Cerita Siswa SMA di NTT Ujian Akhir di Tengah Banjir
Belasan siswa kelas XII SMA Swasta Sinter Claus Sion Sukabilulik di Desa Oan Mane, Kecamatan Malaka Barat, Kabupaten Malaka, Nusa Tenggara Timur (NTT), terpaksa mengikuti ujian akhir sekolah (UAS) di tengah banjir yang merendam sekolahnya. Mereka menjawab soal sambil mengangkat kaki agar tidak terendam air.
Belasan siswa kelas XII SMA Swasta Sinter Claus Sion Sukabilulik di Desa Oan Mane, Kecamatan Malaka Barat, Kabupaten Malaka, Nusa Tenggara Timur (NTT), terpaksa mengikuti ujian akhir sekolah (UAS) di tengah banjir yang merendam sekolahnya. Mereka menjawab soal sambil mengangkat kaki agar tidak terendam air.
Meskipun tanpa alas kaki, para siswa dan siswi semangat mengikuti ujian di dalam kelas dengan air setinggi mata kaki orang dewasa. Sekolah mereka masih darurat, dindingnya kayu dan berlantai semen kasar.
-
Bagaimana sekolah tersebut mendukung bakat anak-anak? Hilman mengatakan jika semua anak yang sekolah di sana selalu mendapatkan support untuk mengembangkan bakatnya. “Kan nggak dibatasi ya? Punya bakat apa itu bakal disupport ya?” tanya Hilman. “Iya,” jawab Boy.
-
Kenapa kekerasan anak di satuan pendidikan meningkat? Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyebutkan maraknya kekerasan terhadap anak di lingkungan satuan pendidikan karena lemahnya deteksi dini terhadap tumbuhnya kelompok pertemanan yang berpengaruh negatif.
-
Dimana anak kembar Komeng bersekolah? Keduanya lulus dari International Islamic School (IISS).
-
Bagaimana anak-anak dari sekolah pencuri menjalankan aksinya? Setelah satu tahun bersekolah, para remaja itu bisa 'lulus', mencuri perhiasan di pesta pernikahan orang kaya.
-
Apa yang ditekankan Gubernur Kalsel kepada anak-anak Banua saat mengunjungi sekolah? “Jadilah anak Banua yang berkualitas dan berdaya saing agar dapat menjadi pemenang kedepannya. Teruslah tanamkan semangat Pangeran Antasari Haram Manyarah Waja Sampai Kaputing dalam menuntut ilmu di sekolah,” tegas Sahbirin, Martapura, Selasa (8/8).
-
Siapa yang pindah sekolah? Melansir dari akun fristymayangdewi, seorang siswa bernama Ucok terpaksa pindah sekolah ke Jakarta setelah ayahnya meninggal dunia.
Kepala Sekolah SMA Sinter Claus Sion Sukabilulik Yulius Bria Koe kepada merdeka.com mengatakan, hujan selama tujuh jam tanpa henti pada Minggu (16/4) membuat banjir di wilayah Kecamatan Malaka Barat. Luapan air tersebut akhirnya merendam permukiman termasuk sekolah yang dia pimpin.
"Ia benar, hari Senin kemarin anak-anak ujian akhir sekolah dengan kondisi sekolah dan ruangan terendam banjir. Tapi saya perhatikan, anak-anak sangat semangat datang untuk ujian walaupun tanpa alas kaki," ungkapnya melalui telepon, Rabu (19/4).
Menurutnya, banjir tersebut merupakan kiriman dari Sungai Benenain yang setiap tahun meluap hingga ke kecamatan Malaka Barat. "Walaupun sekolah kebanjiran tapi kami tetap mewajibkan siswa untuk mengikuti ujian," ujar Yulius Bria Koen.
Ia menambahkan, hingga hari ini air masih menggenangi halaman sekolah maupun di dalam kelas sudah mulai surut. "Kalau di halaman sekolah airnya setinggi betis orang dewasa, kalau di dalam kelas itu tingginya di mata kaki orang dewasa," ungkap Yulius Bria Koen.
KBM di Gedung Darurat
Kepala Sekolah SMA Sinter Claus Sion Sukabilulik, Yulius Bria Koe menambahkan, anak-anak awalnya ke sekolah harus menempuh jarak puluhan kilometer dan harus menyeberangi sungai. Untuk mendekatkan pelayanan pendidikan, gedung darurat pun dibangun.
Awalnya ini merupakan sekolah jarak jauh atau titipan SMA Fajar Haitimuk Malaka pada 2013, yang telah memiliki izin operasional pada 2019 lalu dengan akreditasi C.
"Kami punya tiga ruang kelas yang masih dikatakan jauh dari kata layak, sedangkan ruang guru dan kepala sekolah, kami pakai rumah warga," jelas Yulius Bria Koen.
Pihaknya memiliki lahan seluas satu hektare yang dipersiapkan untuk membangun gedung sekolah jika sudah mendapatkan bantuan pemerintah atau donasi dari para pemerhati pendidikan.
"Ke depan kalau ada bantuan pemerintah atau donasi pendidikan, kami akan bangun gedung yang lebih layak. Kami sudah ada lahan dan material seperti batu dan pasir sudah terkumpul oleh orang tua siswa. Kami harap ada yang membantu kami," ujarnya.
(mdk/yan)