Cerita kakek Suaedi di balik baju badut 'Winnie the Pooh'
Kakek yang setiap harinya menjadi badut Winnie The Pooh untuk menghibur anak-anak membuat banyak orang terenyuh.
Berita berantai di media sosial soal seorang kakek berkostum Winnie The Pooh segera mengundang simpati netizen. Suaedi (75), kakek yang setiap harinya menjadi badut Winnie The Pooh untuk menghibur anak-anak di sekitaran Lippo Mall Sidoarjo membuat banyak orang terenyuh.
Cerita kakek Suaedi pertama kali booming di media sosial dan menjadi bahan pembicaraan ketika akun Facebook E100 yang merupakan akun resmi Radio Suara Surabaya mengunggahnya.
"Bapak tua ini beberapa kali dilaporkan pendengar Suara Surabaya terlihat di sekitaran Sidoarjo," tulis E100 pada akun Facebook-nya, Minggu (14/6) lalu.
Disebutkan bahwa kakek Suaedi hidup sebatang kara. Suaedi tinggal di daerah Driyorejo Sidoarjo. Dua tahun terakhir kakek renta menderita stroke namun dia tetap bekerja tanpa menjadi pengemis.
Kabar ini pun segera menggelinding jauh di dunia maya dan banyak mendapat simpati. Namun hasil penelusuran merdeka.com, kehidupan Suaedi ternyata tidak demikian. Berikut hasil penelusuran merdeka.com soal kisah Suaedi si kakek Winnie The Pooh tersebut:
-
Kapan Wibowo Wirjodiprodjo meninggal? Di akhir hidupnya, Ari dan Ira Wibowo menceritakan bahwa sang ayah pergi dengan tenang, tanpa rasa sakit, dan dikelilingi oleh keluarga tercinta.
-
Kapan Kebun Bibit Wonorejo buka? Kebun Bibit Wonorejo buka setiap hari dari pukul 08.00 WIB hingga 18.00 WIB.
-
Kapan Arca Totok Kerot ditemukan? Pada tahun 1981, penduduk melaporkan adanya benda besar dalam gundukan di tengah sawah. Gundukan tersebut digali hingga terlihat sebuah arca. Penggalian hanya dilakukan setengah badan saja yaitu pada bagian atas arca.
-
Kapan Mikhaela Lee Jowono lahir? Mikha, panggilan akrabnya, lahir pada 8 Februari 2011.
-
Siapa Mbah Joget? Dilansir dari kanal YouTube Tri Anaera Vloger, Mbah Joget sendiri merupakan seorang penari atau ronggeng pada masa kolonial Belanda.
-
Kapan Waduk Kembangan buka? Jam operasional Waduk Kembangan adalah setiap hari, mulai pukul 07.00 hingga 19.30 WIB.
Kakek Suaedi tidak menderita stroke
Dinas Sosial Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur membawa seorang kakek berpakaian badut Winnie the Pooh dari depan Lippo Mall di Kota Udang itu. Pria di balik kostum badut beruang ini bernama Suaedi, hidup sebatang kara di daerah Driyorejo, Gresik.
Namun ternyata semua itu hanya modus agar banyak orang kasihan dan dirinya mendapat untung lebih banyak dari sekadar mengemis.
Kakek yang telah berumur 75 tahun itu juga mengaku menderita sakit stroke. Dengan dalih itu, meski sakit, dia berusaha mencukupi kebutuhan hidupnya menjadi badut, berharap belas kasih orang. Dengan berkostum beruang kuning itu, Suedi bisa kantongi Rp 500 ribu setiap harinya, hasil belas kasih orang.
Kepala Dinas Sosial dan Tenaga Kerja (Dinsosnaker) Sidoarjo Husni Tamrin akhirnya perintahkan petugas membawa Suaedi agar dirawat di Liponsos Sidoarjo, Jalan Sidokare.
Hasil investigasi Liponsos, ternyata Suaedi adalah warga Mojokerto bukan Gresik dan memiliki rumah mewah dengan tujuh istri serta lima anak. Si kakek beruang kuning itu, juga tidak menderita stroke seperti dikabarkan banyak pihak.
"Setelah kita cek kesehatannya, dia enggak sakit. Senin kemarin, sekitar pukul 10.00 WIB, dia kita pulangkan. Sesuai KTP-nya, dia warga Mojokerto. Dia kita serahkan ke Dinsos Mojokerto. Dia juga dijemput satu dari lima anaknya," kata petugas yang ikut mendampingi Suaedi, Dayat pada merdeka.com di Kantor Liponsos, Sidoarjo, Selasa (16/6) lalu.
Pura-pura stroke, Suaedi bisa dapat Rp 500 ribu
Petugas Liponsos, Dayat mengungkapkan, Suaedi sebenarnya hanya mengaku sedang menderita stroke dan hidup sebatang kara, untuk menarik belas kasih orang. Setiap harinya Suaedi bisa mendapatkan uang Rp 500 ribu dengan berpura-pura stroke.
"Hasil dari menjadi badut, dia bisa mendapat Rp 500 ribu per hari, ini dari pengakuannya sendiri. Dia bilang kalau sehari tidak dapat (Rp 500 ribu) itu, dia tidak akan pulang," tutur Dayat.
Disahuti petugas lain sambil tersenyum geli. "Dari hasil itu, dalam satu tahun dia bisa membeli rumah di Mojokerto, beli motor Yamaha Vixion dan motor matic," katanya.
Suaedi ngaku punya 7 istri
Kepada petugas Liponsos, Suaedi mengaku memiliki 7 istri. Hal itu dikatakan Dayat, petugas Liponsos yang membawa Suaedi agar tidak lagi mengemis di kawasan Lippo Mall Sidoarjo, Jawa Timur.
"Memang kemarin dia mengaku istrinya ada tujuh. Waktu kita bawa kemarin, kan bukan hanya Suaedi, tapi istri ketujuhnya juga kita bawa. Entah istri-istrinya yang lain meninggal atau cerai, kita tidak tahu. Yang jelas, dia bilang istrinya tujuh," kata Dayat lagi.
Menurut keterangan Dayat, saat Suaedi dibawa petugas Liponsos Sidoarjo pada Minggu kemarin, tiba-tiba seorang perempuan mengaku anak Suaedi berlari menghampiri petugas, dan mengatakan masalah itu.
"Pertama dia mengaku anaknya, tapi setelah kita desak ternyata mengaku istri ke tujuh Suadi. Namanya Karsih. Jadi, Karsih ini memang mengawasi Suaedi dari jauh setiap hari. Dia tidak ikut berpakaian badut. Tapi dalam tasnya ada dua pakaian badut," tandasnya.
Tak mau nipu lagi, kakek Suaedi bakar kostum Winnie the pooh
Tak mau lagi dicap pembual, Suwadi alias Suaedi dan Karsi, warga Dusun Bulu, Desa Sawo, Kecamatan Jetis, membakar sepasang badut Winnie the Pooh miliknya di Kantor Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.
Peristiwa itu terjadi usai sepasang pengamen Winnie the Pooh tersebut, meneken surat perjanjian bermaterai yang disodorkan pihak Dinsos. Suaedi dan Karsi, berjanji tak akan lagi menjadi badut beruang dengan mengaku-aku sakit dan sebatang kara.
"Waktu di sini, ya cuma sehari itu. Hari Senin mereka diantar Dinsos Sidoarjo ke sini (Mojokerto). Langsung kita lakukan pembinaan mental serta kita buatkan surat perjanjian. Setelah itu kita pulangkan," terang Kabid Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Dinsos Kabupaten, Mojokerto, Liyanto pada merdeka.com, Rabu (17/6) kemarin.
"Mereka dijemput anak laki-lakinya di sini (Dinsos). Di depan anaknya, mereka janji tidak mengulangi pekerjaannya lagi."
Memang, masih kata Liyanto, dari keterangan anaknya, mereka ini berasal dari keluarga, yang tergolong mampu, bukan dari kalangan orang miskin. Tapi, Suaedi dan Karsi memilih jadi badut pengamen di jalan-jalan.
"Karena sudah janji, untuk membuktikan kesungguhannya, mereka bakar dua baju badutnya di sini. Iya di sini, di depan halaman itu mereka membakar baju badutnya, sebelum berangkat pulang," ungkap Liyanto menunjuk lokasi pemusnahan Winnie the Pooh.