Eksekusi Sriwedari semakin dekat, ratusan pedagang resah
Para pedagang hanya berharap tak diminta hengkang bila eksekusi lahan dilakukan.
Ratusan pedagang dan penghuni Taman Sriwedari resah, menyusul akan dieksekusinya lahan seluas 9,9 hektare itu oleh Pengadilan Negeri (PN) Solo dalam waktu dekat. Mereka bahkan tak peduli lagi dengan siapa pemilik sah lahan bersejarah itu.
Buat para pedagang menggantungkan hidup dari Taman Sriwedari, siapapun pemilik lahan peninggalan Raja Keraton Kasunanan Surakarta Paku Buwono (PB) X itu, bagi mereka yang terpenting bisa bertahan mencari nafkah di lahan itu.
Ketua Paguyuban Pedagang Buku Sriwedari, Choirul Annam mengatakan, saat ini ada sekitar seratus pedagang buku berjualan di sisi selatan Taman Sriwedari, tepatnya di jalan Kebangkitan Nasional. Ratusan pedagang kios buku itu telah berjualan turun temurun sejak 1980.
"Kami sudah lama jualan buku di sini, bahkan ini generasi kedua. Konflik sengketa tanah yang tak kunjung usai membuat para pedagang was-was. Sengketa telah mencapai puluhan tahun. Setiap kali persoalan muncul ke permukaan, hati kami tidak tenang," kata Choirul Annam, Selasa (22/9).
Choirul mengatakan, para pedagang berharap konflik segera selesai dan Taman Sriwedari tetap dipertahankan sebagai ruang publik. Sehingga, para pedagang tetap nyaman berjualan, karena selama ini mereka mengais rezeki dari berdagang di Sriwedari. Dia menyampaikan, dalam sehari, para pedagang buku mendapatkan omzet penjualan sekitar Rp 500 ribu.
"Kami berharap tidak tergusur, jika Sriwedari benar-benar dieksekusi. Perdagangan buku di Sriwedari selama ini menjadi tempat jujugan warga yang ingin mendapatkan buku dengan harga murah. Selain buku bekas, buku-buku tertentu yang sulit dicari justru terkadang bisa ditemukan di kios-kios pedagang buku Sriwedari," ucap Choirul.
Ketua Forum Komunikasi Sriwedari (Foksri) Syafik Hanafi menambahkan, saat ini 18 paguyuban yang penghasilannya bergantung dari lahan Sriwedari. Seperti paguyuban pedagang buku, mobil bekas, Pedagang Kaki Lima (PKL) Bhayangkara, Taman Hiburan Rakyat (THR) Sriwedari, tukang parkir, pemain wayang orang, dan pedagang Pusat Jajanan Serba Asri (Pasari).
"Sriwedari selama ini telah menjadi pusat perekonomian, kebudayaan, dan seni. Ada ribuan orang yang selama ini menggantungkan nasib di Sriwedari," kata Syafik.
Syafik berharap bisa bertemu dengan ahli waris, KRMT Wiryodiningrat, dan meminta agar Sriwedari tetap dipertahankan. Dia yakin ahli waris tetap memiliki hati dan tidak mengusir para penghuni Sriwedari.