Cerita Mahasiswa UNJ Korban TPPO Ferienjob Magang ke Jerman, Berawal dari Tawaran Dosen
Indra, nama samaran, menceritakan perjalanan dari awal sampai selesai magang
Cerita Mahasiswa UNJ Korban TPPO Ferienjob Magang ke Jerman, Berawal dari Tawaran Dosen
Hari itu ponsel Indra, bukan nama asli, tiba-tiba bergetar, mahasiswa tengah semeter dari fakultas teknik Universitas Negeri Jakarta (UNJ) itu mendapat pesan dari dosennya sebuah tawaran magang di luar negeri.
Tanpa pikir panjang, tawaran itu langsung membuat Indra tertarik. Memang sudah lama dia berencana mengikuti program IISMA untuk pertukaran mahasiswa universitas ternama di luar negeri, namun sempat tertunda pada awal 2023.
"Saya dapat info dari ka prodi, waktu bulan puasa tahun lalu. Itu menginfoinnya seperti mengirim bc, ada program dari LP3M terus saja joint," kata Indra saat berbincang dengan merdeka.com, Kamis (28/3).
Setelah bergabung ke grup percakapan, baru Indra memahami bahwa program yang ditawari dosennya itu adalah kesempatan untuk magang di Jerman. Dia tanpa ragu mendaftar, setelah mendapat masukan dari dosen.
Dari situ awal mula perjalanan Indra, bersama 1.047 mahasiswa Indonesia korban kasus tindak pidana perdagangan orang (TPPO) dimulai. Meski korban, namun dia secara sadar menceritakan sebuah perjalanan yang menurutnya 360 derajat berbeda dari temuan-temuan polisi.
"Kalau hanya saya ya, mungkin yang saya ceritakan itu yang manis-manisnya ya. Karena, saya sendiri mengalaminya itu, enggak ngalamin yang paitnya gitu. Misalkan agency keberangkatan, tempat kerja, dan lain-lain enggak ada (yang pahit)," tutur Indra.
Persiapan Keberangkatan
Setelah mendaftar, Indra mulai mengikuti pelatihan bahasa Inggris dan Jerman yang semua disediakan dari tenaga pengajar baik dari UNJ maupun dari tenaga pengajar luar lewat metode grup belajar.
Semua dijelaskan secara transparan, kata Indra, baik hal manis maupun pahitnya selama magang di Jerman nanti.
"Tapi kan opini setiap orang berbeda manisnya kita dikasih tahu itu musim si, kan kebetulan akhir tahun nah kita berangkat pas musim salju yang enggak kita rasakan di sini. Kalau di sana juga dikasih tau gimana. Kalau pahitnya, etos kerjanya dikasih tau jangan manja, jangan disamakan budaya timur dengan barat," jelasnya.
Walaupun, secara keseluruhan Indra mengakui tidak semua mahasiswa sepengelihatannya dirasa siap dengan kemampuan berbahasa, namun semuanya tetap berangkat sesuai dengan yang mendaftar.
Dengan kisaran biaya yang Indra keluarkan pertama 150-200 Euro atau sekira Rp3,5 juta untuk agency atau pihak penyalur sebagai syarat pengurusan visa. Sedangkan dana talangan yang diberikan UNJ sebesar Rp22 juta dipakai untuk membeli tiket pesawat dan keperluan awal.
Sampai di Jerman
Setelah semua persiapan sudah siap, Indra berangkat. Keberangkatan dia molor dari jadwal yang telah ditentukan, 2-5 Oktober 2023.
Selaku mahasiswa magang terakhir yang tiba di Jerman, tepatnya di Kota Frankfurt dengan santai dia segera mencari kereta menuju utara ke Kota Bremen.
"Saya itu diharuskan ke Bremen, sedangkan Frankfurt lebih bawah. Jadi saya ke atas kiri perbatasan Belanda. Jarak lumayan jauh naik kereta setara whoss (kereta cepat) lah sekitar 4 jam berarti jauh ya," ujarnya.
"Tapi kereta saya delay, jadi saya naik kereta sebelumnya yang biasa. Jadi saya naik satu kereta sebelumnya tujuan ke Hamburg lebih ke utara, lebih ke atas sedikit Jadi kaya kelewat 1 stasiun dari Bremen," tambahnya.
Walau sempat kelewat, tapi semua perjalanan lancar. Sampai tiba di Kota Bremen, dia langsung bertemu dengan agency untuk menaruh barang ke hotel selanjutnya ke tempat tanda tangan kontrak.
"Pengalaman saya dijelaskan kontrak apa, walaupun saya bisa pakai Google Translate yang pakai kamera. Tapi ada juga yang saya tahu tidak semuanya seperti itu, kaya udah enggak usah lama-lama udah malam. Tapi saya tetap (dijelaskan)," ceritanya.
Dalam kontrak magang itu tertulis beberapa keterangan mulai dari penjelasan sewa apartemen, pekerjaan nanti, perizinan, penempatan perusahaan, sampai mekanisme cuti sama seperti kontrak kerja di Indonesia.
"Agency itu dia itu yang menjembatani saya dengan tempat kerja, jadi masuknya seperti outsorching ya," akui Indra.