Cerita Orang yang Terombang-ambing Tsunami Banten
Cerita korban selamat yang terombang-ambing berjam-jam di tengah laut saat tsunami Banten.
Tsunami Banten dan Lampung Selatan meninggalkan trauma mendalam bagi korban selamat. Gelombang tinggi yang datang secara tiba-tiba menyeret mereka sampai ke tengah laut.
Para korban ini seolah dihadapkan pada kematian, mereka terombang-ambing di tengah laut selama berjam-jam untuk tetap bertahan hidup atau menyerah. Berikut ini cerita orang yang selamat setelah terombang-ambing tsunami Banten:
-
Kapan tsunami Storegga terjadi? Tsunami kolosal yang melanda Eropa utara lebih dari 8.000 tahun yang lalu mungkin telah membinasakan penduduk Zaman Batu di Inggris utara.
-
Di mana tsunami Storegga terjadi? Tsunami kolosal yang melanda Eropa utara lebih dari 8.000 tahun yang lalu mungkin telah membinasakan penduduk Zaman Batu di Inggris utara.
-
Kapan tsunami terjadi? Tsunami merupakan gelombang air laut besar yang dipicu oleh pusaran air di bawah laut akibat pergeseran lempeng bumi, erupsi gunung berapi bawah laut, hingga jatuhnya meteor ke laut.
-
Bagaimana cara BPBD Bantul mengatasi kekurangan EWS Tsunami? “Ke depan akan kita anggarkan lebih banyak lagi. Pengadaan EWS tsunami juga akan kita ajukan ke APBD maupun pusat. Kapan terealisasi tidak tahu yang penting kami mengusulkan dulu,” kata Agus.
-
Apa penyebab tsunami Storegga? Dipicu oleh tanah longsor besar di bawah air di lepas pantai Norwegia, peristiwa ini menyebabkan gelombang raksasa setinggi lebih dari 20 meter (65 kaki) menghantam Kepulauan Shetland, yang terletak di utara daratan Skotlandia.
-
Kapan Gunung Krakatau meletus dan menyebabkan tsunami dahsyat? Letusan dahsyat Gunung Krakatau terjadi pada 27 Agustus 1883.
Terombang-Ambing di Laut 2 Jam
Vokalis Seventeen, Ifan Seventeen salah satu korban selamat dari terjangan tsunami di Tanjung Lesung, Banten. Ifan Seventeen menceritakan perjuangannya untuk menyelamatkan diri. Diakui sang vokalis, ia sempat terombang-ambing selama lebih dari 2 jam di laut.
"Pakai kotak kecil gitu berempat. Itu juga kayak enggak mungkin hidup. Kan, sudah muntah-muntah, mayat sudah di mana-mana. Ada 30, 40-an mayat semua," kata Ifan.
Selama itu pula, Ifan Seventeen tak henti berdoa dan berselawat untuk meminta perlindungan. Pria berusia 35 tahun ini sangat bersyukur karena masih diberi kesempatan untuk hidup.
Selamat Usai Terapung 7 Jam
Willy Siska menjadi saksi bisu kedahsyatan tsunami Banten yang merenggut nyawa istri dan putri sulungnya. Willy sempat tersapu gelombang tsunami dan terombang-ambing selama tujuh jam, sebelum akhirnya diselamatkan tim SAR. Willy yang sempat terseret tsunami Banten, terpisah dengan istri dan dua anaknya.
Bapak dua anak itu terseret gelombang dan terombang-ambing di tengah laut sejauh lima kilometer dari bibir pantai. Selama hampir tujuh jam, pegawai PLN ini bertahan hidup dengan memanfaatkan peralatan band milik grup band Seventeen yang ikut terseret gelombang sebagai pegangan.
Di tengah laut, Willy sempat menyelamatkan dua anak kecil yang terombang-ambing tsunami Banten. "Hampir 3 jam berenang tapi enggak berasa cape. Mungkin ini kehendak Allah belum saatnya, termasuk dua anak kecil tadi yang akhirnya dapat selamat di pesisir pantai tadi," jelas Willy.
Nelayan Selamat dari Gulungan Tsunami
Seorang nelayan, Puji asal Desa Kenari, Lampung Selatan berhasil selamat saat gelombang tsunami datang. Puji menceritakan saat kejadian tersebut, dia bersama 14 nelayan lainnya sedang mencari ikan di tengah laut.
Puji melihat langsung Gunung Anak Krakatau erupsi dengan suara dentuman yang keras serta keluarnya lahar. Tak berselang lama datang gelombang yang membuat perahu dinaiki puji oleng. Kemudian datang lagi gelombang kedua yang membuat perahu Puji dan nelayan lainnya terbalik.
Kemudian datang lagi gelombang ketiga, dengan ketinggian air mencapai 10-12 meter dan saat itu Puji berserta rekan-rekannya terseret arus. Dia berusaha berenang dangan cara berpegangan dengan kayu. Setelah beberapa jam berenang dia berhasil selamat sampai di Pulau Singkarak. "Kami semua langsung terbawa arus ombak dan terpencar hingga tak tahu lagi arahnya ke mana. Alhamdulillah (selamat)," jelas Puji.
Cerita Sanusi Digulung Tsunami
Trauma akan musibah tsunami Banten masih terngiang di benak A. Sanusi, Asisten Manager Komunikasi & CSR Unit Induk Transmisi Jawa Bagian Barat Perusahaan Listrik Negara (UIT JBB PLN) Cinere, Depok. Sons, begitu dia biasa disapa oleh rekan-rekannya menceritakan bagaimana ombak begitu hebat menyapu panggung hingga menyebabkan banyak korban meninggal.
Saat kejadian, jarak dirinya dengan pantai hanya sekitar lima langkah saja. Sedangkan jarak panggung dengan pantai sekitar tiga meter. "Tiba-tiba panggung roboh, saya lari baru beberapa langkah saya kegulung air. Dalam air saya sekitar lima menit. Saya ada di tengah-tengah air," kenangnya.
Dia sempat terombang-ambing di tengah air tanpa pertolongan apapun. Dia hanya mengikuti kemana arus air mengalir. Dia tidak berusaha naik ke atas air karena khawatir akan terbentur banyak material. Dengan caranya bertahan di tengah-tengah air, Sons berhasil selamat dari maut. Ketika sampai di daratan dia langsung mengucap rasa syukur mendalam karena masih diberikan keselamatan.
(mdk/has)