'Duel' Adian Napitupulu & Fadli Zon akan kian sengit di Senayan
"Kata-kata kejujuran dan keangkuhan serta kesombongan mudah dicerna oleh masyarakat," kata Ari Junaedi.
Adian Napitupulu dan Fadli Zon , caleg terpilih dari PDIP dan Gerindra , sudah terlibat perdebatan sengit di media maupun media sosial dalam mengukung pasangan capres-cawapres partainya di Pilpres 2014. Perdebatan ini diprediksi akan semakin panas ketika keduanya sama-sama telah duduk di DPR periode 2014-2019.
Pengamat komunikasi politik dari Universitas Indonesia (UI), Ari Junaedi, mengatakan siapapun presiden mendatang, perdebatan sengit Adian dan Fadli bakal terjadi di Senayan karena keduanya akan tetap berlawanan kubu, yakni koalisi atau oposisi. Apalagi, jika keduanya duduk dalam alat kelengkapan yang sama di DPR .
Namun, Ari mengingatkan keduanya agar memerhatikan cara berkomunikasi politik masing-masing karena publik semakin cerdas dalam mengunyah omongan para elite, termasuk politikus.
"Kata-kata kejujuran dan keangkuhan serta kesombongan mudah dicerna oleh masyarakat," kata Ari Junaedi kepada merdeka.com, Sabtu (31/5).
Ari yang juga pengajar ‘public speaking’ di sejumlah korporasi dan instansi ini mengatakan, banyak partai politik melakukan blunder karena membiarkan kadernya berbicara seenaknya tanpa pakem dan data yang akurat.
"Lontaran data yang disampaikan Fadli Zon soal pendapat asli daerah Surakarta yang merosot di bawah kepemimpinan Jokowi sebagai wali kota ternyata salah. Lontaran 'panasbung' alias pasukan nasi bungkus yang dikemukakan Fadli justru makin memantik perlawanan pengguna social media yang semula netral menjadi apriori terhadap Prabowo ," kata Ari.
Seharusnya, kata Ari, Fadli memetik pelajaran berharga dari politikus Partai Demokrat Ruhut Sitompul yang lekat dengan julukan ‘asal bunyi’ alias ‘asbun’.
“Demikian juga Adian, ketika di parlemen nanti hendaknya aspirasi politik yang disampaikan harus menggunakan tata krama yang bisa diterima semua kalangan,” ujar Ari.
Lebih jauh, Ari menilai debat sengit antar Adian Napitupulu yang membela Jokowi - JK dan Fadli Zon yang mendukung Prabowo - Hatta di sebuah stasiun televisi beberapa waktu lalu, memang kontras. Dalam komunikasi politik, menurut Ari, keduanya merepresentasikan dua kutub yang sulit diketemukan.
Ari melihat adanya perbedaan latar belakang Adian yang adalah seorang aktvis, serta Fadli Zon akademisi yang dikenal ‘nyaman’ berlindung di era Soeharto .
"Karena kebetulan saya mengenal dan tahu keduanya maka saya melihat ada kontras karakter yang ditampilkan. Suara Adian mewakili korban karena selama ini Adian memang tidak bisa melihat ketidakadilan,” ujar Ari.
Ari yang menjadi wartawan aktif di era reformasi mengaku tahu benar posisi Adian dan Fadli Zon .
“Bagi wartawan yang meliput pergerakan mahasiswa dan aksi-aksi demonstrasi pasti hafal benar dengan gaya Adian. Jujur saja, gaya Adian yang mengkritik orang tanpa tedeng aling-aling justru paling banyak diapresiasi pemirsa,” kata Ari.
Hal ini, kata Ari, berbeda dengan Fadli yang terlihat santun, namun dalam ‘menyerang’ Jokowi terlihat provokatif.
“Pemirsa akan berpikir antitesa terhadap Fadli. Kalau Demokrat punya Ruhut Sitompul , di PKS ada Fahri Hamzah maka figur Fadli Zon di Gerindra akan bernilai negatif karena menggambarkan citra buruk partainya," papar Ari.