Cerita dosen Psikologi biayai anak asuh hingga sukses
Selain membiayai putra putrinya sendiri, Endang juga menyekolahkan anak-anak kurang mampu.
Tepat pada 22 Desember seluruh masyarakat Indonesia merayakan hari ibu. Di mana kita semua diingatkan untuk merefleksi betapa berartinya seorang ibu dalam kehidupan. Ibu selalu menjadi inspirasi bagi anaknya. Bagaimana pun tidak ibu adalah orang yang paling berperan menjadikan kebanyakan anak untuk tumbuh kembang hingga dewasa.
Berbagai nasehat yang luar biasa itu semua dilakukan untuk kebaikan masa depan anaknya. "Ibu itu adalah wanita, wanita dalam artian berani ditata, berani menata, dan bertapa (berani untuk berlatih prihatin)," kisah Endang Pujiastuti Untung, sosok ibu inspiratif yang memiliki sejumlah anak asuh, kepada merdeka.com.
Dalam kesehariannya ibu empat anak ini memang menjadi Dosen Fakultas Psikologi Unisba Bandung. Tapi bukan berarti mengurangi jiwa sosial yang dimilikinya.
Endang selain telah berhasil membesarkan seluruh putra-putrinya dengan pendidikan tinggi, juga memiliki sejumlah anak asuh yang harus diberi pola asuh seimbang. Kebanyakan dari mereka berasal dari keluarga yang kurang mampu.
"Prinsip saya dalam hidup itu ialah bagaimana bisa berguna buat saya sendiri dan lingkungan sekitar," ujar Endang yang juga mengajar mata kuliah Psikologi Perkembangan.
Merawat anak asuh menurut Endang gampang-gampang susah. Ada saja konflik di mana keluarga menjadi tak utuh karena kehadiran orang asing. Tapi ia yakin, tekad kuat dengan maksud tak ingin anak yang seharusnya memiliki masa depan cerah menjadi sirna karena salah asuh.
"Saya sudah selalu tidak tega melihat anak yang ingin memiliki cita-cita tapi tak tercapai karena terbentur dana atau hak asuh," kata dia.
Kepedulian Endang kepada anak kurang mampu berawal dari pengalamannya ketika sulit memiliki keturunan. Berkat keikhlasan menjalani hidup, 10 tahun pasca pernikahan dengan suaminya Untung Sudarsono, Tuhan memberinya anak.
"Ternyata dengan ikhlas Tuhan memberi kan hal lebih, saya diberi empat buah hati," ujarnya.
Berangkat dari situ, ia memiliki empati tinggi terhadap anak-anak, hingga akhirnya delapan tahun sudah ia mengabdikan hidupnya sebagai bunda anak-anak miskin tapi memiliki cita-cita tinggi. Pada akhirnya, satu demi satu ia antar anak-anak tersebut menjadi memiliki kemampuan. Harapannya, bahwa kelak nanti mereka menjadi pribadi yang berguna.
Tak sedikit kesuksesan anak asuhnya berasal dari buah kesabaran. "Kebanyakan mereka yang sudah menginjak bangku SMP, yang ingin melanjutkan SMA tapi tidak mampu, akhirnya saya ambil, dan sekarang ada yang sudah menikah dan sukes, tentu saya senang," katanya.
Di rumahnya yang berdiri tegak di atas 500 meter persegi setiap harinya dijadikan kegiatan sosial. Anak asuhnya yang sudah dididik sejak kecil menularkan kembali pesan-pesan positif ke murid Playgroup Pelukan Bunda yang didirikan di Jalan Sarikaso VI nomor IV, Sarijadi Bandung.
"Setiap Jumat bahkan kami menggratiskan bentuk pendidikan bagi siapa saja yang mau belajar dan bermain," ungkapnya.
Dia mengaku bahwa hidup bukan untuk diri sendiri, dan sebaik-baiknya orang adalah mereka yang banyak memberikan manfaat bagi orang lain di sekeliling mereka. "Jadilah orang berguna untuk banyak orang, karena harta tidak akan dibawa kemana," tandasnya.