BNPT: Selama sebelas tahun, 60 aksi teror terjadi di Indonesia
Serangan teror terhadap fasilitas publik, obyek vital dan fasilitas internasional memberikan efek yang meluas.
Sepanjang tahun 2000 sampai 2011 terjadi 60 aksi teror terhadap fasilitas publik dan lingkungan. Enam aksi teror terhadap jaringan transportasi dan 25 serangan terhadap fasilitas milik pemerintah serta pihak asing dan sisanya ke objek lainnya.
Hal itu dikemukakan Agus Surya Bakti, Deputi Bidang Pencegahan, Perlindungan dan deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dalam Seminar Nasional 'Sistem Keamanan Obyek Vital dalam Menghadapi Ancaman Terorisme' di Hotel Millenium, Jakarta, Rabu (20/11).
"Serangan teror terhadap fasilitas publik, obyek vital dan fasilitas internasional memberikan efek yang meluas dan merugikan kepentingan nasional," kata Agus dalam menyampaikan makalahnya yang berjudul, 'Strategi Nasional Pencegahan Terorisme'.
Menurut Agus, Bidang Pencegahan BNPT melakukan strategi pencegahan, yakni deradikalisasi dan kontra radikalisasi atau penangkalan ideologi.
"Strategi deradikalisasi dilaksanakan oleh direktorat deradikalisasi. Strategi ini ditujukan kepada kelompok ideolog atau inti dan militan. Sedangkan strategi kontra radikalisasi atau penangkalan ideologi ditujukan kepada komponen masyarakat agar tidak mudah terpengaruh oleh paham radikalisme," ujar Agus.
Lebih lanjut Agus menjelaskan, Bidang Pencegahan BNPT telah melakukan sosialisasi antiterorisme kepada siswa, guru, dan kepala sekolah di sembilan provinsi. Sedangkan pelatihan untuk penanggulangan terorisme kepada 50 orang manajer satuan pengamanan instansi terkait.
Tujuan seminar, menurut Agus, untuk menggalang koordinasi dengan semua lembaga yang memiliki aset yang dianggap vital dan penanggulangan terorisme. Mulai dari perusahaan kimia, kelistrikan, gas, minyak, dan yang lainnya.
"Koordinasi dengan semua lembaga itu, bahasanya gampang. Namun dalam pelaksanaannya sangat sulit. Apalagi ini terkait obyek vital dan penanggulangan terhadap terorisme," kata Agus.
Dalam jadwal acara, seminar akan diisi oleh pembicara Bambang Wuryanto, Anggota Komisi VII DPR. Namun berhalang hadir. Sedangkan peserta seminar perwakilan yang berasal dari berbagai instansi pemerintah dan swasta dari bidang migas, pertambangan, seperti dari SKK Migas, PT. Sucofindo, dan perusahaan lainnya.