Depresi karena cekcok dengan istri, Suyono nekat bakar diri
Akibat luka bakar yang cukup parah, hampir di seluruh bagian tubuh, korban terpaksa dilarikan ke rumah sakit.
Suyono (43) warga desa Sitiang, Kecamatan Pucuk Rantau, Kabupaten Kuantan Singingi, Riau nekat membakar dirinya. Suyono nekat membakar diri lantaran bertengkar hebat dengan istrinya, Sulastri (32)
"Indikasi awal hasil dari mengorek keterangan saksi-saksi hal itu dipicu pertengkaran hebat antara korban dengan mantan istrinya, Sulastri (32)," kata Kepala Bidang Humas Polda Riau Ajun Komisaris Besar Guntur Aryo Tejo seperti dikutip dari Antara, Senin (11/11).
Kepala Unit Reserse Kriminal Polsek setempat, Inspektur Satu (Iptu) Hutabarat yang dihubungi terpisah membenarkan bahwa sejumlah saksi telah diperiksa, termasuk dari pihak keluarga korban. Menurut dia, kasus tersebut berawal dari pertengkaran hebat korban dengan istrinya.
"Kejadiannya pada Sabtu (9/11). Petugas yang mendapat laporan peristiwa itu kemudian turun ke lokasi kejadian untuk olah perkara," katanya.
Ia mengatakan, akibat luka bakar yang cukup parah, hampir di seluruh bagian tubuh, korban terpaksa dilarikan ke rumah sakit dan masih diinapkan di sana.
Sampai hari ini, kata dia, anggota masih terus mendalami perkara tersebut dengan memeriksa saksi-saksi lanjutan baik dari warga setempat maupun keluarga korban sekaligus pelaku.
"Nantinya pelaku sekaligus korban bakar diri juga akan dimintai keterangannya. Indikasi kuat, itu dilakukan karena pelaku depresi setelah berulang kali bertengkar dengan mantan istrinya," kata dia.
Kasus bunuh diri di Riau menurut catatan kepolisian setempat setiap tahunnya mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Khusus di Pekanbaru, kepolisian bahkan mencatat pada 2012 terjadi 15 kali kasus bunuh diri, atau meningkat dibandingkan tahun 2011 yang hanya terdapat 12 kasus.
Meningkatnya kasus bunuh diri ini menurut ahli disebabkan berbagai faktor, mulai dari pengaruh pihak orang terdekat atau bahkan dari kondisi kejiwaan atau kepribadian korban. Kasus bunuh diri menurut pakar juga bisa jadi diakibatkan himpitan ekonomi sang korban yang tengah kritis.