Erupsi Gunung Ile Lewotolok Meningkat, Masyarakat Diminta Waspada Longsoran Lava dan Awan Panas
Gunung Ile Lewotolok menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam kurun waktu sepekan mulai dari 16 hingga 22 April.
Kepala PVMBG Hendra Gunawan mengatakan, peningkatan kegempaan yang terjadi di gunung tersebut didominasi oleh gempa-gempa aktivitas dangkal atau permukaan.
- Enam Gunung Api Berstatus Siaga dan Awas, Panglima TNI Bentuk Pasukan Reaksi Cepat
- Gunung Lewotobi Laki-laki Erupsi Hampir Sepekan, Pengungsi Mengeluh Kekurangan Pakaian
- Berstatus Waspada, Begini Kondisi Terkini Gunung Ili Lewotolok
- Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki di Flores Timur, Jumlah Pengungsi Mencapai 2.331 Orang
Erupsi Gunung Ile Lewotolok Meningkat, Masyarakat Diminta Waspada Longsoran Lava dan Awan Panas
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) melaporkan, jumlah gempa yang terjadi di Gunung Ile Lewotolok menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam kurun waktu sepekan mulai dari 16 hingga 22 April.
Kepala PVMBG Hendra Gunawan mengatakan, peningkatan kegempaan yang terjadi di gunung tersebut didominasi oleh gempa-gempa aktivitas dangkal atau permukaan.
"Yaitu gempa letusan atau erupsi, gempa embusan dan Tremor Non Harmonik," kata Hendra Gunawan, Jumat (26/4).
Namun, lanjut dia, peningkatan jumlah kegempaan tidak diikuti dengan pola energi seismiknya, yang cenderung menurun meskipun masih berada di atas ambang batas normal.
Hal ini mengindikasikan gempa-gempa yang terekam berenergi cukup kecil, namun dengan jumlah gempa yang lebih banyak dari pada periode satu pada minggu sebelumnya.
Dia menjelaskan, berdasarkan pengamatan instrumental yang dilakukan oleh petugas pos pemantau, Gunung Ile Lewotolok mengalami 363 kali gempa erupsi sejak 16 hingga 22 April 2024.
Kemudian gempa embusan mencapai 2.276 kali, dua kali gempa Harmonik, 41 kali Tremor Non-Harmonik, satu kali gempa Vulkanik Dangkal, sembilan kali gempa Vulkanik Dalam, empat kali gempa Tektonik Lokal, dan 6 kali gempa Tektonik Jauh.
Selain itu, juga energi seismik yang dihitung dengan metode perata-rataan nilai amplitudo atau yang disebut Real-time Seismic Amplitude Measurements (RSAM) menunjukkan fluktuasi energi dalam periode ini dengan tren menurun, serta masih di atas ambang batas normal.
Sementara berdasarkan data pengukuran Electronic Distance Measurement (EDM) pada periode satu minggu terakhir menunjukkan fluktuasi jarak miring dengan kecenderungan sedikit menurun di kedua titik ukur LWT1 (malam hari) dan di LWT2 (malam hari).
Berdasarkan pengamatan visual gunung yang pernah meletus pada November tahun 2020 itu terlihat jelas hingga tertutup kabut. Kemudian juga teramati asap kawah berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas tipis hingga tebal, tinggi 50 – 800 meter dari puncak.
Cuaca cerah hingga hujan, angin ke Tenggara, Barat Daya, Barat, dan Barat Laut. Terjadi letusan atau erupsi, dengan tinggi 100 - 400 meter dari puncak, kolom erupsi berwarna putih hingga kelabu.
Berdasarkan pengamatan itu, pihaknya menyimpulkan aktivitas erupsi di gunung itu masih tinggi dan embusan asap dan cenderung meningkat bila dibandingkan dengan hasil pengamatan periode 7-15 April 2024.
Tinggi kolom erupsi atau letusan dapat lebih tinggi dari yang diamati karena faktor cuaca yang menyebabkan pengamatan visual tidak maksimal dilakukan.
Badan Geologi pun merekomendasikan masyarakat Desa Lamatokan dan Jontona agar mewaspadai potensi ancaman bahaya guguran atau longsoran lava dan awan panas dari bagian timur puncak atau kawah gunung.
Sedangkan masyarakat Desa Jontona dan Todanara direkomendasikan agar tidak memasuki wilayah sektoral selatan dan tenggara sejauh tiga kilometer dari pusat aktivitas gunung.