Di Solo, 1.200 anjing dibunuh tiap hari untuk dikonsumsi
Bukan disembelih seperti kambing atau hewan lainnya, namun dimasukkan ke dalam karung kemudian dijerat lehernya dengan tali, dipukul kepalanya atau dimasukkan ke air hingga mati.
Sedikitnya 1.200 anjing di Solo dibunuh setiap harinya untuk dikonsumsi manusia. Dikatakan dibunuh, karena cara menghilangkan nyawa hewan tersebut tak lazim.
Bukan disembelih seperti kambing atau hewan lainnya, namun dimasukkan ke dalam karung kemudian dijerat lehernya dengan tali, dipukul kepalanya atau dimasukkan ke air hingga mati.
-
Di mana anjing-anjing itu diangkut? Sabtu (6/1) malam, polisi mengamankan sebuah truk pengangkut ratusan ekor anjing yang diduga tanpa dokumen resmi di Gerbang Tol Kalikangkung, Semarang.
-
Apa yang membedakan anjing dan serigala secara perilaku? “Serigala masih memiliki semua perilaku berburu alami yang tidak dimiliki anjing," kata Kathryn Lord, ilmuwan yang mempelajari evolusi perilaku.
-
Siapa saja yang terlibat dalam penyelundupan anjing ini? Polisi menetapkan lima tersangka kasus tersebut. Satu dari lima tersangka adalah DH (43). Dia merupakan pemesan ratusan anjing yang akan dikonsumsi. Sedangkan empat tersangka lainnya adalah awak truk pembawa ratusan ekor anjing yang perannya turut serta membantu.
-
Bagaimana cara anjing-anjing itu diselundupkan? Sabtu (6/1) malam, polisi mengamankan sebuah truk pengangkut ratusan ekor anjing yang diduga tanpa dokumen resmi di Gerbang Tol Kalikangkung, Semarang.
-
Kenapa anjing-anjing itu diselundupkan? DH (43), salah satu tersangka kasus penyelundupan anjing mengaku bahwa ia membeli hewan tersebut seharga Rp250 ribu per ekor dalam kondisi siap kirim. Sebanyak 226 ekor anjing itu selanjutnya akan dikirim ke Kabupaten Klaten dan sudah ditunggu pembeli. Rencananya anjing-anjing itu akan dijual kembali dalam kondisi hidup dengan harga Rp350 ribu per ekor.
-
Siapa saja yang pernah merasakan kesetiaan anjing? Kesetiaan yang dimiliki oleh anjing bahkan pernah dilukiskan dalam sebuah karya film berjudul Hachiko di Jepang atau Hachito di Bolivia kepada tuannya.
Setelah mati, baru kemudian anjing-anjing tersebut dijadikan olahan favorit sebagian masyarakat di Kota Solo dan sekitarnya. Hampir sama dengan kambing, olahan daging anjing ini bisa berupa sate bakar, sengsu (tongseng asu/anjing), rica basah maupun rica goreng. Masyarakat kemudian lebih akrab menyebutnya sebagai 'Rica Guguk atau Sate Guk Guk atau Rica RW'.
Istilah 'Rica Guk Guk' muncul semasa kepemimpinan Wali Kota Solo Joko Widodo (Jokowi) yang sekarang menjadi Presiden RI. Saat itu hampir semua tenda warung kuliner daging anjing bertuliskan 'Sate Jamu'. Sebagian masyarakat beranggapan jika daging anjing berkhasiat untuk menambah stamina.
Namun, tulisan tersebut rupanya kerap membuat pendatang baru di Solo salah persepsi. Mereka berniat mencicipi kuliner itu karena mengira yang dijual adalah sate kambing dengan bumbu rempah sehingga nama tersebut menimbulkan polemik. Sehingga para penjual kuliner olahan anjing harus menuliskan "Warung Guguk" lengkap dengan gambar kepala anjing pada tenda mereka.
rumah makan pinggir jalan di solo ©2018 Merdeka.com/Arie Sunaryo
Salah satu komunitas pecinta anjing, Sahabat Anjing Solo mengatakan, berdasarkan hasil survei yang dilakukan, tahun 2017 ada 1.200 ekor anjing yang dibunuh setiap harinya. Ribuan anjing tersebut didatangkan dari Solo dan sekitarnya serta dari sejumlah kota di Jawa Barat dan Jawa Timur.
Ribuan anjing tersebut kemudian didistribusikan untuk memenuhi kebutuhan sekitar 136 warung kuliner olahan anjing yang ada di Solo.
"Khusus Kota Solo jumlah warung kuliner olahan anjing ada 136, belum lagi di kota sekitar," ujar Fredy Irawan, ketua Sahabat Anjing Solo, Rabu (21/2).
Sahabat Anjing, lanjut Fredy, merasa prihatin dengan kondisi tersebut. Pihaknya terus mengkampanyekan agar masyarakat tak mengkonsumsi daging anjing atau 'Dogs are Not Food'. Menurutnya, ada beberapa alasan agar masyarakat tak mengkonsumsi daging anjing.
"Dari aspek kesehatan, daging anjing itu berpotensi membawa penyakit rabies. Potensi itu akan semakin besar karena sebagai binatang peliharaan, anjing tidak mendapat vaksin atau perawatan lain layaknya binatang ternak konsumsi," katanya.
Meskipun Kota Solo bebas rabies, ribuan anjing yang dikonsumsi tersebut didatangkan dari luar kota. Apalagi tidak ada standard operational procedure (SOP) dalam pengangkutan dan pengolahan. Masyarakat, sambung dia, harus tahu bahwa sebagian anjing juga memiliki kandungan cacing hati dan cacing pita.
"Siapa yang bisa menjamin binatang itu tidak terjangkit rabies atau penyakit lain? Selain itu, anjing itu sahabat manusia, tidak layak untuk dimakan," tandasnya.
Ferdy mengatakan pihaknya juga menyoroti cara membunuh anjing yang selama ini dilakukan secara biadab dan tidak disembelih.
rumah makan pinggir jalan di solo ©2018 Merdeka.com/Arie Sunaryo
"Itu namanya pembantaian, penyiksaan. Cara itu dilakukan karena konsumen percaya daging anjing akan terasa nikmat jika tidak ada darah keluar saat dibunuh. Karena itu anjing tidak pernah disembelih. Cara pembantaian seperti itu ini harus dihentikan," tegasnya.
Di Kota Solo dan sekitarnya, warung kuliner olahan daging anjing memang mudah ditemukan. Sahabat Anjing Solo mencatat berdasarkan data Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Jawa Tengah, pada 2017, Jawa Tengah berada di peringkat kedua setelah Provinsi DKI Jakarta sebagai daerah pengkonsumsi daging anjing terbanyak.
Sementara dari 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah, Kota Solo, menjadi daerah pengkonsumsi daging anjing terbanyak disusul Kabupaten Klaten, Sragen, Karanganyar, dan Semarang.
Terkait keberadaan 'Warung Guguk' Pemerintah Kota Solo tidak pernah mempermasalahkanya. Wali Kota Solo F.X Hadi Rudyatmo mengaku tidak bisa melarang. Karena tidak ada peraturan yang dijadilakan untuk melarang.
"Jenis kuliner itu kan sudah ada sejak zaman dulu. Kalau ada tulisan yang dijual daging anjing, mereka yang mengharamkan daging itu kan tidak membeli," tukas Rudyatmo.
Salah satu penjualan warung guguk, Sukardi (61) mengakui jika bisnis kuliner daging anjing cukup menggiurkan. Dia merintis usahanya tersebut sejak 1979 dan saat ini sudah berhasil membuka 4 cabang.
"Sehari rata-rata satu warung saya nyembelih 8-12 ekor anjing. Besarnya ya kira-kira 10-20 kilogram per ekor. Kalau total semua warung saya sehari ya 30 sampai 60 ekor anjing," terangnya.
Setiap warung, biaya untuk pembelian anjing yang dikeluarkan Sukardi mencapai sekitar Rp 2 juta. Setelah menjadi olahan, dia bisa meraup keuntungan bersih Rp 2-3 juta per warung per hari. Bahkan pada akhir pekan atau liburan, penghasilan Sukardi bisa melonjak hingga 50 persen.
Sukardi mengaku membeli anjing dari pengepul dengan harga Rp 150 ribu-Rp 200 ribu per ekor. Sesudah menjadi olahan daging anjing dijual dengan harga Rp 15 ribu hingga Rp 20 ribu per porsi. Untuk seekor anjing dengan bobot 10 kilogram bisa diolah menjadi 100 porsi.
Sementara itu seorang pengepul, Daliman (60) mengaku mendapatkan kiriman anjing dari wilayah Pangandaran, Indramayu, dan Pacitan dengan harga sekitar Rp 80 ribu per ekor. Anjing itu kemudian dijual kembali ke Solo dan sekitarnya. Daliman mengaku tidak mengambil anjing dari Bali untuk menghindari penyakit rabies.
"Kalau biar aman kita harus pilih-pilih anjing yang berkualitas. Saya nggak ambil anjing dari Bali, takut kena rabies. Biasanya anjing datang sepekan dua kali, jumlahnya 500 ekor sekali datang dengan usia rata-rata 8 bulan sampai 1 tahun," ucapnya.
Baca juga:
Bali mulai larang rumah makan sajikan menu masakan daging anjing
Jutaan ekor anjing diselamatkan dari santapan manusia di Korsel
Korea Utara suruh rakyatnya makan daging anjing
Warung penjual daging anjing & tuak digerebek bupati Purwakarta
Sadis, ribuan anjing di Korea Selatan ini akan dijadikan makanan