Eksotisnya Jalan Perbatasan Indonesia-Timor Leste, Dikelilingi Perbukitan dan Sabana
Jalan sabuk merah di perbatasan Indonesia-Timor Leste yang menghubungkan dua Pos Lintas Batas Negara (PLBN) di Kabupaten Belu dan Malaka, Nusa Tenggara Timur (NTT), kini kondisinya sangat mulus.
Jalan sabuk merah di perbatasan Indonesia-Timor Leste yang menghubungkan dua Pos Lintas Batas Negara (PLBN) di Kabupaten Belu dan Malaka, Nusa Tenggara Timur (NTT), kini kondisinya sangat mulus.
Ruas jalan sabuk merah di Kecamatan Lamaknen Selatan yang dahulu tidak bisa diakses dan dianggap sebagai daerah buangan ini memiliki panjang 24,22 kilometer.
-
Apa yang sedang viral di Makassar? Viral Masjid Dijual di Makassar, Ini Penjelasan Camat dan Imam Masjid Fatimah Umar di Kelurahan Bangkala, Kecamatan Manggala, Kota Makassar viral karena hendak dijual.
-
Apa yang viral di Babelan Bekasi? Viral Video Pungli di Babelan Bekasi Palaki Sopir Truk Tiap Lima Meter, Ini Faktanya Beredar video pungli di Babelan Bekasi. Seorang sopir truk yang melintas di kawasan Jalan Raya Babelan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat merekam banyaknya aktivitas pungli baru-baru ini.
-
Di mana kuburan viral itu berada? Lokasi kuburan itu berada tengah gang sempit RT.03,RW.04, Kelurahan Pisangan Timur, Pulo Gadung, Jakarta Timur.
-
Apa yang viral di Bangkalan Madura? Viral video memperlihatkan seekor anjing laut yang tidak sewajarnya dikarenakan berkepala sapi yang berada di Kabupaten Bangkalan, Provinsi Jawa Timur.
-
Kenapa Pantai Widodaren viral? Keberadaannya belum banyak yang tahu. Namun belakangan ini, pantai ini viral karena keindahannya.
-
Kolak apa yang viral di Mangga Besar? Baru-baru ini ramai di media sosial war kolak di kawasan Mangga Besar, Jakarta Barat. Sebagaimana terlihat dalam video yang tayang di akun Instagram @noonarosa, warga sudah antre sejak pukul 14:00 WIB sebelum kedainya buka.
Dikelilingi topografi perbukitan dan padang sabana, membuat jalur ini makin terlihat indah dan memanjakan mata para pengendara roda dua maupun empat yang melintas.
Walaupun di sejumlah ruas masih ditemukan jalan rusak akibat guncangan gempa bumi beberapa waktu lalu dan juga longsor, namun kini sedang diperbaiki karena dalam pemeliharaan kontraktor PT Tureleto Battu Indah dan Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) NTT.
Jalan tersebut dibangun melintasi sejumlah bukit yang dikelilingi padang sabana, sehingga membuat para traveler bisa menikmati pemandangan yang indah. Selain itu, bisa langsung menyaksikan permukiman warga dari negara Indonesia dan Timor Leste yang dibangun di bawah perbukitan.
Terdapat puluhan jembatan yang semuanya terbuat dari rangka baja, dengan panjang bentangan sekitar 50 sampai 60 meter. Sedangkan jalan raya di-hotmix, dan pada bagian kiri serta kanan jalan juga dibuatkan tembok penahan.
Bila ditempuh dari Atambua ibu kota Kabupaten Belu, jalur sabuk merah yang eksotik itu berjarak sekitar 30 kilometer dengan waktu sekitar satu jam perjalanan. Namun, harus ekstra hati-hati karena terdapat sejumlah belokan tajam yang rawan longsor.
Warga Desa Lakmaras Markus Da Lima Berek mengatakan, dia bersyukur dengan adanya pembangunan jalan sabuk merah karena sangat membantu memperlancar akses ekonomi mereka saat hendak menjual hasil pertaniannya ke Kota Atambua.
"Kami sangat bersyukur dan berterima kasih banyak karena pemerintah khususnya Pak Presiden Jokowi, karena sudah bangun jalan sehingga kami warga perbatasan bisa membawa pisang, ubi, kacang, hijau, dan kacang tanah untuk berjualan ke Atambua termasuk ke Kabupaten Malaka," ucapnya, Rabu (24/5).
Selain itu, juga ada sejumlah titik yang rusak tapi langsung ditangani dengan cepat. Sehingga dia berharap semua jalan yang dibangun di perbatasan bisa bermanfaat untuk masyarakat dalam waktu yang lebih lama.
"Ini PT kerjanya sangat bagus karena ada beberapa titik yang rusak nanti langsung diperbaiki, jadi sangat bersyukur atas pembangunan jalan ini," tandasnya.
Sedangkan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) 2.5 BPJN NTT, Zulkfli Arif mengaku, ada beberapa titik mengalami kerusakan akibat bencana alam, namun kerusakan itu tidak terjadi di sepanjang ruas jalan sabuk merah.
©2023 Merdeka.com
Menurutnya, indikasi awal memang adanya beberapa patahan dan kejadian longsor yang terjadi sejak Januari hingga Maret 2023, yang mengakibatkan infiltrasi air sehingga merusak struktur jalan di bawahnya.
"Namun hasil pantauan saya ke lapangan, faktor lalu lintas berat yang mengangkut material dan alat berat juga cukup signifikan," ungkap dia.
Menurut Arif, saat ini jalan tersebut masih dalam masa pemeliharaan sampai dua tahun mendatang, sehingga penyedia jasa (kontraktor) bertanggung jawab atas tiap kerusakan yang bukan disebabkan bencana alam.
Dia menyebut, penyedia jasa mulai melakukan cutting pada bagian-bagian yang mengalami kerusakan sejak beberapa hari lalu.
"Kini, kami sedang menginventaris segala kerusakan terutama yang diakibatkan oleh kemungkinan adanya cacat mutu, dan memerintahkan penyedia jasa untuk segera melaksanakan perbaikan," tutup Arif.
(mdk/cob)