletusnya Gunung Agung 58 Tahun Silam yang Membunuh Ribuan Jiwa