Data: Membandingkan Ganasnya Delta dan Omicron di Indonesia
Indonesia memasuki fase gelombang ketiga pandemi Covid-19. Gelombang dipicu Covid-19 varian baru Omicron. Berbeda dengan gelombang kedua yang disebabkan varian Delta, serta gelombang pertama oleh Covid-19 asal Wuhan, China.
Indonesia memasuki fase gelombang ketiga pandemi Covid-19. Gelombang dipicu Covid-19 varian baru Omicron. Berbeda dengan gelombang kedua yang disebabkan varian Delta, serta gelombang pertama oleh Covid-19 asal Wuhan, China.
Data per 6 Februari 2022, kasus positif dan kematian Covid-19 meningkat signifikan. Dalam sepekan terakhir saja, kasus positif yang disebabkan virus SARS-CoV-2 itu bertambah lebih dari 10.000 per hari. Sementara kematian di atas 16 kasus.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Bagaimana virus Covid-19 pertama kali masuk ke Indonesia? Kasus ini terungkap setelah NT melakukan kontak dekat dengan warga negara Jepang yang juga positif Covid-19 saat diperiksa di Malaysia pada malam Valentine, 14 Februari 2020.
-
Apa yang menjadi tanda awal mula pandemi Covid-19 di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Kapan kasus Covid-19 pertama di Indonesia diumumkan? Presiden Jokowi mengumumkan hal ini pada 2 Maret 2020, sebagai kasus Covid-19 pertama di Indonesia.
-
Kapan virus menjadi pandemi? Contohnya seperti virus Covid-19 beberapa bulan lalu. Virus ini sempat menjadi wabah pandemi yang menyebar ke hampir seluruh dunia.
-
Apa itu virus? Virus adalah mikroorganisme yang sangat kecil dan tidak memiliki sel. Virus merupakan parasit intraseluler obligat yang hanya dapat hidup dan berkembang biak di dalam sel organisme biologis.
Bahkan pada Minggu, 6 Februari 2022, kasus Covid-19 harian meningkat 36.057 dengan kasus kematian 57 orang.
Peningkatan kasus Covid-19 harian yang tajam berdampak pada kasus aktif atau pasien yang menjalani perawatan dan keterpakaian tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) di rumah sakit rujukan Covid-19.
Data Kementerian Kesehatan kemarin, kasus aktif menembus 188.899 orang. Sedangkan BOR nasional mencapai 23,35 persen atau sekitar 18.966 dari kapasitas tempat tidur Covid-19 yang tersedia sebanyak 81.235.
Ketua Umum Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi), Bambang Wibowo merinci BOR rumah sakit rujukan Covid-19 di Jawa dan Bali saat ini. DKI Jakarta mencatat BOR sebesar 64 persen, Banten 40 persen, Jawa Barat 30 persen, Jawa Timur 11 persen, Jawa Tengah 12 persen, DI Yogyakarta 19 persen, dan Bali 44 persen.
"Total BOR nasional 23 persen," kata Bambang kepada merdeka.com, Senin (7/2).
Varian Delta
Jika dibandingkan dengan puncak gelombang kedua pada pertengahan Juli 2021, kenaikan kasus Covid-19 hingga BOR rumah sakit rujukan Covid-19 saat ini masih terbilang rendah. Pada 15 Juli 2021 lalu, kasus Covid-19 bertambah 56.757 dengan kematian harian 982.
Sementara itu, kasus aktif Covid-19 menembus 480.199 orang dengan BOR nasional 76 persen. Rincian BOR rumah sakit rujukan Covid-19 di Jawa dan Bali kala itu ialah Banten 88 persen, DI Yogyakarta 87 persen, DKI Jakarta 86 persen, Jawa Timur 82 persen, Jawa Barat 81 persen, Jawa Tengah 80 persen, dan Bali 71 persen.
Pada gelombang kedua pandemi, kasus Covid-19 mulai merangkak naik sejak akhir Mei 2021. Namun, rekor kasus positif mulai terjadi akhir Juni dan mencapai puncak pada 15 Juli 2021.
Sementara pada gelombang ketiga, kasus Covid-19 konsisten meningkat sejak 5 Januari 2022 dan naik signifikan dalam sepekan terakhir.
Berikut perbandingan data kasus positif, kematian, kesembuhan, dan BOR RS saat gelombang Omicron dan Delta:
Omicron:
5 Januari 2022
Kasus positif harian: Tambah 404
Kasus kematian harian: Tambah 4
Kasus sembuh harian: Tambah 180
Kasus aktif: Tambah 220
BOR rumah sakit nasional: 3 persen
6 Februari 2022
Kasus positif harian: Tambah 36.057
Kasus kematian harian: Tambah 57
Kasus sembuh harian: Tambah 10.569
Kasus aktif: Tambah 25.431
BOR rumah sakit nasional: 23,35 persen
Namun angka ini diprediksi belum masuk ke dalam puncak gelombang ketiga.
Delta:
14 Juni 2021
Kasus positif harian: Tambah 8.189
Kasus kematian harian: Tambah 237
Kasus sembuh harian: Tambah 6.143
Kasus aktif: Tambah 1.846
BOR rumah sakit nasional: 49 persen
15 Juli 2021
Kasus positif harian: Tambah 56.757
Kasus kematian harian: Tambah 982
Kasus sembuh harian: Tambah 19.049
Kasus aktif: Tambah 36.726
BOR rumah sakit nasional: 76 persen
Data Negara Lain
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memperkirakan, puncak gelombang ketiga pandemi di Indonesia terjadi pada akhir Februari 2022. Dia belum bisa memprediksi angka kasus Covid-19 harian pada puncaknya, namun bisa mencapai dua hingga tiga kali lipat dari Delta.
Dia membandingkan dengan kondisi sejumlah negara di dunia yang sudah dan sedang menghadapi gelombang Omicron. Amerika Serikat misalnya, kasus Covid-19 harian mencapai 800.000 saat gelombang Omicron. Sedangkan saat gelombang Delta hanya 250.000 per hari.
Kemudian Prancis, kasus Covid-19 harian mencapai 360.000 pada puncak gelombang Omicron. Sementara saat Delta hanya 60.000 per hari.
Brazil mencatat 190.000 kasus per hari pada puncak gelombang Omicron. Sedangkan saat gelombang Delta sebanyak 80.000 per hari.
Berikutnya India, kini mencatat 310.000 per hari dibandingkan Delta 380.000. Jepang kini melaporkan 65.000 kasus Covid-19 per hari, sedangkan saat Delta 25.000 per hari.
"Indonesia pasti akan mengalami ini. Jadi kalau puncaknya kita dulu pernah 57.000 per hari, kita mesti siap-siap, hati-hati dan waspada. Tidak perlu kaget, kalau melihat di negara-negara lain itu bisa 2 kali, 3 kali di atas puncak Delta," katanya dalam konferensi pers yang disiarkan melalui YouTube Sekretariat Presiden, Senin (31/1).
Budi juga mengaku belum tahu pasti soal kebutuhan perawatan pasien yang terjangkit Covid-19 varian Omicron di rumah sakit. Ini disebabkan, data kebutuhan perawatan pasien di rumah sakit setiap negara berbeda-beda.
Dia mengambil contoh Afrika Selatan. Jumlah pasien Omicron yang menjalani perawatan di rumah sakit pada negara tersebut jauh lebih rendah daripada Delta. Demikian juga di Inggris.
Namun berbeda dengan Amerika Serikat. Di negara Paman Sam itu, persentase kasus aktif Omicron di bawah Delta. Namun, jumlah pasiem Omicron yang masuk rumah sakit lebih tinggi dari Delta.
"Di Prancis demikian juga. Secara persentase di bawah Delta, tapi secara nominal sama dengan Delta dan kasusnya masih naik," jelasnya.
Prokes Jangan Kendor
Melihat kondisi di berbagai negara tersebut, Budi mengimbau masyarakat tetap waspada terhadap penularan Omicron. Dia mengingatkan untuk tidak jemawa dan tetap menerapkan protokol kesehatan. Terutama, menghindari kerumunan dan mengurangi mobilitas.
"Kalau bisa lakukan secara mobilitas di rumah, lebih baik dilakukan di sana. Karena kemungkinan kasusnya akan naik sampai akhir bulan (Februari 2022)," ujarnya.
Mantan Wakil Menteri BUMN ini memastikan pemerintah sudah menyediakan obat untuk pasien Covid-19 dengan gejala. Saat ini sudah lebih dari 20 juta dosis obat anti virus.
Obat anti virus ini sudah mendapat persetujuan dari lima organisasi profesi kesehatan dan para ahli kedokteran. Obat tersebut ialah Avigan atau Favipiravir dan Molnupiravir.
"Kita juga sudah siapkan lebih dari 20 juta dosis," katanya.
Budi mengatakan penggunaan obat anti virus ini harus mendapatkan resep dokter. Baik resep dokter berdasarkan konsultasi secara langsung maupun lewat telemedicine.
"Bapak ibu tidak usah khawatir karena jumlahnya cukup banyak," ucapnya.
Dia mengingatkan masyarakat untuk tidak menimbun obat Avigan atau Favipiravir dan Molnupiravir. Hal ini untuk mencegah terbatasnya ketersediaan obat anti virus untuk pasien Covid-19.
"Jadi bapak ibu tidak bisa beli sendiri dan sebaiknya jangan. Kalau bapak ibu beli, nimbun di rumah, kasian orang lain tidak dapat," tuturnya.
Sementara untuk pasien Covid-19 tanpa gejala, cukup mengkonsumsi vitamin selama isolasi mandiri di rumah. Budi mengimbau, pasien tanpa gejala tidak menjalani perawatan di rumah sakit.
(mdk/rnd)