Di Hadapan Jokowi, Mantan Honorer Asal NTT Cerita Tak Pernah Digaji
Dea menceritakan kepada Jokowi awal mula mengikuti program Kartu Prakerja. Dia mengaku mendapatkan informasi pembukaan Kartu Prakerja dari internet pada awal 2020. Tapi pikir panjang, saat itu langsung mendaftarkan diri.
Mantan honorer asal Nusa Tenggara Timur (NTT), Pudencia atau Dea bercerita kepada Presiden Joko Widodo tak pernah mendapatkan gaji. Dia menjadi honorer pada salah satu puskesmas di Ende.
Hal ini disampaikan Dea dalam acara silaturahmi alumni penerima program Kartu Prakerja di Sentul Internasional Convention Center, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat (17/6).
-
Siapa yang meminta tanda tangan Presiden Jokowi? Pasangan artis Vino G Bastian dan Marsha Timothy kerap disebut sebagai orang tua idaman. Pasalnya demi impian sang anak, Jizzy Pearl Bastian, pasangan orang tua ini rela melakukan segala cara.
-
Siapa yang menggugat Presiden Jokowi? Gugatan itu dilayangkan Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI) melayangkan gugatan terhadap Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN).
-
Bagaimana Jokowi berpesan untuk menghormati guru? “Menghormati guru, seperti menghormati orang tua sendiri. Itulah nilai-nilai bangsa Indonesia yang harus kita jaga.”
-
Siapa saja yang bertemu dengan Presiden Jokowi? Sejumlah petinggi PT Vale Indonesia Tbk bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (5/8) pagi. Petinggi PT Vale yang datang ke Istana di antaranya Direktur PT Vale Indonesia Febriany Eddy, Chairman Vale Base Metal Global Mark Cutifani, dan Chief Sustainable and Corp Affair Vale Base Metal Emily Olson.
-
Apa alasan Jokowi memberi pangkat Jenderal Kehormatan kepada Prabowo? Jokowi mengatakan Prabowo telah memberikan kontribusi luar biasa bagi kemajuan TNI dan negara.
-
Siapa yang mengunjungi Presiden Jokowi di Indonesia? Presiden Jokowi menerima kunjungan kenegaraan dari pemimpin Gereja Katolik sekaligus Kepala Negara Vatikan, Paus Fransiskus, di Istana Merdeka, Jakarta, pada Rabu, 4 September 2024.
Semula, Dea menceritakan kepada Jokowi awal mula mengikuti program Kartu Prakerja. Dia mengaku mendapatkan informasi pembukaan Kartu Prakerja dari internet pada awal 2020. Tapi pikir panjang, saat itu langsung mendaftarkan diri.
Dia mengikuti proses seleksi program Kartu Prakerja sejak gelombang pertama. Namun, baru bisa lolos pada gelombang ke-13.
"Saya mengikuti pelatihan Prakerja waktu masih honorer di puskesmas. Kami di NTT kalau honorer tidak digaji," kata Dea.
Jokowi tidak menanggapi lebih jauh cerita Dea tak mendapatkan upah selama menjadi honorer. Usai acara silaturahmi tersebut, Jokowi juga enggan berkomentar.
"Ya, tanya saja sama pemda, itu urusan pemerintah daerah," kata Jokowi singkat.
Jokowi Apresiasi Program Kartu Prakerja
Saat menyampaikan sambutan, Jokowi mengapresiasi program Kartu Prakerja. Sejak diluncurkan pada awal 2020 hingga saat ini, tercatat sebanyak 12,8 juta orang dinyatakan lulus seleksi.
Jokowi menceritakan, program Kartu Prakerja diluncurkan saat Indonesia menghadapi badai pandemi Covid-19. Saat itu, Indonesia sedang menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
"Bayangkan, tapi yang saya sangat apresiasi, yang daftar sampai saat ini sudah 115 juta. Yang terverifikasi 84 juta, yang diterima 12,8 juta. Besar sekali, ini angka yang tidak kecil 12,8 juta," katanya.
Jokowi mengutip hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS) yang menunjukkan 88,9 persen penerima Kartu Prakerja mengaku program ini meningkatkan keterampilan. Meski demikian, dia meminta pengelola program Kartu Prakerja terus melakukan evaluasi dan koreksi.
Salah satunya, menambah program pendampingan terhadap alumni penerima program Kartu Prakerja.
"Kita harapkan terus dievaluasi, dikoreksi, diperbaiki. Masukan-masukan saya kira banyak, diterima, didampingi, diendorse," ujarnya.
Menurut Jokowi, Kartu Prakerja merupakan salah satu program yang dapat membangun sumber daya manusia (SDM). Di sisi lain, SDM menjadi kunci untuk memajukan bangsa.
Jokowi menyebut, meskipun sebuah negara memiliki sumber daya alam (SDA) melimpah namun jika tidak diimbangi dengan SDM berkualitas, maka tak akan mengalami kemajuan.
"SDA banyak tapi SDM tak mendukung, tak ada artinya. Tapi kalau SDA ada, didukung SDM baik seperti yang ada di kiri kanan saya ini didukung, inilah yang akan nanti membuat negara ini maju," katanya.
(mdk/fik)