Dari Dosen hingga PNS tergabung dalam kelompok MCA
MCA sendiri ternyata mempunyai empat kelompok jaringan yang mempunyai kerja masing-masing kelompok tersebut. Pertama, kelompok The Family MCA yang mempunyai sembilan orang admin dalam group tersebut bertugas untuk merencanakan dan mempengaruhi member lain.
Direktur Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri (Dirtipid Siber) Bareskrim Polri, Brigjen Pol Fadil Imran mengatakan, ada seorang dosen Universitas Islam Indonesia (UII), yang baru mereka amankan di Yogyakarta, terkait pembuatan berita bohong. Wanita tersebut atas nama Tara Arsih Wijayani (40) yang tergabung dalam kelompok jaringan Muslim Cyber Army (MCA).
"Dosen di UII Yogyakarta, (dosen) Bahasa Inggris. Dia juga merupakan admin di grup MCA," kata Fadil di gedung Cyber Bareskrim Polri, Cideng, Jakarta Pusat, Rabu (28/2).
-
Kenapa berita hoaks ini beredar? Beredar sebuah tangkapan layar judul berita yang berisi Menteri Amerika Serikat menyebut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bodoh usai Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 diserang hacker beredar di media sosial.
-
Mengapa netizen heboh dengan kabar tersebut? Postingan tersebut langsung membuat heboh netizen, terutama para penggemar dan pengikutnya di Instagram.
-
Mengapa video itu diklaim sebagai berita bohong? Penelusuran Cek Fakta Merdeka.com melakukan penelusuran dan berhasil menemukan bahwa narasi yang termuat dalam video viral tersebut adalah hoaks. Pasalnya, terdapat tulisan “Bukit Siguntang” pada bagian depan kapal laut yang disorot.
-
Apa yang Soeharto katakan tentang berita hoaks yang mengarah ke Tapos? Memberitakan dengan tujuan negatif, karena mereka tidak mengetahui keadaan yang sebenarnya dari Tapos ini," jelas Soeharto dikutip dari akun Instagram @jejaksoeharto. Karena memikirkan ini peternakan dari Presiden, padahal bukan peternakan Presiden, ini sebenarnya punya anak-anak saya yang saya mbonceng untuk mengadakan riset dan penelitian," kata Soeharto menambahkan.
-
Siapa yang diharuskan bertanggung jawab atas konten hoax di media digital? Dalam peraturan itu dijelaskan bahwa apabila ada konten hoaks, yang pertama kali bertanggung jawab adalah platformnya, bukan si pembuat konten tersebut.
-
Bagaimana cara mengetahui bahwa berita tersebut tidak benar? Melansir dari reuters, The Economist tidak menerbitkan sampul yang menggambarkan Presiden AS Joe Biden bermain catur dengan Vladimir Putin, dengan judul yang memperingatkan tentang perang nuklir yang “tak terelakkan” antara keduanya.
Dia mengungkapkan, Tara mempunyai peran menyebarkan virus berita bohong dan ujaran kebencian. Saat menangkap Tara, polisi juga menyita satu unit tablet milik pelaku. Dan setelah menangkapnya, penyidik menangkap kembali satu orang tersangka atas nama Ronny Sutrisno (40) yang ditangkap di Palu.
"Perannya (Tara) diduga menyebarkan ujaran kebencian (SARA) dan berita bohong dan menyebarkan virus," ujarnya.
Sebelum menangkap Tara, polisi terlebih dahulu menangkap seorang karyawan atas nama Muhammad Luth (40) di Sunter, Jakarta Utara, pada Senin (26/2) kemarin. Barang bukti yang diamankan yaitu tiga buah handphone beserta sim card, dua buah flashdisk, satu unit laptop, satu fotocopy KTP atas nama Muhammad Luth dan satu fotocopy kartu keluarga.
Lalu, sekitar pukul 09.15 WIB, pihaknya telah melakukan penangkapan kembali terhadap seorang PNS (Pegawai Puskesmas Selindung) atas nama Rizki Surya Dharma (35) yang ditangkap di Pangkal Pinang, Kepulauan Bangka Belitung. Untuk barang bukti yang diamankan yaitu satu buah Laptop merk Deel, satu Buah flasdick merk Sundisk, satu buah Flasdick Thosiba warna putih 8 gb, satu buah Hp jenis Asus Zenfone, satu buah Hp Samsung J Prime, satu buah CD GT Pro dan satu buah I Pad.
Dan sekitar pukul 12.20 WIB, pihaknya mengamankan seorang Karyawan Polytron atas nama Ramdani Saputra (39) yang ditangkap di Jembrana, Bali. Barang bukti yang telah disita yakni satu buah Handphone Sony Experia ZR Warna Hitam dan satu buah sim Card 3 dengan no 089686208389. Dan pada pukul 13.00 WIB, penyidik mengamankan seorang wiraswasta atas nama Yuspiadin (24) di Jatinunggal, Sumedang, Jawa Barat, dengan barang bukti satu buah HP andromax A dan satu buah HP I-Cherry.
Keenam orang tersebut disangkakan dengan Pasal 45A ayat (2) Jo pasal 28 ayat (2) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dan atau Pasal Juncto Pasal 4 huruf b angka 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2008 Tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis dan atau Pasal 33 UU ITE.
"Dipidana penjara 6 tahun dan denda 1 M. Kami juga kenakan Pasal 33," tandasnya.
Seperti diketahui, Dittipid Siber Bareskrim Polri menangkap enam orang pelaku ujaran kebencian dan membuat berita bohong yakni Rizki Surya Dharma (35), Ramdani Saputra (39), Yuspiadin (24), Ronny sutrisno (40) dan Tara Arsih Wijayani (40). Enam orang tersebut tergabung dalam Muslim Cyber Army (MCA).
MCA sendiri ternyata mempunyai empat kelompok jaringan yang mempunyai kerja masing-masing kelompok tersebut. Pertama, kelompok The Family MCA yang mempunyai sembilan orang admin dalam group tersebut bertugas untuk merencanakan dan mempengaruhi member lain.
Yang kedua yaitu kelompok Cyber Moeslim Defeat Army yang memiliki 145 member, dalam kelompok tersebut bertugas untuk melakukan setting isu hoax yang akan diviralkan. Selanjutnya yaitu Kelompok Snipper yang mempunyai 177 member dalam kelompok itu bertugas untuk menyerang seseorang atau kelompok yang diduga lawan MCA. Dan yang terakhir yaitu MCA United yang merupakan grup terbuka bagi siapa yang memiliki visi-misi MCA.
Baca juga:
Penyesalan anggota MCA usai diciduk polisi karena tebar kebencian di medsos
Dosen penyebar berita hoaks tentang muazin dikenal pribadi tertutup, punya 4 anak
Agar maksimal tebar ujaran kebencian, anggota grup MCA dapat pelatihan IT
Ini wajah anggota MCA yang sebarkan hoaks dan ujaran kebencian
Ini cara MCA sebarkan berita hoaks dan ujaran kebencian