Perbedaan Mencolok Kuliah di Indonesia & Jerman, Bak Langit & Bumi
Seorang mahasiswa asal Indonesia membeberkan kondisi sistem pendidikan tinggi di tanah air. Dia turut membandingkan dengan sistem kampus di Jerman.
Seorang mahasiswa asal Indonesia membeberkan kondisi sistem pendidikan tinggi di tanah air. Dia turut membandingkan dengan sistem kampus di Jerman.
Dia menyorot soal sistem UKT, penilaian, fasilitas, hingga pertemanan yang mungkin terjadi selama perkuliahan. Terungkap, hasilnya begitu mencolok.
Saking bedanya, hal tersebut bak langit dan bumi. Mengetahui fakta yang dibeberkan pria tersebut, warganet turut menuliskan beragam tanggapan. Seperti apa perbedaan yang diungkap sang mahasiswa itu? Berikut ulasan selengkapnya berikut ini.
Sistem Pendidikan di Indonesia vs Jerman
Kondisi mengenai sistem pendidikan tinggi di tanah air sekaligus Jerman tersebut diungkap oleh seorang pria WNI yang diketahui telah berhasil menjajal keduanya.
Ungkapannya mengenai perbedaan pendidikan dua negara itu selayaknya yang dibagikan ulang oleh akun Instagram @zonamahasiswa.id beberapa waktu lalu.
"Perbedaan kuliah di Indonesia dan Jerman," tulisnya, demikian dikutip dari keterangan unggahan.
Melalui unggahan itu, terungkap jika dua negara tersebut memiliki perbedaan yang mencolok. Soal UKT sendiri, di Indonesia diketahui berdasarkan prinsip keadilan.
Sementara di Jerman gratis. Namun setiap awal semester, pelajar dibebankan biaya administrasi hingga Rp5 juta.
"Di Indonesia, UKT berasaskan keadilan dan pendapatan orangtua. Jerman umumnya UKT gratis untuk siapa saja, cuma harus bayar uang administrasi 3-5 juta IDR per semester tetapi sudah termasuk tiket transportasi lokal dan fasilitas lainnya," tulisnya.
Di sisi lain, Jerman tak memiliki aturan yang ketat soal absen selayaknya di Indonesia.
"Indonesia: ada jatah absen. Jerman umumnya enggak ada sistem presesnsi, yang penting ikut ujian dan lulus," sambungnya.
Sementara di Jerman soal kredit semester diketahui berjumlah besar. Hal ini lantaran Jerman mengikuti aturan ECTS yang setiap kreditnya bisa mencapai 6 hingga 10 sks. Di Indonesia, setiap mata kuliah maksimal hanya 3 sks.
"Indonesia kreditnya kecil-kecil, Jerman besar-besar," tulisnya.
Di sisi lain, Jerman diakuinya memiliki lebih banyak peluang bagi mahasiswanya untuk mendapatkan program beasiswa pertukaran pelajar. Hal itu diungkapnya cukup berbeda dengan di Indonesia.
"Indonesia cukup terbatas program beasiswa pertukaran mahasiswa ke luar negeri. Jerman cukup mudah untuk dapat beasiswa pertukaran mahasiswa ke luar negeri," tulisnya.
Jenis perkuliahan di Jerman diungkapnya juga lebih bervariasi daripada Indonesia. Jika Indonesia biasanya hanya kelas perkuliahan saja, Jerman bisa membuka kelas kuliah umum, diskusi, hingga latihan praktik.
"Indonesia jenis perkuliahan cuma ada satu yaitu kelas perkuliahan saja. Jerman ada berbagai jenis perkuliahan," ungkapnya.
Sementara dari segi penilaian, dosen di Jerman hanya akan menilai mahasiswa dari ujian atau proyek akhir saja. Hal ini cukup berbeda dari Indonesia yang menilai mahasiswa dari berbagai hal seperti tugas, absen, kuis, ujian, dan lain sebagainya.
"Indonesia penilaian matkul dilakukan dari kuis, tugas, proyek, UTS, UAS, dll. Jerman penilaian biasanya hanya berdasarkan ujian atau proyek akhir," tuturnya.
Dari sisi pengajar, kampus di Jerman dan Indonesia juga diakuinya berbeda. Mahasiswa di Indonesia cenderung diajar dengan satu arah. Sementara di Jerman, mahasiswanya justru dituntut lebih aktif.
"Indonesia dosen sabar mengajar pelan-pelan di dalam kelas. Di Jerman mahasiswa dituntut mandiri dan membaca teks sebelum perkuliahan, jadi dosen membahas dan diskusi saja," tulisnya.
Dari segi mahasiswanya, pria itu menyebut jika pertemanan di Indonesia cenderung lebih kolektif dan memiliki empati lebih besar terhadap orang lain.
Sementara di Jerman, mahasiswanya cenderung lebih individualis dan sedikit memiliki perhatian terhadap kehidupan mahasiswa lainnya.
"Indonesia biasanya pertemanan kampus lebih kolektif dan bersama, suka penasaran dengan pencapaian orang lain. Jerman pertemanan kampus lebih individualis dan enggak mempedulikan pencapaian," tutupnya.
Banjir Tanggapan Warganet
Perbandingan antara sistem pendidikan tinggi di dua negara itu membuat warganet ikut memberi tanggapan. Banyak pro dan kontra yang dituliskan warganet dalam kolom komentar unggahan.
"Beda negara tentunya beda kebijakan ya," tulis akun @forhat.id.
"Beda SDM beda teorinya," tulis akun @farid_hope.
"Aaaa jiwa keluar negeri ku jadi meronta-ronta," tulis akun @ntprt_.
"Langit vs bumi," tulis akun @sinuria.sc.
"Asyik sihhh kuliah di Jerman, suka budaya membaca matkul dulu, dan nggak kepo dengan hasil capaian org lain. 🔥," tulis akun @preddysiagian27.
"Suatu saat Indonesia harus begini ya 😭," tulis akun @eviagrst_.