Dedi Mulyadi sebut produk UMKM Jawa Barat butuh branding berkarakter
Hal ini Dedi Mulyadi sampaikan saat berkunjung ke Desa Hegarmanah, Kecamatan Cikancung, Kabupaten Bandung, Senin (30/4).
Calon Wakil Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi siap mendorong upaya branding produk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Jawa Barat. Menurut dia, branding sangat dibutuhkan dalam rangka menarik minat konsumen untuk membeli sebuah produk.
Hal ini Dedi Mulyadi sampaikan saat berkunjung ke Desa Hegarmanah, Kecamatan Cikancung, Kabupaten Bandung, Senin (30/4).
-
Mengapa Dedi Mulyadi akan meminta restu Prabowo untuk maju di Pilgub Jabar? Sebagai calon, Dedi mengaku akan meminta restu persetujuan dari Ketum Gerindra Prabowo Subianto untuk bertarung pada Pilkada Jabar.
-
Bagaimana Dedi Mulyadi akan mencari pasangan untuk Pilgub Jabar? "Pak Airlangga berpesan ke saya, jangan terlalu jauh kalau main dari luar rumah, jangan melewati Jawa Barat, harus berada di wilayah Jawa Barat. Kemudian nanti cari pasangan di Golkar yang sesuai dengan kriteria sebagai calon istri (wakil) yang baik," kata dia.
-
Bagaimana Dedi Mulyadi merawat Sapi Bargola? Dirawat dengan Rasa Melalui pengelolaan di Peternakan Lembur Pakuan, Dedi memberikan contoh bagaimana mengelola peternakan yang baik, pertanian organik sampai pada membangun sektor perikanan yang baik di pedesaan.
-
Kenapa Dedi Mulyadi menggemukkan Sapi Bargola? Dedi mengaku akan mengkurbankan sapi Bargola di hari raya Iduladha pekan depan.
-
Siapa yang kuliah di Bandung? Baik Kika maupun Jema tengah menjalani studi di Bandung, Jawa Barat.
-
Di mana asal muasal pelat nomor D di Bandung? Sehingga dapat disimpulkan bahwa Pelat nomor D berasal dari tim pasukan Inggris berkode huruf D yang pernah menguasai daerah ibu kota Priangan.
Di desa tersebut, pria kelahiran Subang, Jawa Barat itu menerima keluhan seorang perajin suvenir yang terbuat dari bahan sarengseng yang merupakan dahan pohon bambu yang biasanya tidak terpakai.
Namun, warga di desa tersebut, Yusuf (63) berhasil membuat sarengseng memiliki nilai ekonomi karena diolah menjadi berbagai bentuk kerajinan. Seperti, gelang, pulpen, gantungan kunci dan kerajinan lain.
"Kita pasarkan ke daerah wisata di Jawa Barat. Harga dari kita ke penjual itu Rp 25 ribu-Rp30 ribu per lusin. Mereka biasanya menjual kepada konsumen dengan harga Rp 5 ribu per satu buah," kata Yusuf.
Menurut Yusuf, industri UMKM termasuk sektor menjanjikan bagi peningkatan taraf hidup ekonomi pekerjanya. Bahkan, jika dihitung, jumlah upah perajin di daerahnya lebih besar dari UMK untuk seorang buruh.
"Tinggal dihitung, satu orang bekerja di pabrik itu sehari dibayar Rp 80 ribu, sebagai perajin dibayar Rp 60 ribu. Bedanya, kalau di pabrik kita tidak bisa sembarang masukan orang baru, kalau di sini, satu keluarga bisa kerja. Hanya saja, kita agak repot di pemasaran," ujarnya.
Dedi Mulyadi memandang, omset pemasaran produk UMKM dapat lebih masif jika didukung oleh pola branding yang kuat. Karena itu, keluhan Yusuf tentang sulitnya pemasaran dapat terselesaikan.
"Selain branding berkarakter wilayah, infrastruktur pariwisata juga harus baik. Jalannya tidak macet, tata kotanya bersih. Wisatawan akan datang dan itu kan pasar. Mereka harus tertarik kepada produk kita, oleh karena itu kita harus membrandingnya dengan baik," kata Dedi.
(mdk/rzk)