Dedi Mulyadi ingin petani dapat asuransi kecelakaan kerja dan tanaman padi
Dedi Mulyadi ingin petani dapat asuransi kecelakaan kerja dan tanaman padi. Kesehatan para buruh tani pun menjadi perhatian Dedi Mulyadi. Dia mengatakan program satu dokter satu desa dapat menjadi solusi bagi kesehatan mereka.
Calon Wakil Gubernur Jawa Barat bernomor urut 4 menantang para petani di Kabupaten Bekasi untuk adu tanding menyabit padi. Area sawah di Desa Karang Mekar, Kecamatan Kedung Waringin, Kabupaten Bekasi memang sedang panen raya.
Melihat padi yang sudah menguning dan siap dipanen, secara spontan, Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat tersebut meminjam arit milik petani. Dedi Mulyadi yang sejak kecil sudah bertani itu tampak lihat menyabit padi yang dikelola oleh butuh tani setempat.
-
Mengapa Dedi Mulyadi akan meminta restu Prabowo untuk maju di Pilgub Jabar? Sebagai calon, Dedi mengaku akan meminta restu persetujuan dari Ketum Gerindra Prabowo Subianto untuk bertarung pada Pilkada Jabar.
-
Bagaimana Dedi Mulyadi akan mencari pasangan untuk Pilgub Jabar? "Pak Airlangga berpesan ke saya, jangan terlalu jauh kalau main dari luar rumah, jangan melewati Jawa Barat, harus berada di wilayah Jawa Barat. Kemudian nanti cari pasangan di Golkar yang sesuai dengan kriteria sebagai calon istri (wakil) yang baik," kata dia.
-
Bagaimana Dedi Mulyadi merawat Sapi Bargola? Dirawat dengan Rasa Melalui pengelolaan di Peternakan Lembur Pakuan, Dedi memberikan contoh bagaimana mengelola peternakan yang baik, pertanian organik sampai pada membangun sektor perikanan yang baik di pedesaan.
-
Kenapa Dedi Mulyadi menggemukkan Sapi Bargola? Dedi mengaku akan mengkurbankan sapi Bargola di hari raya Iduladha pekan depan.
-
Dimana Dedi Mulyadi merawat Sapi Bargola? Dedi menggemukkan sendiri sapi tersebut di peternakan pribadinya di Lembur Pakuan, Kabupaten Subang.
-
Siapa Mbak Dewi? Atha Dewi Prihantini (38) jadi salah satu pelestari adrem yang belakangan mulai terangkat ke permukaan.
Usai adu tanding sabit padi, para buruh tani tersebut mengungkapkan keluh kesahnya kepada Dedi Mulyadi. Rata-rata dari mereka mengeluhkan sistem pengupahan yang hari ini menggunakan upah berupa uang. Sementara zaman dahulu, mereka mendapatkan upah bagi hasil panen.
Jika pun masih ada tuan tanah yang menggunakan sistem bagi hasil berupa hasil panen, jumlahnya sangat tidak sebanding. Dari 7 kilogram hasil panen padi yang dikelola buruh tani, mereka hanya mendapatkan upah sebanyak 1 kilogram saja.
"Perbandingannya 1 : 7 Pak, tapi kebanyakan pakai upah uang. 1 : 7 saja itu sudah berat sekali," keluh Acim (45).
Dedi merasa prihatin atas kondisi yang mendera para buruh tani tersebut. "Bayangkan saja selama ini kondisi buruh tani, setiap hari pegang beras tapi susah dapat beras. Ada pola perubahan yang aneh, buruh tani diupah dengan uang tidak dengan padi. Uang memang mudah dibelanjakan tetapi mereka kesulitan mendapatkan beras," katanya.
Dedi Mulyadi memiliki solusi atas permasalahan yang sedang didera oleh para buruh tani. Menurut dia, harus ada asuransi untuk buruh tani berupa asuransi kecelakaan kerja dan asuransi tanaman padi.
"Kalau mereka dipatok ular atau kecelakaan di sawah siapa yang mau mengobati? Kalau tidak ada asuransi. Kalau padinya tidak diasuransikan darimana buruh tani dapat penghasilan kalau gagal panen. Mereka bisa jatuh miskin untuk kedua kalinya," ungkapnya.
Kesehatan para buruh tani pun menjadi perhatian Dedi Mulyadi. Dia mengatakan program satu dokter satu desa dapat menjadi solusi bagi kesehatan mereka.
"Anggarannya cukup kok dari provinsi. Kalau kurang ya dibantu via APBD kabupaten/kota masing-masing. Kita harus sinergis untuk keberlangsungan hidup para buruh tani," pungkasnya.
(mdk/eko)