Cerita Kang Dedi diajak warga robohkan rumah seorang nenek di Bekasi
Calon Wakil Gubernur Jawa Barat nomor urut 4 Dedi Mulyadi mengajak warga masyarakat merobohkan rumah milik seorang nenek tua. Rumah tersebut berlokasi di Desa Sukamanah, Kecamatan Sukatani, Kabupaten Bekasi.
Calon Wakil Gubernur Jawa Barat nomor urut 4 Dedi Mulyadi mengajak warga masyarakat merobohkan rumah milik seorang nenek tua. Rumah tersebut berlokasi di Desa Sukamanah, Kecamatan Sukatani, Kabupaten Bekasi.
Awal mula, pria yang lekat dengan iket Sunda berwarna putih tersebut sedang berkumpul bersama warga. Kemudian, tiba-tiba Ketua RW setempat, Pipin (48) memberi tahu ada rumah milik Mak Rieum (70) yang hampir roboh.
-
Apa yang ditemukan di Bekasi? Warga Bekasi digegerkan temuan kerangka manusia di sebuah lahan kosong. Polisi pun melakukan penyelidikan.
-
Apa yang terjadi di gudang peluru di Bekasi? Gudang peluru di Bantargebang, Bekasi meledak. Api membumbung tinggi. Ledakan juga terjadi berkali-kali.
-
Apa yang terjadi di Bekasi pada Kamis (30/11) ? Elemen buruh melakukan rasa di daerah Bekasi, Jawa Barat dan sekitarnya.
-
Kapan kerangka manusia ditemukan di Bekasi? Dia menjelaskan, kerangka manusia ditemukan di lahan Kosong Grand Wisata, Kampung Bulak Jambu, Tambun Selatan Kabupaten Bekasi pada pukul 17:00 WIB pada Rabu, 4 September 2024.
-
Kapan Pilkada serentak berikutnya di Indonesia? Indonesia juga kembali akan menggelar pesta demokrasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) secara serentak di tahun 2024. Pilkada 2024 akan dilasanakan ada 27 November 2024 untuk memilih gubernur, wali kota, dan bupati.
-
Dimana kerangka manusia ditemukan di Bekasi? Dia menjelaskan, kerangka manusia ditemukan di lahan Kosong Grand Wisata, Kampung Bulak Jambu, Tambun Selatan Kabupaten Bekasi pada pukul 17:00 WIB pada Rabu, 4 September 2024.
Berdasarkan pantauan, rumah tersebut dihuni oleh 12 orang penghuni. Kondisinya memang memprihatinkan karena selain ukurannya hanya 6x3, genting rumah itu sudah miring. Ditambah, tiang penyangga rumahnya sudah lapuk dimakan rayap.
Di rumah tersebut Mak Rieum mengatakan bukan tidak ingin memperbaiki rumahnya. Ketiadaan biaya menjadi penyebab utama tidak diperbaikinya rumah tersebut. Sehari-hari, suami Mak Rieum tidak bekerja karena sudah lanjut usia.
"Di sini ada nenek, bapak, empat anak dan enam cucu. Bapak (suaminya) sudah gak kerja da begitu, sudah lanjut usia. Repotnya, kalau sudah datang banjir Pak, basah semuanya," keluh Mak Rieum, Selasa (13/3/2018).
Kedua belas penghuni rumah tersebut tidur berhimpitan setiap malam di ruang tengah karena rumah itu tidak memiliki kamar.
"Gini aja terlentang semua di ruang tengah. Soalnya gak ada kamar," katanya.
Curhatan sang nenek membuat batin Dedi Mulyadi tersentuh. Dia mengajak warga sekitar agar merobohkan rumah tersebut untuk diperbaiki. Mak Rieum sendiri sempat panik saat melihat kerumunan warga yang secara spontan hadir untuk membantu.
Akan tetapi, setelah dijelaskan bahwa maksud kedatangan mereka adalah dalam rangka memperbaiki rumah, keharuan tampak di wajahnya.
"Alhamdulillah, terima kasih," ujarnya sambil menangis.
Sambil menunggu perbaikan rumahnya selesai, Mak Rieum dan keluarganya akan tinggal di sebuah rumah kontrakan. Untuk membayar biaya kontrakan per bulan, warga setempat akan udunan mengumpulkan biaya.
"Iya sementara mah kami kontrakin rumah. Nanti warga patungan buat bayar kontrakannya," kata Ketua RW setempat, Pipin (48).
Sebelum mengerahkan warga untuk memperbaiki rumah Mak Rieum, calon Wakil Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi terlibat diskusi dengan Panwaslu setempat.
Dirinya bertanya apakah meminta warga bergotong royong untuk memperbaiki rumah termasuk pelanggaran pemilukada atau tidak.
"Tanya nih ke Panwaslu, mengajak warga bergotong royong termasuk pelanggaran atau tidak?. Bisa kan?. Kasihan kalau dibiarkan, ini rumah ditinggali 12 orang loh. Apalagi ini musim hujan," kata Dedi.
Soal biaya pembangunan rumah tersebut sama sekali tidak keluar dari kocek pribadi mantan Bupati Purwakarta dua periode itu. Koleganya di kampung tersebut sudah berkoordinasi untuk membantu biaya perbaikan rumah.
"Tadi saya tanya ke Panwaslu, teknisnya warga bergotong royong. Soal lainnya rekan saya udunan sama warga sini," ujarnya di hadapan beberapa orang anggota Panwaslu setempat.
Tentang Meikarta
Sementara itu, calon Wakil Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mengatakan selama ini para pakar dan pihak berkepentingan selalu memperdebatkan terkait Meikarta.
Padahal, ada hal yang lebih substantif yakni distribusi pajak kota baru tersebut harus disalurkan untuk melakukan penataan perkampungan di Bekasi.
"Jangan terus meributkan soal Meikarta, itu sudah ada izinnya. Saat ini, kita harus memikirkan agar pajak dari Meikarta itu disalurkan untuk menata perkampungan kumuh seperti ini," tegasnya.
Para penghuni Kota Baru Meikarta menurut Dedi Mulyadi adalah mayoritas pendatang. Karena itu, pajak dari para pendatang itu harus bermanfaat untuk warga setempat.
Jangan sampai, para pendatang di Meikarta hidup enak tapi warga sekitarnya tidak bisa menikmati hasil pajak dari Meikarta itu," tegasnya.
(mdk/did)