Dari bocah SMP hingga kakek jompo doyan ke salon esek-esek
"Aku sih ogah suruh layanin mereka. Kita biar makan duit setan ya jangan gitu juga," katanya.
Salon plus-plus bukanlah salon yang menawarkan jasa potong rambut mesti memiliki peralatan lengkap. Di tempat itu, justru layanan seks-lah yang ditawarkan.
Menurut pengakuan salah seorang kapster sekaligus pekerja seks komersil (PSK) di salah satu salon esek-esek Ria (bukan nama sebenarnya) pelanggan yang kerap main di tempat itu bervariasi. Menurut Ria, paling muda yang datang ke tempat dia adalah bocah SMP.
"Ada anak SMP juga yang pernah datang ke tempat ini," ujar Ria saat berbincang dengan merdeka.com, beberapa waktu lalu.
Ria mengaku miris bila melihat anak SMP datang dan mencari kepuasan. Pasalnya, namanya anak sekolahan uang yang mereka dapat masih dari orangtua.
"Kan kasihan itu. Aku sih ogah suruh layanin mereka. Kita biar makan duit setan ya jangan gitu juga," kata Ria sembari membakar rokoknya.
Selain bocah SMP, yang parahnya lanjut Ria, kakek jompo pun datang ke tempat itu. Hal itu membuat para wanita di situ menjadi tak habis pikir.
"Gila udah tua masih demen gituan. Kita geli juga lah," tukas Ria.
Menanggapi banyaknya salon mesum, Sosiolog dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Musni Umar, mengaku khawatir akan perkembangan bisnis haram tersebut di wilayah Jakarta. Musni mengatakan, jika permasalahan sosial ini tidak segera dihentikan maka dapat berdampak buruk bagi generasi muda.
"Ini kan penyakit masyarakat Jakarta, itu semua masih ada karena si peminatnya masih ada dan cenderung bertambah. Karena penikmat syahwat dari kalangan masyarakat bawah ya sanggupnya di situ. Sebenarnya ini bisa selesai jika ada perhatian khusus dari pemerintah," katanya, Minggu (3/11).