Derita 3 bocah bersaudara usai ayah meninggal dan ibu kawin lagi
Selain banting tulang, ketiganya juga mengandalkan bantuan raskin untuk bertahan hidup.
Lengkap sudah penderitaan tiga bersaudara laki-laki asal Desa Ban, Karangasem, Bali. Mereka harus berjuang mengisi perut tanpa kasih sayang kedua orang tua.
Penderitaan tiga bersaudara ini terjadi setelah ayahnya meninggal dan ibunya kabur untuk kawin lagi. Kisah kemiskinan ketiga bersaudara ini yang begitu ramai jadi perbincangan di media sosial Facebook.
Siang itu, di rumah semi permanen hanya ada I Ketut Sana (12). Tempat tinggalnya kecil dan terletak di kaki Gunung Agung.
Sana menuturkan bahwa ayah mereka, I Nyoman Kokak telah meninggal sejak dirinya masih berumur 7 tahun, sedangkan ibunya Ni Wayan Sriyani memilih untuk menikah lagi, dan meninggalkan mereka bertiga di rumah tersebut.
Dengan percaya diri, Ketut Sana tidak canggung menceritakan kehidupannya. Dia juga mengungkapkan bahwa selama ini kebutuhan hidup sehari-hari diperoleh dari kakak tertuanya yang bernama I Nengah Santa (16) yang merantau ke Negara untuk bekerja memetik cengkih, di samping itu mereka juga mengandalkan bantuan dari beras miskin yang diperoleh setiap bulan.
"Tetapi sekarang kakak saya Nengah Santa sudah tidak bekerja di Negara, jadi kami hanya mengandalkan dari bekerja serabutan membantu para tetangga, kadang memetik kelapa maupun mencari rumput," kata Sana saat disambangi sejumlah PNS Provinsi Bali, Senin (5/9).
Lebih lanjut, Sana yang saat ini masih duduk di bangku kelas 6 SD juga menceritakan bahwa adiknya Wayan Sudirta (4,5) tinggal bersama kakak tirinya I Wayan Sampun, karena dia dan kakaknya I Nyoman Ariya (14) yang masih duduk di kelas 2 SMP tidak bisa selalu menjaga adiknya di rumah.
"Jadi kami berdua meminta bantuan kakak tiri untuk menjaga adik saya Wayan Sudirta," ucapnya.
Dengan kondisi tersebut, dia mengakui banyak orang yang menawarkan tinggal di panti asuhan. Namun karena keinginan ketiganya begitu bulat untuk mandiri dan menjaga rumah peninggalan satu-satunya dari ayah mereka, maka Ariya, Sana dan Sudirta menolak tawaran tersebut.
Tim Biro Humas yang dipimpin Kepala Bagian Publikasi Made Ady Mastika menyerahkan bantuan sembako dan uang tunai dari Gubernur Bali, serta donasi dari Staf Biro Humas berupa uang tunai, pakaian bekas yang masih layak pakai dan alat-alat tulis.
Babinsa Desa setempat I Negah Budiartana yang mendampingi tim ke lokasi menambahkan, Kementerian Sosial juga berjanji akan memberikan bantuan rehab rumah, dapur, kamar mandi, serta pengaliran listrik.
Namun hingga saat ini belum terlaksana karena masih diproses oleh kepala desa dan Perbekel Desa Ban untuk pengajuan proposal. Dia berharap, dengan adanya bantuan dari pemerintah pusat serta pemerintah provinsi, kehidupan Ketut Sana dan saudaranya dapat menjadi lebih baik dan mereka bisa melanjutkan sekolah dengan tenang.