Cerita Para Pencari Suaka, Ditolak Warga Hingga Jatah Makanan Dibatasi
Warga Perumahan menolak eks Gedung Kodim dijadikan penampungan pencari suaka. Ragam komentar dan cerita datang dari para pencari suaka. Abdul khaliq misalnya. Pria asal Afghanistan itu mengaku tak punya pilihan lain. Selain tinggal sementara waktu di tempat ini.
Penolakan warga terhadap keberadaan pengungsi Warga Negara Asing (WNA) pencari suaka, bertebaran di Perumahan Daan Mogot Baru, Jakarta Barat. Di lokasi itu, terdapat penampungan sementara para pencari suaka.
Warga Perumahan menolak eks Gedung Kodim dijadikan penampungan pencari suaka. Ragam komentar dan cerita datang dari para pencari suaka. Abdul khaliq misalnya. Pria asal Afghanistan itu mengaku tak punya pilihan lain. Selain tinggal sementara waktu di tempat ini.
-
Mengapa mertua Indah Permatasari mengunjungi Jakarta? Mertua Indah Permatasari beberapa waktu lalu datang ke Jakarta mengunjungi anak, menantu dan cucu mereka.
-
Kapan Ivan Gunawan meresmikan Masjid Indonesia? Setelah dua tahun pembangunannya, masjid ini akhirnya selesai dan diresmikan langsung oleh Ivan Gunawan bersama pengurus masjid.
-
Siapa yang mengunjungi Indah Permatasari di Jakarta? Mertua Indah Permatasari beberapa waktu lalu datang ke Jakarta mengunjungi anak, menantu dan cucu mereka.
-
Siapa yang menemukan pendatang yang menjadi pemulung di Jakarta? "Ada juga yang beberapa waktu lalu ketemu ya kita pemulung segala macam. Kita kembalikan,"
-
Apa julukan internasional Jakarta? Istilah ini agaknya masih asing di telinga masyarakat Indonesia, terlebih bagi warga Jakarta itu sendiri. Padahal, kepopulerannya sudah lama melekat di kalangan internasional. Menariknya, sematan kata “The Big Durian” membuatnya sering disamakan dengan Kota New York di Amerika.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
"Kami di Indonesia tidak bisa memilih ingin tinggal di mana," kata Abdul ketika ditemui, Minggu (14/7/2019).
Diakuinya, hidup di penampungan jauh lebih aman dan nyaman dibandingkan di trotoar jalan. Dia merasa sangat terbantu.
"Kami sangat tertolong. Di sini kami mendapatkan makan dan minum gratis," ujar dia.
Berbeda dengan Abdul khaliq, Abdul Rahman justru merasa lebih nyaman tinggal di Trotoar Kalideres. Menurut dia,
jumlah pengungsi yang tinggal di penampungan jauh lebih banyak.
"Di sini ramai-ramai. Di sini kalau mandi tunggu dua jam," ujar dia.
Kondisi ini memengaruhi ketersediaan makanan. Sementara jika mereka hidup di jalanan, banyak warga yang memberikan makanan secara gratis. Sementara di penampungan tidak begitu.
"Kalau di sini makan dibatasi. Ada satu pun saling rebutan. Pusing di sini banyak berantem," ujar dia.
Reporter: Ady Anugrahadi
Sumber: Liputan6.com
Baca juga:
Jumlah Pencari Suaka di Bekas Gedung Kodim Kalideres Mencapai 1.155
Lurah Kalideres Keluhkan Pencari Suaka Membandel
Dinas Sosial DKI Imbau Masyarakat Tak Beri Bantuan Langsung ke Pencari Suaka
Spanduk Penolakan Bertebaran di Lokasi Penampungan Pencari Suaka di Daan Mogot
Direlokasi ke Kalideres, Jumlah Pencari Suaka Terus Bertambah