Cerita Pejuang Palestina: Masjidil Aqsa Garis Merah, Tidak Boleh Disentuh Israel
Pejuang Palestina Dr Ahed Abu Al Atta mengatakan, perang antara Hamas dengan Israel terjadi dalam rangka membebaskan Masjidil Aqsa dari zionis Israel.
Pejuang Palestina Dr Ahed Abu Al Atta mengatakan, perang antara Hamas dengan Israel terjadi dalam rangka membebaskan Masjidil Aqsa dari zionis Israel.
Cerita Pejuang Palestina: Masjidil Aqsa Garis Merah, Tidak Boleh Disentuh Israel
Pejuang Palestina Dr Ahed Abu Al Atta mengatakan, perang antara Hamas dengan Israel terjadi dalam rangka membebaskan Masjidil Aqsa dari zionis Israel.
- Ternyata ini Rahasia Mengapa Israel Larang Warganya Tes DNA, Nenek Moyang Tak Ada Ikatan dengan Tanah Palestina
- Cerita Warga Palestina: Rumah Dihancurkan Tentara, Barang dan Lahan Dijarah Warga Israel
- Cerita Wanita Palestina Melihat Kekejaman Pasukan Israel Sebelum Wafat, 'Bayi Ditembak Karena Terganggu Suara Tangisan'
- Sosok Pejuang Palestina Paling Diburu Israel, Sampai Dibom Pakai F-16 & Apache
Selain itu, bermaksud untuk menghentikan pembangunan permukiman baru Israel di Tepi Barat. Hal ini disampaikan secara langsung oleh Ahed Abu Al Atta dalam sebuah dialog 'We Love Palestine' di Djakarta Theatre, Jakarta Pusat, Kamis (9/11).
"Para mujahid (pejuang) di Palestina menjadikan Masjidil Aqsa sebagai garis merah yang tidak boleh disentuh oleh Israel," kata Ahed Abu Al Atta.
Dia menuturkan, sejak Palestina dijajah pada tahun 1948, atau sekitar 75 tahun yang lalu, Israel tidak pernah berhenti melakukan kejahatan terhadap warga Palestina. Selain itu, penghancuran rumah, pembunuhan anak-anak, dan tindakan brutal lainnya sudah menjadi praktik lama.
"Di Gaza, lebih dari 10.600 syahid telah gugur, termasuk 4.300 anak-anak dan 2.340 wanita. Sebanyak 3.000 syahid terhimpit di bawah puing-puing, sementara 70 persen penduduk Gaza menjadi pengungsi," jelasnya.
"Selama perang ini, Israel melakukan lebih dari seribu pembantaian terhadap anak-anak dan perempuan di Gaza, menghancurkan 122 lembaga kesehatan, dan meratakan 50 persen dari rumah-rumah di Gaza," lanjut Ahed.
Menurutnya, pembantaian tersebut dilakukan Israel dengan melanggar Hukum Humaniter Internasional (HHI). Ini karena Israel juga menargetkan gedung kepentingan penduduk sipil, seperti tempat ibadah baik itu masjid maupun gereja, rumah sakit, dan sekolah.
"Kami tidak akan membiarkan penjajah Israel untuk melawan dan memerangi saudara-saudara kami di Masjidil Aqsa. Oleh karena itu, wahai saudara-saudara semua, dengan segala perjuangan dan pengorbanan yang dilakukan oleh saudara-saudara kalian di Palestina, kalian juga memiliki peran dalam membebaskan Masjidil Aqsa. Sebagai para dai atau ulama, tugas kalian adalah menyebarkan perjuangan Palestina," tegasnya.
Ahed Abu Al Atta menambahkan bahwa Gaza membutuhkan bantuan masyarakat di Indonesia dan dunia untuk menghentikan penjajah zionis Israel.
"Mereka (pejuang Palestina) telah memberikan kekalahan besar terhadap penjajah Israel, dan kalian semua telah menyaksikan bagaimana pejuang Palestina keluar dari terowongan untuk melawan tank-tank Israel, semua berkat doa kalian semua," terang Ahed.
"Oleh karena itu, saudara-saudara sekalian, jangan ragu untuk terus mendoakan dan membela saudara-saudara kami di Gaza," tambahnya.
Meski dunia ingin mempersepsikan pejuang Palestina sebagai teroris, namun Ahed menyebut bahwa di Indonesia, ada pergerakan yang membela dan mendukung perjuangan tersebut.
"Mereka (pejuang Palestina) melihat apa yang kalian lakukan di Indonesia dan itu memperkuat langkah mereka dalam membebaskan Masjidil Aqsa. Lanjutkan perjuangan kalian, mudah-mudahan ini menjadi titik awal kita untuk membebaskan Masjidil Aqsa," pungkasnya.
Reporter magang: Anin Kumala