Cerita mereka yang putus setelah pacaran di Kebun Raya Bogor
Sebagian orang menganggap bahwa hal ini hanya mitos. kalau pun benar terjadi hanya kebetulan belaka.
Salah satu mitos yang tumbuh subur di Kebun Raya Bogor adalah kandasnya jalinan kasih sejoli jika berpacaran di tempat tersebut. Meski hanya dianggap mitos, namun banyak orang yang mengalami hal ini.
Purnama (29) warga Bantar Kemang Bogor ini mengaku hubungannya dengan pacar pertamanya putus setelah sempat jalan-jalan bersama kawan-kawannya di Kebun Raya Bogor.
"Ya dulu cinta pertama. Dulu saya bertiga sama temen saya, pacar saya juga bertiga sama temen-temennya yang perempuan. Sekitar 1 atau dua bulan kita putus," ujar Purnama mengenang peristiwa 10 tahun lalu kepada merdeka.com, Sabtu (24/11).
Cerita yang sama juga dialami Donni, warga Bogor yang sejak 3 tahun lalu bekerja di bilangan Kuningan, Jakarta Selatan. Pada tahun 2008 lalu, saat masih mahasiswa Donni pernah mengajak pacarnya jalan-jalan di Kebun Raya Bogor.
"Saya sich gak percaya, tetapi bener juga akhirnya putus. Putus memang karena nasib kali, bukan karena mitos Kebun Raya Bogor," terangnya.
Mitos bahwa pacaran di Kebun Raya Bogor bakal membuat hubungan kandas seolah menjadi cerita tersendiri di kebun yang didirikan oleh Prof Dr C G C Reindwart, seorang ahli botani berkebangsaan Jerman ini. Sebagian orang menganggap bahwa hal ini hanya mitos. kalau pun benar terjadi hanya kebetulan belaka.
"Saya sich gak percaya. Sebulan yang lalu saya sama pacar ke sana, sampai sekarang masih jalan," ujar Pram warga Bekasi dalam pembicaraan kepada merdeka.com.
Namun diakuinya, sejak sebulan lalu, hubungannya dengan sang kekasih seperti mendapat ujian. Namun dirinya membantah bahwa hal itu akibat pacaran di Kebun Raya.
"Ya sempat ada masalah. Orangtua dia pengen punya mantu dokter atau PNS. Tapi yang jelas pacar saya tetap maunya sama saya," ujar Pram percaya diri.
"Temen-temen saya juga bilang, awas nanti bakal putus. Tapi saya sich gak percaya. Saya bakal patahkan mitos sial itu. Tetapi kalau toh putus yang karena sebab lain, yang jelas bukan kemakan mitos," terang pria jangkung ini.
Lalu apakah Anda percaya dengan mitos yang cukup santer tersebut?