Cerita miris Adi, pemuda Purwakarta putus sekolah karena lebih pilih main di warnet
Ayahnya berprofesi sebagai buruh di toko bangunan sekitar rumahnya. Sedangkan ibunya sudah lama pergi dari rumah karena mengalami gangguan jiwa.
Adi Septiawan (17), warga Gang Nusa Indah IV RT 04/01 Kelurahan Nagri Kaler Purwakarta, harus putus sekolah sejak tiga tahun lalu akibat sering bermain di Warung Internet atau Warnet. Dia lebih memilih menghabiskan waktu di warnet setiap hari dan tidak pernah sampai ke sekolah sejak kelas 1 SMP.
Hal ini dijelaskan oleh Wawan (43), orangtua Adi, di hadapan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi yang meninjau rumah mereka di kawasan tersebut hari ini, Sabtu (2/12).
-
Apa yang menjadi salah satu solusi untuk kemacetan di Jakarta? Wacana Pembagian Jam Kerja Salah satu ide yang diusulkan Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono adalah pembagian jam masuk kerja para pekerja di Jakarta. Menurutnya, cara itu bisa mengurangi kemacetan hingga 30 persen.
-
Di mana kemacetan parah di Jakarta sering terjadi? Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Rani Mauliani menerangkan, kemacetan parah di beberapa titik di Jakarta kerap terjadi pada jam berangkat dan pulang kerja.
-
Apa julukan internasional Jakarta? Istilah ini agaknya masih asing di telinga masyarakat Indonesia, terlebih bagi warga Jakarta itu sendiri. Padahal, kepopulerannya sudah lama melekat di kalangan internasional. Menariknya, sematan kata “The Big Durian” membuatnya sering disamakan dengan Kota New York di Amerika.
-
Kapan kemacetan di Jakarta terjadi? Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Rani Mauliani menerangkan, kemacetan parah di beberapa titik di Jakarta kerap terjadi pada jam berangkat dan pulang kerja.
-
Siapa yang mengunjungi Indah Permatasari di Jakarta? Mertua Indah Permatasari beberapa waktu lalu datang ke Jakarta mengunjungi anak, menantu dan cucu mereka.
-
Siapa saja yang diarak di Jakarta? Pawai Emas Timnas Indonesia Diarak Keliling Jakarta Lautan suporter mulai dari Kemenpora hingga Bundaran Hotel Indonesia. Mereka antusias mengikuti arak-arakan pemain Timnas
Kedatangan Dedi menindaklanjuti laporan salah seorang guru yang menyebutkan di daerah tersebut terdapat sebuah rumah yang tidak layak huni. Setelah dipastikan, rumah tersebut milik Wawan yang sehari-hari berprofesi sebagai buruh di toko bangunan sekitar rumahnya.
Berdasarkan keterangan Wawan, dirinya terpaksa menjadi tulang punggung keluarga sekaligus mengurus ketiga anaknya. Sang istri telah lama meninggalkan rumah akibat gangguan jiwa yang dideritanya. Alhasil, ia tidak memiliki kontrol penuh terhadap anak-anak.
"Ya, kondisinya seperti ini, ibu mereka pergi enggak tahu ke mana karena gangguan jiwa. Anak pertama sudah tidak sekolah, padahal sering saya suruh, tapi kata temannya gak pernah nyampe ke sekolah malah main di warnet. Anak kedua dan ketiga masih sekolah," jelas Wawan.
Untuk mengisi waktu sehari-hari, kini Adi bekerja membantu saudaranya yang memiliki lapak jualan daging di Pasar Ki Sunda, tak jauh dari rumahnya. Mendengar itu, Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi kemudian menawarkan modal usaha mandiri untuk Adi dengan syarat di tahun ajaran baru mendatang, dia harus melanjutkan sekolah.
"Mau jualan atau mau lanjut sekolah. Saya kasih modal mau gak? Kenapa gak lanjut sekolah? SD dan SMP di Purwakarta mah kan gratis," kata Dedi pada Adi.
Adi tampak diam menanggapi tawaran dari Dedi. Setelah ditanya kembali, dia mengangguk dan menerima tawaran modal usaha dengan syarat yang diajukan oleh Bupati Purwakarta dua periode itu.
"Nah begitu, harus mau. Sekolahnya harus rajin, harus rajin bantu bapak juga," tegas Dedi.
Selain Adi, Wawan juga memiliki anak bungsu bernama Ari Gustiawan (9). Anak yang duduk di Kelas 2 SDN 7 Nageri Kaler inilah yang diketahui menangis saat dimintai sumbangan beras perelek setiap hari Kamis sebanyak satu gelas oleh gurunya, Neng Nurjanah Ramdani. Kondisi Ari berikut rumahnya sudah ia ceritakan melalui akun facebook miliknya.
Karena berada dalam kondisi ekonomi tidak mampu, keluarga Ari mendapatkan bantuan dari murid-murid SD tersebut sebanyak setengah karung beras dalam setiap minggunya.
"Iya Alhamdulillah, artinya Program Beras Welas Asih sudah berjalan. Saya juga terima kasih kepada Ibu Guru, saya jadi tahu kondisi keluarga Pak Wawan," jelas Dedi.
Sementara itu, rumah milik Wawan juga diperbaiki melalui Program Perbaikan Rumah Tidak Layak Huni dari Pemerintah Kabupaten Purwakarta.
Baca juga:
Tragis, ilmuwan terkenal Lebanon ini jadi gelandangan di masa tua
Diduga stres gagal nikah, pemuda ini dua kali potong kemaluan
Derita bayi Yusuf, berat badan menyusut karena sakit usus tak kunjung sembuh
Kisah nenek usia 110 tahun tinggal sebatang kara di tepi rel kereta
Perjuangan bapak antarkan anak ke sekolah, dimasukkan dalam plastik seberangi sungai
Air mata dan gumam harapan Dian bocah 10 tahun di Banyumas
Kesedihan Sumiati digugat anak kandung, rumah disita & numpang tinggal bareng anjal