Cara Ganjar Tangani Stunting dan Pernikahan Dini Jika Menjadi Presiden
Menurutnya, dua isu ini menjadi problematika yang sering didiskusikan, karena sering muncul kasusnya di masyarakat.
Ganjar ditantang bagaimana ketika kelak menjadi presiden bisa menyelesaikan hal tersebut.
Cara Ganjar Tangani Stunting dan Pernikahan Dini Jika Menjadi Presiden
- Ganjar Buka Suara Tanggapi 'Karyawan Dipecat tapi Masih Dapat Bintang 4'
- Ganjar Ajak Bupati Kampanye Usai Penyataan Jokowi: Sudah Ada Statement, Enggak Boleh Takut
- Ganjar Tanggapi Isu Pemakzulan Presiden Jokowi: Apa Pelanggaran yang Dilakukan?
- Ganjar Tak Khawatir Kampanye di Jateng Terganggu Kunker Jokowi: Kalau Beliau Niatnya Ngikutin Saya Berarti Sayang
Calon presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo melanjutkan kunjungannya ke sejumlah titik di Jawa Tengah. Salah satunya, Klaten. Kali ini, Ganjar bertemu dengan sekelompok anak muda untuk mendiskusi hal-hil yang menjadi konsen mereka.
Dua topik yang diangkat saat diskusi, pertama soal stunting dan kedua terkait pernikahan dini. Mendengar hal itu, Ganjar ditantang bagaimana ketika kelak menjadi presiden bisa menyelesaikan hal tersebut.
"Luar biasa, karena beberapa anak-anak muda yang berstatus mahasiswa, mereka sangat peduli pada stunting dan pernikahan dini. Kenapa pernikahan dini, karena dikaitkan dengan KDRT (kekerasan dalam rumah tangga)," kata Ganjar di di Klaten, Jawa Tengah, seperti dikutip Kamis (28/12).
Menurutnya, dua isu ini menjadi problematika yang sering didiskusikan, karena sering muncul kasusnya di masyarakat. Karena itu, Ganjar, memastikan akan merespons keduanya secara serius.
"(Soal KDRT) umpamanya membuat panic button, agar orang bisa melaporkan, memberikan shelter-shelter agar orang nyaman konsultasi jarak jauh," contoh Ganjar.
Ganjar meyakini, dengan upaya tersebut masyarakat bisa lebih cepat melaporkan, menyampaikan, sebelum nanti ada tindakan-tindakan yang bisa menyelamatkan para korban.
Terkait stunting, Ganjar melalui program kerjanya menargetkan bisa menekan sampai di bawah sembilan persen. Penanganannya adalah dengan memenuhi kebutuhan gizi ibu selama masa kehamilan dan bayi hingga usia lima tahun.
"Selanjutnya mensosialisasikan pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif hingga bayi berumur enam bulan dan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI) sehat," Ganjar menandasi.