Cerita Wakapolri Baru Ahmad Dofiri, Lahir dari Keluarga Besar NU Sampai Jago Baca Kitab Kuning
Ahmad Dofiri merupakan penerima bintang Adhi Makayasa sebagai lulusan Akpol terbaik.
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menunjuk Komjen Ahmad Dofiri mengisi posisi Wakapolri menggantikan Komjen Agus Adrianto yang kini menjabat Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan.
Keputusan itu tertuang dalam surat telegram Nomor:ST/2517/KEP./2024 yang ditandatangani Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo per tanggal 11 November 2024.
- Kapolri Tiba-Tiba Telepon Ahmad Dhani Minta Nomor Rekening, Ada Apa?
- Cerita Kolonel TNI AL Masuk Akabri Pilih Matra Darat Malah Terpilih Jadi Pelaut, Sosok Ayahnya Anggota Brimob
- Cerita Perwira Polri Dapat Gelar Adat Melayu Riau, Berlaku Seumur Hidup
- Bacaan Dzikir Pendek Beserta Artinya, Amalan Singkat Banyak Pahala
Ahmad Dofiri merupakan penerima bintang Adhi Makayasa sebagai lulusan Akpol terbaik. Namanya makin dikenal publik saat memimpin sidang etik yang memberhentikan Kadiv Propam Polri Irjen Pol Ferdy Sambo.
Saat itu, Ferdy Sambo terjerat kasus pembunuhan terhadap anak buahnya Brigadir J alias Nofriansyah Yosua Hutabarat.
Di balik moncernya karir Ahmad Dofiri di Polri, dia rupanya sosok religius. Ahmad Dofiri terbilang cukup dekat dengan para ulama dari Nahdlatul Ulama (NU). Kedekatan Ahmad Dofiri dan ulama NU terlihat saat acara Hari Lahir (Harlah) 1 abad NU pada 2023 lalu.
Saat memberikan sambutan, Ahmad Dofiri mengaku seperti pulang kampung ketika hadir di tengah jemaah NU.
"Hadir di tengah-tengah jemaah NU itu ibarat orang pulang kampung. Bagi saya NU seperti keluarga besar sendiri," kata Ahmad Dofiri dikutip dari TV Nahdlatul Ulama, pada Rabu (13/11).
Ahmad Dofiri mengaku terlahir dari keluarga besar yang menjunjung tinggi NU. Sejak kecil, dia belajar banyak tentang NU.
"Karena saya lahir juga di kampung saya di Indramayu, ya dari keluarga besar NU, ngajinya pun ngaji ala orang NU," ujarnya.
Selain itu, Dofiri bahkan mampu membaca kitab kuning karena sering mengikuti pengajian-pengajian yang diajarkan oleh guru-guru NU dengan ciri khasnya ketika masih muda.
"Dulu saya ngajari kitab gundul, sufina, takrib sama. Dulu di kampung saya bukan di pesantren, tapi mengajinya di musala. Ya kira-kira belajar mengajinya seperti itu," katanya.
Kedekatannya dengan NU ini bahkan membuat Dofiri tidak ragu menegaskan bahwa dirinya merupakan warga nahdliyin.
"Ya kira-kira belajar ngajinya seperti itu bapak ibu sekalian. Jadi yakinlah kalau di belah dada saya kira-kira keluarnya kayak tadi, dari dalam batok kelapa munculnya bendera NU. Kira-kira seperti itu," ucapnya.
Sifat religiusnya pun terlihat dari pengetahuannya mengenai agama Islam. Ahmad Dofiri mengajak jemaah NU untuk menghargai para ulama karena mereka merupakan pewaris nabi.
"Kita menghormati para ulama. Karena para ulama itu adalah pewaris para nabi. Jadi barangsiapa yang memuliakannya sama dengan memuliakan Allah dan Rasulullah," pungkas Ahmad Dofiri.
Dia mengatakan kecintaannya kepada ulama merupakan bentuk kecintaannya terhadap Nabi Muhammad SAW.
Reporter Magang : Maria Hermina Kristin.