Fakta-fakta mengejutkan peredaran narkoba di Indonesia
Indonesia kini sudah menjadi daerah tujuan peredaran narkoba.
Setelah dikejutkan oleh informasi dugaan adanya keterlibatan pejabat Polri, TNI dan Badan Narkotika Nasional (BNN) dalam kasus terpidana mati Fredi Budiman, Indonesia kembali dikejutkan oleh fakta temuan baru perihal peredaran narkoba skala besar.
Fakta-fakta peredaran narkoba di Indonesia ini membetot perhatian publik. Informasi menyebutkan, jika Indonesia menjadi sasaran utama peredaran narkoba jaringan nasional.
Selain, jaringan internasional yang mengincar Indonesia, pengiriman barang haram ke Indonesia melalui pelabuhan pun terungkap. Para cukong-cukong narkoba memanfaatkan pelabuhan yang lemah dalam pengawasan sebagai tempat pengiriman.
Bahkan, untuk memuluskan pengiriman itu, sejumlah pihak yakin ada keterlibatan orang besar dari bisnis narkoba tersebut. Sehingga, peredaran narkoba di tanah air masuk dalam kategori darurat.
Berikut fakta-fakta mengejutkan peredaran narkoba yang dirangkum merdeka.com:
-
Siapa Fredy Pratama? "Enggak (Tidak pindah-pindah) saya yakinkan dia masih Thailand. Tapi di dalam hutan," kata Direktur Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri Brigjen Mukti Juharsa, Rabu (13/3).
-
Bagaimana modus operandi Fredy Pratama dalam menyelundupkan narkoba? Modus operansi mereka adalah dengan menyamarkan narkotika dalam kemasan teh.
-
Siapa saja yang ditangkap dalam kasus narkoba ini? Polisi mengatakan, penangkapan ini dilakukan polisi karena adanya laporan dari masyarakat terhadap pihaknya. Polisi telah menangkap Aktor senior Epy Kusnandar (EK) atau yang akrab disapa Kang Mus dalam sinetron ‘Preman Pensiun’. Penangkapan ini dilakukan diduga terkait penyalahgunaan narkotika. Kasat Narkoba Polres Metro Jakarta Barat AKBP Panjiyoga mengatakan, tak hanya menangkap Kang Mus. Polisi juga menangkap satu orang lainnya yakni Yogi Gamblez (YG) yang bermain di film 'Serigala Terakhir'.
-
Di mana penangkapan kelima tersangka kasus narkoba terjadi? Dia mengatakan rute patroli di Sunggal, yakni Jalan KM 19,5 Kampung Lalang , Jalan PDAM Tirtanadi, Jalan Sunggal dan Jalan Lembah Berkah, Lingkungan 11, Medan.
-
Kapan kemacetan di Jakarta terjadi? Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Rani Mauliani menerangkan, kemacetan parah di beberapa titik di Jakarta kerap terjadi pada jam berangkat dan pulang kerja.
72 jaringan narkoba
Indonesia menjadi salah satu negara sasaran peredaran narkoba yang dikendalikan jaringan internasional. Hasil deteksi Badan Narkotika Nasional (BNN) ada 72 jaringan internasional yang menjalankan bisnis narkoba.
"Jadi hasil penelusuran kami, jaringan narkotika internasional yang beroperasi di Indonesia ini ada 72 jaringan," kata Kepala BNN, Budi Waseso di Gedung BNN, Jakarta Timur, Selasa (2/8).
Ini jumlahnya lumayan tinggi," sambungnya.
Saat ini, pihaknya tengah mendalami apakah antara satu jaringan dan jaringan lainnya saling berkaitan atau tidak.
"Jadi bahwa jaringan ini selalu bekerja dan memanfaatkan segala kelemahan yang ada baik pengawasan maupun sistem alat kita, termasuk mesin x-ray kita," ujarnya.
Setelah semuanya dikuasai, barulah mereka melancarkan di lapangan. Biasanya, jalur laut salah satu pintu masuk yang dipilih.
"Kemudian pelabuhan-pelabuhan yang lemah dimanfaatkan seperti selat Malaka yang hilir mudik penyeberangan kapal sangat banyak namun pengawasannya sedikit dan sulit. Mereka memanfaatkan itu. Jadi kami butuh kerjasama dengan pihak terkait akan jaringan ini," tutupnya.
80 Persen lewat pelabuhan
Mantan Deputi Pemberantasan BNN Irjen (purn) Benny Mamoto mengatakan, peredaran narkoba di Indonesia lebih banyak dilakukan melalui jalur laut dengan pintu masuk dan keluar di pelabuhan.
"Dari laut itu bisa muat ratusan kilogram. Sehingga 80 persen masuknya narkoba dari China dan Timur Tengah itu melalui laut," kata Benny dalam diskusi bertajuk Hitam Putih Pemberantasan Narkoba di Warung Daun, Jakarta Pusat, Sabtu (6/8).
Benny menuturkan, pengecekan dan pengawasan pelabuhan yang lemah menjadi celah bagi pelaku bisnis narkoba untuk mendistribusikan barang haram itu. Dari sekian banyak truk kontainer yang masuk ke pelabuhan, hanya sekitar 15 persen saja yang dilakukan pengecekan. Pengecekan itu pun diakui secara random.
"Kalau semua diperiksa enggak mungkin petugasnya. Bisa kewalahan, ada kemungkinan mereka edarkan jalur legal bukan jalur tikus lagi itu," jelasnya.
Menurut Benny, biasanya para pelaku memanfaatkan koperasi yang ada di terminal dan kedekatan dengan aparat berwenang. Sehingga mereka bisa memanipulasi data untuk melancarkan arus distribusi peredaran narkoba. "Dengan kedekatan aparat itu proses menjadi lancar," katanya.
Dia menyebut beberapa pelabuhan dengan tingkat pengawasan lemah, di antaranya pelabuhan Belawan, Tanjung Mas Semarang, Tanjung Priok Jakarta, Tanjung Perak Surabaya dan kawasan Sulawesi. "Saya katakan itu ada celah. Itu jalur formal tapi bisa juga diselundupkan," ungkapnya.
Selain melalui pelabuhan, lanjut Benny, penyelundup narkoba juga kebanyakan melalui jalur udara, namun jumlahnya tak sebanyak laut karena porsinya yang lebih kecil.
Akiong di balik Fredi? Budiman
Badan Narkotika Nasional (BNN) menyebut, dalam bisnis narkoba di Indonesia, gembong teroris terpidana mati Fredi Budiman belum ada apa-apanya. Fredi hanya orang kecil dalam kolam bisnis narkotika di Indonesia.
"Pak Budi Waseso (Kepala BNN) menyampaikan 72 jaringan narkotika di Indonesia. Ini kalau dari sisi kelas, Fredi belum apa-apa, masih ada yang lebih tinggi. Fredi mah sekelas kacang," kata Kabag Humas BNN, Slamet Pribadi dalam diskusi bertajuk Hitam Putih Pemberantasan Narkoba di Warung Daun, Jakarta Pusat, Sabtu (6/8).
Slamet menyebut sosok yang lebih besar bisnisnya dari Fredi yakni Akiong. Akiong kini mendekam di Lapas Cipinang. Dia merupakan penyandang dana untuk bisnis Fredi. "Akiong alias Chandra Halim. Kalau cuman Fredi terlalu gampang lah," ucapnya.
Sosok Fredi muncul sebagai gembong narkoba karena aksi-aksinya selama ini. Padahal di belakang Fredi justru ada Akiong yang lebih kuat perannya di bisnis narkoba.
"Karena kepandaian dia (Fredi) memainkan sensasi, actionnya jago, maka dia yang terlihat. Akiong itu yang jalan langsung ke luar," tambahnya.
Disinggung sosok lain yang lebih kuat selain Fredi dan Akiong, Slamet enggan memaparkan.
"Tinggal buktikan dan tangkap, saya belum bisa mengungkap. Tapi kan kepolisian kita ketika kelihatan, langsung habisi," paparnya.
Di tempat sama, mantan Deputi Pemberantasan BNN, Irjen (Purn) Benny Mamoto mengakui jika Fredi hanya bagian kecil dalam bisnis narkoba di dalam negeri. Orang yang berkomunikasi dan memesan 1,4 juta pil ekstasi adalah Chandra Halim.
Dia menceritakan, Chandra alias Akiong memiliki koneksi dengan seseorang bernama Yu Tang. Chandra memesan langsung ke China.
"Baru pembicaraan berikutnya kirim orang namanya Yu Tang ke lapas Cipinang untuk nego. Jadi dalam konteks ini, dalam isi curhat Fredi ada 2 orang anggota ke China untuk ngecek, ini agak janggal, karena 6 polisi China sudah ada cek ke kita. Kalau kita cek ke sana buat apa? Cek pabrik? Itu mah gampang. Itu langsung Fredi ke China," tutupnya.
Libatkan orang besar
Koordinator Nasional Persaudaraan Korban Napza Indonesia, Andreas Pundung, yakin peredaran narkotika di Indonesia melibatkan 'orang besar'. Apalagi transaksi narkoba dalam jumlah besar kerap terjadi khususnya di Ibu Kota Jakarta.
"Sangat mungkin melibatkan 'orang besar'. Mana mungkin masuk (narkoba) dalam jumlah barang besar tanpa ada 'orang besar'," kata Andreas dalam diskusi bertajuk Hitam Putih Pemberantasan Narkoba di Warung Daun, Jakarta Pusat, Sabtu (6/8).
Andreas sependapat dengan testimoni Fredi Budiman yang dibeberkan Haris Azhar. Menurutnya, ini bisa jadi pintu masuk pemerintah membongkar praktik peredaran narkoba yang melibatkan 'orang kuat'.
"Saya yakin ada keterlibatan orang besar. Beruntung sekali ada isu Haris dengan Fredi Budiman, broadcast Haris dengan isu ini menjadi pemberitahuan ke ring 1 dan menjadi pengetahuan umum bahwa ada aparat yang terlibat," jelasnya.
Dia tidak heran jika Indonesia menjadi pasar strategis peredaran narkotika jaringan Internasional. Sebab, kemudahan perputaran barang haram di Indonesia karena beking orang besar dan berkuasa.
"Permasalahan narkotika di Indonesia sudah begitu kusut. Pemerintah secara intensif melakukan pemberantasan pasar gelap, namun kita berada dalam posisi untuk membela mereka yang menjadi korban peredaran pasar gelap ini. Ini sudah memprihatinkan," tutupnya.â