BNPT diminta tidak terjebak simbol terorisme buatan Amerika
BNPT harus memisahkan antara tindakan penanganan masalah kriminal dan terorisme.
Guru Besar Departemen Kriminologi Universitas Indonesia Bambang Widodo Umar mengkritik cara kerja Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dalam memberantas terorisme. Salah satunya tentang simbol terorisme yang diidentikkan dengan kelompok Islam yang dianggap radikal.
"Kan simbol terorisme itu dibikin oleh Amerika Serikat. Apa kalau kita tidak ikuti Amerika Serikat terus kita juga dicap teroris?" Kata Bambang dalam seminar 'Sistem Keamanan Obyek Vital dalam Menghadapi Ancaman Terorisme' yang diselenggarakan BNPT, di Hotel Millenium, Jakarta Pusat, Rabu (20/11).
Bambang meminta kepada BNPT untuk membedakan simbol terorisme yang sesungguhnya atau ideologi yang diyakini sebagai paham terorisme. Dia juga meminta BNPT memisahkan antara tindakan penanganan antara cara-cara menangani masalah kriminal dan terorisme.
"Kalau terorisme itu ideologi, segera cari dan petakan. BNPT juga jangan hanya menangkap orang-orang kecil yang dianggap terkait atau terduga terorisme. Kita kan juga tidak tahu, apakah mereka terdoktrin dan tidak tahu apa-apa. Pisahkan antara tindakan kriminal dan terorisme," ujar Bambang.
Selain itu Bambang menerangkan, sejak zaman kemerdekaan sudah ada teror. Tapi saat itu cara melihatnya lain. Bambang mencontohkan, bagaimana melihat laskar yang berjuang yang ikut berjuang untuk republik, namun setelah merdeka mereka diabaikan.
"Masukkan juga faktor-faktor itu. Laskar-laskar itu melakukan teror pada masa Bung Karno karena memang sakit hati karena diabaikan. Apalagi sekarang, pembangunan yang tidak merata. Hal-hal semacam itu bisa menimbulkan kecemburuan sosial," kata Bambang.