Diperiksa 4 jam soal kasus Samad, Hasto diberondong 23 pertanyaan
Kepada penyidik Bareskrim, Hasto mengaku juga menjelaskan lagi enam kali pertemuannya dengan Abraham Samad.
Usai diperiksa selama empat jam lebih, Pelaksana Tugas Sekretaris Jenderal (Plt Sekjen) PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengaku diberi 23 pertanyaan lebih oleh penyidik di Badan Reserse dan Kriminal (Bareskrim) Mabes Polri. Pernyataan itu seputar pertemuan dirinya dengan Ketua Komisi Pemberantas Korupsi (KPK) Abraham Samad.
Hasto mulai diperiksa sekitar pukul 11.40 WIB sampai pukul 14.00 WIB. Begitu keluar dari pintu depan ruang Bareskrim, Hasto langsung menyindir soal kondisi dan posisi Abraham Samad saat bertemu dengannya.
"Pertama, saya minta maaf saya datang ke sini tidak pakai masker," kata Hasto sambil disambut senyuman beberapa wartawan di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Selasa (3/2).
"Kedua, pemanggilan saya kapasitas sebagai saksi dugaan pelanggaran pidana salah satu pimpinan KPK bertemu dengan pihak-pihak terkait dengan kasus yang ditangani KPK. Banyak pertanyaan. Lebih dari 23 pertanyaan saya jawab dengan sebaik-baiknya dan sejujur-jujurnya," ujarnya.
Pertemuan itu, menurut Hasto baik secara langsung maupun tidak langsung disampaikan ke penyidik adalah inisiatif Abraham Samad. Hasto mengaku pernah bertemu dengan Samad di enam tempat berbeda-beda.
"Dalam pertanyaan yang diajukan ke saya. Terkait pertemuan yang kami adakan kesemuanya atas inisiatif secara langsung atau tidak langsung oleh Bapak Abraham Samad. Atas inisiatif itulah saya datang. Saya hormati beliau, memiliki kewarganegaraan besar dan mulia untuk memberantas korupsi. Namun lembaga dipercaya bisa juga disalahgunakan oleh orang-orang di dalamnya karena ambisi politik," paparnya.
Hasto menerangkan bahwa sejak awal dirinya bertemu dengan Samad cuma ingin sebatas membangun komunikasi saja. Namun saat pertemuan di Kapital, masuk ke pembicaraan soal penyelesaian kasus hukum dan soal dirinya ingin maju cawapres mendampingi Jokowi.
"Sejak awal niatan hanya bangun komunikasi. Kami tidak percaya. Pertemuan di Kapital ada saksi yang melihat kami. Semula bangun komunikasi tapi masuk ke dua ranah penting. Pertama, tawaran penyelesaian kasus hukum dari beliau dan kedua sebagai cawapres. Sebagai pimpinan KPK kurang efektif melakukan pemberantasan korupsi," ujarnya.
Padahal, prinsip Hasto dalam melakukan upaya pemberantasan korupsi tidak ada toleransi dan tidak bisa ditawar soal penyelesaian kasus korupsi.
"Ada beberapa hal, kami sejak dulu tegaskan agenda memberantas korupsi tidak bisa ditawar-tawar. Itu perintah reformasi. KPK anak kandung reformasi jangan sampai disalahgunakan karena kepentingan seseorang," ungkapnya.
Hasto tidak menyebut, penyelesaian kasus hukum apa yang ditawarkan Samad kepadanya. Apalagi soal upaya 'barter' yang dilakukan Hasto kepada Abraham Samad dalam pertemuan itu.
"Bantuan hukum menyebut beberapa kasus, dinamika politik jelang pilpres. Kasus apa saja, teman-teman media tahu. Tidak spesifik (soal barter) itu ada intensitas beberapa pejabat dan mengarah pada hal tersebut. Saya pikir temen-temen termasuk mendorong nama beliau. Saya pikir tidak ada proses menentang yang disampaikan tugas saya sebagai warga negara yang baik sudah saya laksanakan," tuturnya.
Hasto membantah jika PDI Perjuangan yang meminta secara khusus bertemu dengan Abraham Samad sebagai Ketua KPK. Justru pertemuan itu inisiatif Abraham, dan Hasto menyatakan punya saksi dan bukti soal pertemuan itu.
"Gimana kami berani meminta, suasana kebatinan pimpinan KPK saat itu tidak bisa menemui secara khusus. Tapi ternyata kami ditemui secara khusus. Bagaimana bisa tawarkan penawaran. Karena itu kami tidak berani. Kecuali pembicaraan itu dari beliau. Inisiatif langsung atau tidak langsung dari beliau. Kami tidak punya kapasitas dan koneksitas. Ada nama D1 kami ingin buktikan," tandasnya.
Hasto juga mengungkapkan, saat pertemuan itu, Abraham tampak terlihat emosional karena sangat berambisi untuk menjadi cawapres Jokowi.
"Dari pertemuan-pertemuan kami sampaikan ada kaitan dengan BG sebagai apa? Prosesnya dicermati dilakukan dengan nada agak emosional. Ada kekecewaan di situ. Dan ketika saya sampaikan, beliau jam 12.30 malam pada tanggal 19 Mei. Ungkapan kekecewaan muncul, bahwa saya gagal karena bapak BG dan saya sudah menyadapnya. Ini saya sampaikan dalam kapasitas saya sebagai pribadi," imbuh Hasto.