Diduga tarik pungli, MTs di Kendal didatangi Ombudsman
Pihak sekolah diduga menarik pungli sebesar Rp 1.350.000 kepada siswanya untuk pesta perpisahan kelulusan.
Diduga melakukan pungutan liar, MTs N Kendal didatangi Ombudsman RI Jawa Tengah, Rabu (13/07) siang. Pihak sekolah diduga menarik pungli sebesar Rp 1.350.000 kepada siswanya untuk pesta perpisahan kelulusan siswa.
Untuk mengetahui kebenaran pungli ini, Ombudsman melakukan klarifikasi ke pihak sekolah setempat. Meski demikian, Kepala sekolah MTs N Kendal membantah pihaknya melakukan pungli.
Kepala Ombudsman Jateng, Ahmad Zaid mengatakan dugaan pungli tersebut muncul adanya laporan dari masyarakat yang masuk kepada dirinya. Rp 1.350.000 tersebut rinciannya Rp 250 ribu untuk kenang-kenangan perpisahan siswa, sedangkan sisanya Rp 1,1 juta sumbangan pengembangan institusi (SPI), uang tabungan dan sebagainya.
"Kami ke sini untuk klarifikasi, apakah benar sekolah melakukan pungli. Makanya kami minta kelengkapan data kelulusan dan penerimaan siswa baru. Istilahnya korscek karena kami tidak percaya sepenuhnya terhadap pelapor," katanya.
Data yang diperoleh dari sekolah, nantinya Ombudsman akan mencocokkannya dengan data dari pelapor. "Jika dari data yang ada perbedaan, dirinya akan melakukan konfrontir antara pihak sekolah dengan pelapor," tandasnya.
Menurutnya untuk sekolah tingkatan dasar yakni SD dan SMP sederajat tidak diperkenankan menarik pungutan. Tapi sekolah masih diperbolehkan menerima sumbangan dari orang tua siswa maupun lembaga lain yang sifatnya tidak mengingkat besaran sumbangan maupun pembayarannya.
"Kalau sumbangan tapi ditentukan besaran minimalnya dan waktunya itu jelas masuknya pungli. Inilah yang dilarang atau tidak diperbolehkan," tambahnya.
Menanggapi hal tersebut Kepala Sekolah MTs N Kendal, Asroni membantah adanya pungli seperti laporan yang masuk ke Ombudsman Jateng. Menurutnya, dirinya saat ini fokus penerimaan siswa baru mengingat persaingan sekolah sangat tinggi.
"Tidak ada pungli sama sekali. Jangankan pungutan, sumbangan saja kami tidak memintanya. Adanya laporan Ombudsman jika sekolah kami melakukan pungli hingga jutaan rupiah ini, justru kami kaget. Jangan-jangan salah bukan MTs kami tapi MTs lain," ujar Asroni.
Diakui Asroni, sekolahnya saat ini masih kekurangan siswa. target dari siswa yang sedianya masuk 256 siswa, namun hingga akhir pendaftaran ulang hanya ada 233 siswa.
"Jadi tidak ada seleksi masuk, semua kami terima. Makanya kami tidak berani melakukan pungutan," tambahnya.