Cerita Pekerja Rantau Asal Medan Tertipu di Kutai Barat, Malah Kecopetan di Samarinda
Bermaksud jadi pekerja konstruksi pabrik sawit di kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur, perantau asal Medan justru tertipu pemborong. Bahkan tiba di Samarinda, salah satu dari mereka di antaranya malah kecurian.
Hidup penuh perjuangan. Sekira itu yang tergambar dari tujuh pekerja rantau asal Medan, Sumatera Utara.
Bermaksud jadi pekerja konstruksi pabrik sawit di kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur, mereka justru tertipu pemborong. Bahkan tiba di Samarinda, salah satu dari mereka di antaranya malah kecurian. Berikut ceritanya.
-
Kapan kata penutup pidato penting? Seperti diketahui, bahwa ragam acara seperti seminar, perpisahan, pernikahan hingga acara formal lain membutuhkan sebuah penutup pidato yang penuh kesan yang membuat seluruh rangkaian acara berkesan.
-
Kenapa Pemilu penting? Pemilu merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat untuk memilih Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Anggota Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden serta Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
-
Kenapa kata penutup pidato penting? Sangat penting untuk pembicara memperhatikan kata-kata penutup yang dituangkan dalam setiap pidatonya.
-
Bagaimana Pemkot Medan menangani pengangguran terbuka? "Untuk penurunan tingkat pengangguran terbuka, Pemkot Medan melakukan intervensi melalui upaya-upaya peningkatan keterampilan dan kesempatan dan kesempatan kerja bagi masyarakat melalui program-program pengembangan kapasitas daya saing, program-program pelatihan, peningkatan produktivitas dan penempatan tenaga kerja, serta melalui program pemberdayaan masyarakat di masing-masing kecamatan dan kelurahan,"
-
Kenapa Pemilu di Indonesia penting? Partisipasi warga negara dalam Pemilu sangat penting, karena hal ini menunjukkan dukungan dan kepercayaan terhadap sistem demokrasi yang berlaku.
-
Mengapa Pilkada penting? Pilkada memberikan kesempatan kepada warga negara untuk mengekspresikan aspirasi mereka melalui pemilihan langsung, sehingga pemimpin yang terpilih benar-benar mewakili kehendak dan kebutuhan masyarakat setempat.
Kota Samarinda baru saja diguyur hujan lebat sore ini. Jam menunjukkan pukul 16.07 Wita, Senin (6/3) sore. Terlihat sejumlah pria sedang duduk di kursi depan dan pelataran ruang Unit Binmas Polsek Samarinda Kota.
Wajah sebagian dari mereka terlihat kebingungan sekaligus kelelahan. Mereka menenteng tas dan kantong plastik berisi pakaian. Beberapa dari mereka mengenakan tas di punggung.
"Pak permisi, di mana kamar kecil di sini?" kata salah satu dari mereka di Polsek Samarinda Kota.
Mereka berjumlah tujuh orang, beranjak dan berjalan kaki sekitar 25 meter menuju ke salah satu tempat parkiran motor di Polsek. Sejenak mereka pun rehat di tempat itu.
Merdeka.com mencoba bertanya soal asal dan tujuan mereka berada di Polsek Samarinda Kota, kepada salah satu dari mereka, Amin Abdi (56). Amin berbagi cerita soal keberadaan dia bersama keenam temannya yang lain.
"Kami dari kabupaten Kutai Barat Pak," kata Amin mengawali perbincangan.
Amin bercerita dia dan rekannya mendengar peluang kerja sebagai pekerja konstruksi pembangunan pabrik sawit di Kutai Barat pada Januari 2023 lalu. Berjumlah 15 orang, sembilan orang pertama berangkat terpisah dengan 6 orang lainnya pada hari yang sama pada 28 Januari 2023. Mereka tiba di Kutai Barat pada 29 Januari 2023 melalui perjalanan darat yang melelahkan.
"Kami dari Medan, diajak bekerja di Kutai Barat. Janji upah per bulan dan diberi pinjaman Rp 1 juta per 15 hari yang akan digunakan di antaranya untuk mengirimkan ke anak dan istri di rumah. Jadi kami terbang dan tiket pesawatnya gratis oleh pemborong," ujar Amin.
Seiring waktu mereka sudah bekerja satu bulan lamanya. Namun kondisi berubah ketika mereka menanyakan gaji ke pemborong mereka. "Ternyata habis dipotong uang makan, uang transportasi dan lain-lainnya. Jadi penghasilan minus. Padahal awalnya keberangkatan kami dari Medan gratis sampai di lokasi Kutai Barat," terang Amin.
"Dana pinjaman juga tidak ada. Dana pinjaman itu untuk orang di rumah yang kita tinggalkan jauh. Kalau tidak ada pinjaman, terus macam mana kita? Ya tidak bisa bertahan. Buat apa diteruskan kalau bekerja tidak jelas seperti ini?" tambah Amin.
Amin kembali mengungkit janji pemborong waktu itu. "Janjinya sebulan sekali gajian, per 15 hari dapat pinjaman. Jatuh waktu bulan tanya gaji, dibilang (pemborong) tunggu hasil progres (pembangunan pabrik sawit)," kata Amin Abdi.
Tidak ada solusi dari pemborong. Sementara uang mereka pun habis dan tidak ada uang yang bisa mereka kirimkan dari tanah rantau ke istri dan anak mereka kampung halaman.
"Dibilang (pemborong) kalau mau (uang kiriman) tunggu saya datang dari Kalimantan Barat habis lebaran. Kita kan tidak tahu dia (pemborong) datang kapan? Sampai dia bilang tunggu saya datang, saya ganyang kalian semua. Omongan kata ganyang itu kan kasar," cerita Amin.
Tujuh dari 15 pekerja rantau dari Medan itu pun sepakat meninggalkan Kutai Barat, meski mereka tidak lagi memiliki uang. Solusinya, mereka meminta tumpangan truk yang kebetulan sedang menuju ke kota Samarinda, ibu kota provinsi Kalimantan Timur.
"Kami berangkat numpang truk hujan lebat hari Sabtu malam dan sampai Samarinda hari Minggu. Kami menginap di masjid depan terminal Sungai Kunjang di Samarinda," ungkap Amin.
"Ada teman yang kecurian, ya kecopetan waktu di terminal itu. Kecurian tas isi dompet dan HP. Dalam dompet itu ada KTP-nya. Yang penting itu KTP saja buat pulang. Tidak ada uang sama sekali dari sana," jelas Amin.
Masih dari cerita Amin, kedatangan mereka ke Polsek Samarinda Kota, hanya menginginkan kepolisian menemukan cara agar mereka bisa kembali ke Medan. "Kami ada bertujuh, sisanya 8 orang bertahan di Kutai Barat," kata Amin.
"Sisanya ada 8 orang lagi bertahan di sana (di Kutai Barat) buat cari makan, bukan cari duit," kata Romi, pekerja lainnya menimpali perbincangan.
Amin Abdi dan Romi, beserta 5 teman-teman lainnya memutuskan untuk berjalan kaki meninggalkan Polsek Samarinda Kota menuju kantor Dinas Sosial Provinsi Kalimantan Timur di Jalan Basuki Rahmat yang berjarak sekitar 2 kilometer. Tujuannya lagi-lagi agar dinas itu bisa memberikan solusi kepulangan mereka ke Medan.
"Terimakasih Pak. Kami mau ke Dinas Sosial, mudah-mudahan ada jalan pulang kami buat kembali ke Medan," kata Amin mengakhiri perbincangan sore ini.
(mdk/ded)