Curhat Korban TPPO ke Menteri Jokowi: Diimingi Kerja Petik Buah, Gaji 20 Dolar per Jam di Selandia Baru
Kemensos janji akan memberikan solusi terhadap mereka yang menjadi korban kejahatan TPPO.
Ternyata cuma janji palsu. Setelah bayar mereka tak kunjung berangkat ke luar negeri
Curhat Korban TPPO ke Menteri Jokowi: Diimingi Kerja Petik Buah, Gaji 20 Dolar per Jam di Selandia Baru
Tergiur Janji Palsu
Menteri Sosial Tri Rismaharini bertemu dengan 18 korban tindak pidana perdagangan orang (TPPO) di Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) yang berada di Kalasan, Kabupaten Sleman, DIY, Rabu (12/7). Para korban seluruhnya berasal dari Jawa Tengah dan dijanjikan kerja di New Zealand atau Selandia Baru sebagai pemetik buah ceri dengan gaji 20 dollar New Zealand perjam. Di hadapan Risma, para korban TPPO ini curhat tentang awal mula mereka terjerat dalam sindikat. Para korban TPPO ini mayoritas tergiur menjadi pekerja migran Indonesia karena diiming-imingi pekerjaan dengan gaji yang besar di New Zealand.
- Menteri Bahlil Minta Tunjangan Kinerja PNS Bawahannya Setara Ditjen Pajak, Jokowi Jawab Begini
- Menyoroti Kedekatan Kasad Jenderal Agus dengan Jokowi di Tengah Bursa Panglima TNI
- Beredar Kabar Mentan SYL Mundur Usai Temui Jokowi, NasDem: Kan Belum Ada Pengumuman Resmi KPK
- Setelah Goyang Ombak Panglima TNI, Kini Jokowi Pamer Goyang Jempol di HUT TNI ke-78
Usai membayar sejumlah uang ke sindikat TPPO, para korban justru terkatung-katung nasibnya dan gagal berangkat ke New Zealand.
Para korban ini berkeinginan menjadi pekerja migran karena mayoritas ingin melunasi utang. Mereka ingin mengumpulkan uang dan membayar utang.
Risma mengatakan, pihaknya akan memberikan bantuan. Bantuan dari Kemensos, di antaranya untuk mengganti biaya pinjaman korban yang dipakai untuk berangkat ke New Zealand.
"Ya tadi sudah sepakat, kita akan bantu menyelesaikan yang untuk pinjaman yang untuk mereka berangkat. Kemudian (melakukan) pemberdayaan untuk mereka. Tentunya sebatas kemampuan kami," imbuh Risma.
Beda di NTT dan DIY
Risma menerangkan, ada beda motif korban TPPO di NTT dan Yogyakarta. Risma mengungkapkan, jika masalah kemiskinan ekstrem ternyata bukan menjadi faktor utama para korban tergiur iming-iming bekerja di luar negeri. "Kalau di NTT itu mereka karena misalnya mengelola lahan sulit, lalu mau jadi nelayan mereka tidak punya akses untuk alat tangkap dan sebagainya. Kalau di NTT memang relatif kemiskinan," ungkap Risma.
"Nah di sini (Yogya) mungkin ada (persoalan) semangat dan sebagainya. Saya coba kembalikan semangat dan kepercayaan dirinya. Semangat dan sebagainya itu yang harus kita tangani. Karena itulah saya bicara di sini. Insya Allah kita akan bantu,"
Tri Rismaharini
Merdeka.com
Mantan Walikota Surabaya ini membeberkan, para korban TPPO asal Kulon Progo dinilainya memiliki literasi usaha yang baik. Risma pun menyarankan agar para korban ikut ke gerakan Pahlawan Ekonomi Nusantara.
"Itu (di Pahlawan Ekonomi Nusantara) kita akan bantu literasi tentang bagaimana mengelola uang. Itu penting jadi banyak case mereka tidak tahu bagaimana mereka mengelola uang setelah mereka punya usaha. Nah itu kita ajarkan pada mereka bagaimana memanage itu," urai Risma.
"Tidak bisa misal keuntungan 100 dimakan 100. Enggak bisa. Kita kontak juga OJK. OJK juga membantu literasi pengelolaan keuangan rumah tangga dan usaha," pungkas Risma.