Miris, Remaja Putri di Ogan Ilir Terpaksa Putus Sekolah dan Tak Bisa Berobat Akibat Gizi Buruk
Ayah remaja putri itu sudah tiada sejak bayi dan ibunya kabur saat usianya baru empat tahun.
Nasib malang dialami seorang remaja putri berinisial YL (12), yang mengidap gizi buruk. Dia terpaksa putus sekolah karena hanya mampu berbaring dan tak bisa berobat lantaran keterbatasan biaya.
YL tinggal bersama neneknya, Waniah (70), di Desa Mandi Angin, Indralaya Selatan, Ogan Ilir, Sumatera Selatan. Ayahnya sudah tiada sejak bayi dan ibunya kabur saat usianya baru empat tahun.
Waniah tak memiliki pekerjaan. Untuk makan sehari-hari, ia mengharap belas kasih keluarga tak tetangga.
Makan yang tak menentu ternyata berpengaruh pada kesehatan YL. Keterbatasan biaya membuat bocah itu tak mendapat perawatan sama sekali.
Nenek Waniah mengaku jangankan berobat ke rumah sakit, untuk makan pun mereka tak mampu. Terlebih keluarganya tidak tercover jaminan kesehatan sehingga membuat Waniah berpikir ulang membawa cucunya ke rumah sakit.
Kondisi Kesehatan
Kesehatan remaja YL menurun sejak April 2024. Tubuhnya semakin kurus dan sakit-sakitan yang membuatnya harus berhenti sekolah.
Kondisi YL terbongkar setelah sejumlah media lokal mengangkat nasib buruknya. Alhasil, pemerintah setempat baru bertindak untuk membantu perawatan.
Dinas Kesehatan Ogan Ilir pun kaget mendapat kabar itu. Dinkes akhirnya mengurus BPJS agar YL bisa berobat tanpa dibebankan biaya perawatan.
Penanganan
PS Kasi Dokkes Polres Ogan Ilir Aiptu Husni Mubarok mengatakan, pihaknya bersama Dinkes Ogan Ilir telah melakukan pemeriksaan terhadap YL di RSUD Ogan Ilir, Selasa (10/9). Pemeriksaan dilakukan meliputi tes darah, urine, rontgen, dan penilaian status gizi.
"Kemarin sudah kami lakukan pemeriksaan terhadap remaja putri itu di rumah sakit," ungkap PS Kasi Dokkes Polres Ogan Ilir Aiptu Husni Mubarok, Rabu (11/9).
Hasilnya, berat badan YL hanya 25 kilogram dengan tinggi badan 147 cm. Berat badannya jauh dari ideal yang seharusnya mencapai 40 kg untuk usia 12 tahun.
Selain mengalami gizi buruk, hasil laboratorium menunjukkan Yola menderita anemia ringan dengan kadar hemoglobin (HB) 8,6 dan didiagnosa mengalami infeksi saluran kemih (ISK). Dokter menyarankan YL menjalani rawat inap untuk penanganan lebih lanjut.
Hanya saja, permintaan dokter ditolak keluarga. Mereka ingin YL hanya dirawat di rumah karena memerlukan biaya tambahan selama pengobatan meski perawatan gratis.
Sebagai gantinya, pasien menjalani rawat jalan dengan pemantauan dari Dinkes, Puskesmas, Urkes Polres Ogan Ilir, dan aparat desa. Selama masa rawat jalan, YL dianjurkan meningkatkan asupan protein dalam makanannya dan rutin mengonsumsi susu yang telah disediakan tim gizi rumah sakit.
"Kita berharap kesehatannya semakin membaik dan kembali beraktivitas seperti remaja-remaja lain," kata Husni.