Fenomena Anak Harus Cuci Darah, Menkes: Kurangi Minuman Gula
Budi Gunadi mengimbau semua masyarakat bisa menerapkan gaya hidup sehat.
Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan, 13 persen dari populasi di Indonesia mengidap penyakit diabetes. Ia pun menyoroti banyak anak-anak yang mengonsumsi makanan atau minuman dengan kadar gula tinggi.
Kadar gula darah yang tinggi akan meningkatkan risiko pengidap menderita penyakit lain. Apalagi jika tidak mendapatkan perawatan yang maksimal.
Maka dari itu, Budi Gunadi mengimbau semua masyarakat bisa menerapkan gaya hidup sehat.
“Sekitar 13 persen dari seluruh populasi itu diabetes dan kalau tidak treatment tiap hari, dalam 5-6 tahun bisa jadi penyakit kronis, jantung, stroke. Dan ukurannya paling gampang apa? Lihat calana jeans. Karena calana jeansnya udah di atas 34, nah itu kemungkinan pasti gulanya banyak,” ucap dia di Gedung Sate, Kota Bandung, Jumat (14/7).
Ia pun menanggapi fenomena banyak anak-anak harus menjalani perawatan atau menjalani layanan cuci darah. Budi berpesan kepada orang tua agar bisa mengontrol asupan bagi anaknya.
Budi menjelaskan, gula adalah salah satu sumber energi utama yang dibutuhkan tubuh. Namun, asupan gula pada kondisi normal yang direkomendasikan Kementerian Kesehatan maksimal 50 gram atau setara dengan 4 sendok teh. Bagi pengidap diabetes, asupan makanan yang mengandung gula harus kurang dari 50 gram.
“Ya, ini banyak anak-anak sekarang dikasih minum sama makan gulanya tinggi. Jadi, di Indonesia (masyarakat) itu suka gula, untung Jawa Barat kalau minum teh pahit, kalau Jawa yang lain kan minum tehnya sweet, manis,” imbuh Budi.
“Jadi itu gulanya tinggi dan gula itu penyebab segala macam penyakit kan, mulai dari ginjal, hati, stroke, jantung. Itu penyebabnya gula. Pesan saya ke teman-teman kurangi minum gula,” ia melanjutkan.
Di sisi lain, Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui Dinas Kesehatan mencatat pasien anak yang harus menjalani cuci darah di 27 kabupaten dan kota mencapai 125 orang sepanjang 2023. Tahun ini, hingga Juli, kasusnya mencapai 77 pasien. Fenomena yang melatarbelakanginya dipengaruhi berbagai faktor.
Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Barat, Bey Machmudin memerintahkan Kepala Dinkes Jabar merumuskan sosialisasi dan edukasi bersama pemerintah kabupaten kota mengenai pencegahan. Kemudian, ia memastikan semua pasien mendapatkan penanganan yang maksimal di berbagai layanan kesehatan.
Ia pun meminta Kementerian Kesehatan segera menerapkan penandaan pada makanan dan minuman yang mengandung kadar gula tinggi.
"Tadi Pak Menkes sampaikan, kenapa sampai ada anak cuci darah salah satunya karena makanan yang tidak sehat. Dengan PP yang ditandatangani presiden, kami mendesak agar segera memberikan penandaaan pada makanan kemasan, jadi masyarakat tidak perlu khawatir, kalau sudah diberikan tanda, misalnya hijau aman, itu memudahkan masyarakat (mengetahui kadar gula salam makanan atau minuman),” ucap dia.