Dua kakak bocah pemakan batu bata meninggal karena gizi buruk
Tubuh bocah Nawasi kurus dan perut membuncit.
Nawasi (2), balita penderita gizi buruk yang mempunyai hobi mengkonsumsi batu bata, warga Kampung Cipare, Desa Bendung, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, kini mendapatkan perawatan di RSUD Banten. Kondisi tersebut menyebabkan tubuh Nawasi kurus dan perut membuncit.
Kini Nawasi menjalani perawatan intensif di ruangan perawatan balita ruang 462 lantai IV RSUD Banten, Jalan Syekh Nawawi, Kecamatan Cipocok, Kota Serang.
"Wasi paling sering memakan batu bata setiap harinya. Hobi itu membuat perawakan Wasi terlihat kurus dengan perut buncit seperti penderita bayi gizi buruk," kata Hambali orangtua Nawasi, saat ditemuI, Kamis (14/5).
Hambali yang sehari-hari bekerja sebagai penarik gerobak di Pasar Rau, Kota Serang, mengaku empat dari sepuluh anaknya sudah meninggal. Di mana anak keduanya mengalami demam tinggi, dan dua orang kakak Nawasi mengalami sakit yang sama dengan Nawasi yakni gizi buruk.
"Saya juga tidak tahu, sebelumnya kakaknya Wasi empat orang meninggal, dengan kondisi seperti Wasi. Yang satu keguguran, yang hidup cuma lima," ujarnya.
Sedangkan menurut kepala ruangan perawatan yang ditempati Nawasi, setelah menjalani perawatan di RSUD Banten di ketahui Nawasi mengalami gizi buruk, pembesaran hati dan limpa, dan kelainan sel darah. Sehingga Nawasi membutuhkan perawatan ekstra dan harus dilakukan secara bertahap hingga bisa pulih kembali.
"Saat ini kondisinya lebih baik dibandingkan saat pertama datang. Berat badan Wasi 7,5 kilogram, seharusnya di usia dia di atas 10 kilogram. Juga hemoglobin nya pertama masuk hanya 2, lalu 7 sekarang sudah 9," kata Kepala Ruang rawat Inap Anak RSUD Banten, Mirawati.
Diberitakan sebelumnya, seorang anak bernama Nawasi (2) penderita gizi buruk yang tinggal di Kampung Cipare Idul, Desa Bendung, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, Banten, mempunyai kebiasaan aneh yakni menyemili batu bata di tembok rumahnya.
Perilaku tidak lazim yang dilakukan anak dari pasangan Hafsah dan Hambali ini telah berlangsung sejak satu tahun lebih.
Nawasi juga sudah lama menderita gizi buruk, sehingga kondisi tubuhnya kurus dan perut buncit. Nawasi seperti anak-anak lainnya juga makan nasi atau bubur, namun dalam setiap hari dia makan batu bata yang berada di tembok rumahnya.
Kedua orangtuanya hanya pasrah, tidak bisa berbuat apa-apa untuk menghentikan kebiasaan anaknya itu. Makan batu bata tersebut dilakukan Nawasi sejak umur satu tahun, bila dilarang makan batu bata dia akan menangis. Nawasi juga diketahui menderita penyakit hepatitis, dan orangtuanya yang sehari-hari bekerja sebagai penarik gerobak di pasar Rau tidak mampu membiayai pengobatan.
"Sudah lama, dari umur 1 tahun makan batu bata," kata Hamami, kakak Nawasi.